MDC-3

12.1K 401 8
                                    

"Eh, anjir, kenapa bapak bisa disini?" tanya Abel terkejut yang nelihat Evan tidur disampingnya.

"Ini kamar saya," jawab Evan datar.

"Kata bapak ini kamar tamu, kok

"Kamar tamu yang kedua," sela Evan.

"Lah, bapak gak ngapa-ngapain saya kan?" tanya Abel membulatkan matanya.

"Saya gak tertarik sama tubuh kamu yang sama sekali gak menarik itu."

"Dih, bener kan bapak gak ngapa-ngapain saya?"

"Atau kamu berharap saya apa-apain kamu?" tanya Evan sambil menatap Abel.

"Nggak lah pak."

"Oh yaudah." lalu, Evan berjalan keluar dari kamarnya menyisakan Abel sendirian dikamar. Abel masih terkejut kenapa Evan bisa tidur disampingnya.

Abel keluar kamar mengejar Evan.

"Emang bapak gak bisa tidur di kamar lain dulu?" tanya Abel sambil duduk didepan meja makan.

"Itu kamar saya, dan saya ga bisa tidur kalau tidur dikamar lain."

"Kayak anak kecil aja," cibir Abel.

"Kamu termasuk beruntung bisa tidur bareng saya, kapan lagi tidur sama cowok tampan kayak saya?" tanya Evan sambil menaikkan alisnya.

"Bapak sejak kapan pede begitu?"

"Saya lapar, bikinkan saya omelet," ucap Evan datar.

"Dih, ngalihin pembicaraan," gumam Abel.

"Cepat atau saya blacklist?"

"Ah, iya pak."

Dengan begitu hebat Abel membuat omelet untuk Evan. Tak butuh waktu lama omelet Abel sudah jadi dan tertata sedap dimeja makan.

"Silahkan di makan pak."

"Kalau saya keracunan kamu tanggung jawab."

"Dijamin enak pak."

"Oke."

"Asin, bisa-bisa saya darah tinggi," ucap Evan datar lalu menghentikan acara makannya.

"Biasa bapak masak ga pakai garem?"

"Ada bodoh, tapi tidak sebanyak ini."

"Ngegas."

"Cepat mandi, tidak mau kekantor?"

"Saya harus pulang dulu pak, baju-baju saya kan ga saya bawa," ucap Abel dengan panik melihat jam dinding yang bergantungan diatas dinding.

"Tunggu sebentar, saya mandi dulu," ucap Evan.

"Saya pulang dulu pak, nanti terlambat," ucap Abel tergesa-gesa.

"Saya anter, tunggu. Saya akan mandi dulu."

Lalu, Abel pun duduk dengan hati yang berdebar-debar, bukan jatuh cinta tapi takut. Takut ia akan dihukum oleh CEO-nya, karena yabg terlambat akan dihukum oleh CEO atau Evan, ia bahkan tidak menerima alasan apapun.

"Ayo, pergi."

"Baik pak."

"Hm, dasi bapak sedikit berantakan, saya bantu rapiin ya?" tanya Abel.

Tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik dasi, Abel pun mendekat lalu mengikat kembali dasi yang terlihat berantakan.

Evan menatap Abel yang serius mengikat dasinya.

"Sudah pak," ucap Abel lalu menatap Evan yang juga sedang menatapnya.

Beberapa detik kemudian Evan memutuskan kontak mata mereka.

My Devil CEO [PRE-ORDER]✅Where stories live. Discover now