MDC-2

12.6K 451 0
                                    

3 hari kemudian...

   Ting...

  "Masuk keruangan saya!"

  "Mampus, pasti dia mau ngetest," gumam Abel.

  "Apa pak?" tanya Abel tidak tahu, ralat pura-pura tidak tahu.

  "Jangan pura-pura, sekarang berdiri didepan saya, akan saya test," jawab Evan dingin.

  "Ba-ik pak," jawab Abel gugup.

  "Neo oneul wae aleumdawo boini?" tanya Evan santai.

  "Gamsahamnida," jawab Abel dengan gugup.

  "Artinya apa?"

  "Kenapa kamu-

   Jeda hampir 1 menit, Abel merutuki dirinya yang begitu pelupa disaat-saat darurat ini. Bukankah tadi ia sudah siap? Tapi sekarang malah gugup dan ntah harus menjawab apa.

  "Apa?" tanya Evan lagi dengan nada dinginnya.

  "Bego!" tukas Evan santai.

  "Neoneun maeu eoli seogda," ucap Evan lagi.

  "Aniyo!" jawab Abel sedikit kesal.

  "Saya rasa kamu sudah lumayan bisa untuk test kali ini, saya malas harus lama-lama ngetest kamu, jadi untuk test pertama kali segini saja dulu, belajar halaman selanjutnya, akan saya test minggu depan lagi," ucap Evan panjang lebar.

  "Baik pak, terima kasih," jawab Abel dengan senyum manis namun terlihat terpaksa.

   Abel keluar dari ruangan Evan, ia sangat kesal dengan tingkah laku CEO-nya itu.

  "Bisa-bisa gue gila lama-lama kalau kayak gini," gumam Abel.

  "Anjir, udah jam makan siang aja, gue harus bikinin makanan buat si Evan gila itu."

   Abel pun menyiapkan sedikit roti dan teh tanpa gula. Lalu, ia antarkan keruangan Evan.

  "Silahkan dinikmati," ucap Abel dengan senyum manisnya.

  "Teh-

  "Tehnya gak pakai gula," sambar Abel.

  "Rot-

  "Rotinya seperti yang anda inginkan, yang anda beli sendiri kemarin," sambar Abel lagi.

   Evan menganggukkan kepalanya mengerti.

  "Kenapa kamu masih disini? Lupa pintu keluar? Pintu bagian sana," ucap Evan sambil menunjuk kearah pintu dengan dagunya.

  "Saya gak pikun pak, terima kasih atas peringatannya," jawab Abel lalu keluar dari ruangan Evan.

   Abel berkutat kembali dengan kertas-kertas yang sok cantik itu. Matanya lelah seharian memandangi komputer yang ada didepannya, ia pun merasa haus, disaat ia meminum minumannya ada sebuah pesan masuk.

  Ting!...

  "Nanti malam kerumah saya, ada yang mau saya bicarain, saya tidak menerima penolakan!"

   Tidak, jangan bertanya itu siapa, sudah pasti itu adalah Evan, si CEO gila.

  "Apaan sih? Seenaknya banget," gumam Abel kesal.

  "Baik, bapak Evano Ballmer yang terhormat."

   Begitulah balasan yang Abel kirimkan, ia malas harus berdebat dan daripada memikirkan terus hal yang membuat ia kesal, lebih baik ia pulang, lagipula kerjaannya sudah selesai.

My Devil CEO [PRE-ORDER]✅Where stories live. Discover now