Bagian 1

197 4 0
                                    


Happy Reading

.

.

***




Ava keluar dari minimarket dengan terburu-buru. Sejak membayar di kasir tadi kepalanya sudah celingukan mencari sosok jangkung yang seharusnya menunggu Ava sampai kelar belanja. Khawatir lelaki itu meninggalkannya. Dan ternyata memang sudah lenyap dari parkiran.

Ava hampir saja membuang belanjaannya ke tanah saking kesalnya. "Mana sih? Kan, ditinggal lagi gue." GerutuAva hampir mengumpat.

Ava merogoh ponsel lipat milik Ibunya di saku jaketnya. Menyusuri kontak yang hanya terdiri dari beberapa nama. Salah satunya nama yang hendak ia cari, 'Bapak'. Begitu dapat, Ava langsung menyambung panggilan. Tidak ditolak, tidak pula dijawab. Ava mendengus. Ia mengulangnya lagi. Nihil. Hingga percobaan kelima, tetap tidak terjawab.

MulutAva harus menahan umpatan lagi.

"Suka gak angkat panggilan gue. Gak lama gue kasih penyuluhan penggunaan ponsel nih bocah." Dengus Ava semakin jengkel.

Ava akhirnya memilih menyetop angkot yang lewat setelah menimbang-nimbang dengan kedongkolan menunggu si Makhluk Tiang menyebalkan itu yang menjawab panggilan saja susah. Apalagi mau rela-rela kembali ke minimarket hanya untuk menjemputnya. Mustahil.

Ava menaiki angkot dengan perasaan was-was. Malam-malam begini peminat angkot berkurang. Hanya ada dia, seorang pria kinclong alias botak plontos dengan kumis dan janggut lebat, juga nenek tua yang menenteng keranjang rotan ditangannya dan mulutnya yang sibuk mengunyah sirih.

SebenarnyaAva agak parno malam-malam naik angkot. Apalagi penumpangnya sedikit. TapiAva tak yakin akan pulang lebih selamat kalau jalan kaki sampai ke rumah. Apalagi jarak lumayan jauh dengan rumah. Dan jangan harap Ava akan memesan ojek atau taksi. Kadang kedua jenis kendaraan umum itu selalu memasang tarif lebih tinggi. Dan lebih seram lagi kalau Ava dibawa kabur.

Hanya beberapa meter dari minimarket tempat Ava berbelanja tadi, ekor matanya menangkap sebuah objek yang sedikit familiar. Namun sedikit mengejutkan baginya melihat objek tersebut meski terasa familiar tapi terkesan asing.

Ava buru-buru menyetop angkutan tersebut yang membuat supirnya terkejut kaget dan reflek mengerem mobil angkutan itu.

"Eh ayam ayam!" latah nenek itu kaget dan tubuhnya otomatis terhempas hingga merepet pada jok supir. Selanjutnya bibir tipisnya langsung mengabsen nama hewan local dengan lancarnya.

Sedangkan si bapak plontos mengumpat keras. Umpatan inisial 'B' yang mana membuat Ava merasa ngeri sendiri. Bapak itu melotot.

Begitu angkot itu berhenti Ava langsung membayar dan turun dari sana dengan tergesa-gesa sebelum si Bapak Botak itu menyemprotnya dengan kata-kata mutiaranya. Ia bergegas melangkah menuju pojokan ruko yang sedang ramai dengan kumpulan cowok-cowok begajulan. Salah satu dari mereka adalah lelaki yang sedari tadi ia tunggu di minimarket.

Avamelangkah cepat. Kelihatannya tak gentar walaupun jantungnya jumpalitan mendesak keluar. Mereka itu agak sedikit menyeramkan. Bukankarena tampang hantunya. Lihat apa yang mereka kerjakan.

Ada yang pukul-pukulan, memaki satu sama lain, bahkan ada yang merokok. Rokoknya beraneka bentuk. Yang Ava tahu hanya yang berbentuk tungkai putih dengan ujungnya yang kuning kecoklatan. Tapi rokok-rokok itu bentuknya hampir mirip botol parfum. Asapnya bejibun sampai kumpulan di bawah lampu remang-remang itu berhasil terlihat mengerikan.

DestinyWhere stories live. Discover now