Run to You

123 19 3
                                    

"Pulanglah Wen, orangtuamu pasti menunggumu" Yixing mendesah pelan. Dia melepaskan tangan Wendy yang menggamit lengannya. Tapi gadis itu malah bangkit dan mengikutinya ke kamar

"Gege, kau mengusirku?" tanya Wendy sambil memeluk Yixing dari belakang. Yixing yang baru saja akan membuka pintu kamarnya, berhenti melangkah. Tangan Wendy begitu erat melingkari perutnya. Bahkan dia bisa merasakan dada Wendy yang hangat menempel di punggungnya. Yixing berbalik dan meraih dagu gadis itu, memintanya mendongak

"Wen, kau tentu tau aku ingin lebih lama bersamamu. Tapi kita tidak bisa lagi seperti ini. Aku tidak bisa begitu egois menahanmu disini..." Yixing mendesah lirih "Pulanglah. Jangan buat orangtuamu khawatir!"

Wendy menggeleng pelan. Setitik airmata perlahan turun dari mata cantiknya, jatuh membasahi pipinya. Dia menggigit bibir dan mencengkeram erat ujung kaos yang Yixing kenakan

"Aku tidak mau pulang, ge. Aku ingin disini bersamamu. Kumohon, jangan memintaku pergi. Jangan menyuruhku meninggalkanmu. Aku tidak mau, ge..."

"Tapi Wendy-ah..."

Wendy menggeleng dan menutup telinganya rapat-rapat. Tidak mau mendengarkan apa yang ingin Yixing katakan "Kumohon, ge. Malam ini saja. Sebelum aku harus merelakan hidupku terjebak dalam drama yang dirancang oleh orangtuaku. Aku mohon, ge..." Wendy menatap Yixing dengan mata berkaca-kaca "Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu, menikmati saat-saat terakhirku menjadi kekasihmu. Karena mulai besok, aku tidak bisa lagi menemuimu" gumamnya lirih

Yixing mengerang tertahan. Rasa sakit itu kembali menerpanya. Perkataan Wendy seolah menamparnya dengan keras, mengingatkannya pada sebuah kenyataan yang menyakitkan. Kenyataan bahwa dua hari lagi, gadis itu akan menjadi milik orang lain

Yixing meraih kepala Wendy dan menenggelamkannya di dadanya. Melepaskan Wendy sama seperti menusukkan ribuan belati ke jantungnya. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Yixing cukup tau diri untuk tidak begitu egois mempertahankan Wendy di sisinya. Siapa dirinya? Hanya seorang pria perantauan sederhana yang tidak punya apa-apa. Sangat berbanding terbalik dengan Wendy yang berasal dari keluarga terpandang. Gadis yang telah menjadi kekasihnya selama dua tahun itu adalah putri tunggal salah seorang pengusaha sukses di Korea Selatan

Orangtua Wendy pasti tidak akan berdiam diri melihat sang putri menjalin hubungan dengan pria seperti Yixing. Karena itu, mereka menjodohkan Wendy dengan putra kolega bisnis mereka. Ketika pertama kali melihat seperti apa pria yang akan menjadi pendamping hidup kekasihnya, Yixing tau, dia sudah kalah. Sangat telak. Pria itu sangat sempurna, nyaris tanpa cacat. Dia memiliki semua yang diinginkan para pria

Isakan pelan Wendy membuat dada Yixing semakin nyeri. Dia memundurkan wajahnya sejenak, meraih wajah sang kekasih dan menangkup kedua pipinya

"Jangan menangis, sayang. Kau tidak boleh terlihat jelek di hari pernikahanmu" kata Yixing sambil mengecup lembut kelopak mata Wendy yang dibanjiri airmata

"Apa peduliku? Bukan gege yang bersanding denganku di altar, aku tidak peduli kalaupun aku terlihat jelek!"

"Tapi aku peduli, Wen! Aku tidak rela jika nanti orang lain mencelamu"

"Yixing ge..." panggil Wendy pelan, mengabaikan perkataan Yixing sebelumnya. Disentuhnya wajah Yixing yang terasa dingin. Sorot matanya yang biasanya bersinar teduh itu kini terlihat suram. Meski berusaha terlihat tegar, tapi Wendy tau, hati Yixing sama sakitnya dengan hatinya sendiri. Bahkan mungkin jauh lebih sakit. Terlebih ketika Yixing menjawab panggilannya dengan suara bergetar

"Ya, sayang?"

"Maukah kau memilikiku malam ini?"

Yixing mengerjab. Mungkin dia salah dengar "Apa?"

Cupcakes : Aneka Rasa Kisah dalam Sekali GigitWhere stories live. Discover now