[Update setiap S A B T U]
•••••
WARNING: 18++
BLURB
"Ayo, kita pergi." suara bass itu begitu terdengar dingin dan tenang, membuat Irish bersumpah detik ini juga bahwa ia akan terus mengingat suara yang dimiliki oleh penyelamatnya.
•
"Terimakasih, ka...
Rafael menatap Irish dengan mata tajamnya yang seketika itu langsung membuat senyuman Irish menghilang.
"Terimakasih." katanya lagi.
Rafael memasang wajah datarnya kemudian keluar dari kamar itu. Irish mengintip dari ambang pintu. Rafael berjalan ke arah wastafel, menyuci tangannya dengan sabun lalu kembali berjalan kembali ke sini.
Irish sudah akan masuk dan menutup pintu namun mata tajam Rafael lebih dulu menangkapnya. Rafael melirik Irish dengan ujung matanya kemudian membuka pintu yang berada di depan tempat Irish berdiri sekarang.
Itu pintu kamar Rafael. Kamarnya tepat berada di depan kamar yang saat ini akan di sebut kamar Irish.
•••••
Terhitung sudah seminggu Irish tinggal di rumah Rafael. Semuanya terbilang berjalan baik, Irish terbangun pagi hari kemudian mengerjakan pekerjaan rumah menyiapkan sarapan untuk Rafael kemudian membuat makan malam.
Rafael mengatakan jika dirinya berkerja di salah satu bar, dimana pekerjaan itu membuat Rafael pergi sore hari dan pulang larut malam.
Siangnya Rafael lebih sering menghabiskan waktu di kamar atau pergi keluar untuk menemui temannya. Merasa bahwa dirinya tidak berhak untuk mengetahui semua kegiatan Rafael, membuat Irish tidak banyak bertanya meskipun dia banyak berbicara kepada Rafael dan berakhir dengan Rafael yang hanya mendengarkan tanpa menanggapi.
Irish sangat ingin pergi keluar hanya untuk sekedar membeli bahan makanan atau melaundry pakaian, tapi Rafael menakutinya dengan ancaman bahwa penjahat tempo hari akan menangkapnya lagi.
Irish tidak memberitahu Rafael bahwa penjahat itu adalah orang-orang yang akan menjual manusia tapi Rafael tahu jika orang itu adalah penjahat yang berbahaya. Ya, setidaknya itu yang dapat Irish simpulkan.
Hari ini Irish akan kembali menjalani siang hari membosankannya seperti beberapa hari lalu. Tidak ada lagi pekerjaan yang bisa Irish lakukan, oleh karena itu ia meraih remote kecil di atas meja untuk kemudian menyalakan televisi.
Acara tv pun tidak ada yang menarik bagi Irish hingga kemudian tanggannya memencet channel yang menayangkan sebuah berita.
Ketua geng penjual belian manusia ditemukan tewas.
Irish menahan kelopak matanya untuk tidak berkedip karena ia tidak ingin melewatkan sedetik pun informasi yang disampaikan melalui berita tersebut.
Dapat Irish simpulkan bahwa ketua dan anak buah geng tersebut tewas namun beberapa ada yang berhasil melarikan diri. Masih belum diketahui siapa yang melakukan pembunuhan itu dan saat ini polisi sudah mulai melakukan pencarian anggota geng yang berhasil melarikan diri serta pelaku pembunuhan tersebut.
Lalu Irish teringat pada Bram, apakah ayahnya menjadi salah satu korban pembunuhan atau menjadi salah satu yang berhasil melarikan diri?
Irish terlonjak ketika mendengar pintu terbuka lalu buru-buru ia mematikan televisi dan menghampiri Rafael.
"Acara televisi hari ini sangat membosankan." Rafael melirik Irish yang terlihat antusias memberitahu hal tidak penting itu.
Seperti biasa, Rafael tidak menjawab dan memilih melewati Irish untuk mengambil minuman dalam kulkas.
"Aku tidak tahu kau akan pulang siang ini, biasanya kau langsung pergi ke tempat kerja dan baru pulang nanti malam."
"Apa kau lapar? Tapi aku belum memasak, persediaan makanan dalam lemari es mu sudah habis." Irish mengikuti Rafael dengan jarak yang cukup jauh tentunya, ia berjalan ke sisi lain dapur dan mengambil pembuka tutup botol.
"Ku kira kau kembali karena habis berbelanja bahan makanan." lanjut Irish, padangannya mengikuti Rafael yang tengah menegak minuman botolnya sambil berjalan.
"Kapan kau akan membeli bahan makanan lagi?" pertanyaan itu ikut menguap sama seperti pertanyaan dan pernyataan sebelumnya.
"Tidak bisakah kau menjawab satu pertanyaanku saja? Aku lelah terus berbicara sendiri."
Irish sudah akan mengikuti Rafael yang berjalan ke arah kamar jika Rafael tidak berbalik dengan botol yang sudah lepas dari mulutnya.
"Aku tidak memintamu untuk berbicara." Suaranya terdengar ketus dan tidak bersahabat tapi anehnya Irish tersenyum karena ia merasa bahwa itu cukup dari pada Rafael hanya mendengar ocehannya.
Rafael mengerutkan kening karena mendapati Irish tersenyum setelah mendengar ucapan ketusnya.
"Apa kau akan pergi untuk membeli bahan makanan hari ini?"
"Hm." Rafael memasuki kamarnya dengan pintu yang masih terbuka memperlihatkan sedikit kondisi kamar yang tidak bisa Irish masuki itu.
"Apa aku boleh ikut?" tanya Irish penuh harap.
Bukankah ia baru saja melihat berita bahwa penjahat yang akan menjualnya sudah tewas? Meskipun ada sebagian yang masih berkeliaran tapi mereka tengah dalam pengejaran polisi, setidaknya itu cukup bagi Irish keluar hanya untuk membeli bahan makanan dengan aman.
"Tidak." suara itu meruntuhkan harapan Irish.
Rafael keluar dari kamarnya.
"Kenapa?" Irish mengejar Rafael yang melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar.
"Kau tahu kenapa aku melarang mu keluar."
"Aku tahu, karena penjahat itu. Tapi aku yakin kali ini penjahatnya sudah tertangkap, jadi aku akan aman."
Rafael berbalik dan menemukan Irish tengah memasang tatapan memohon padanya. Tidak ingin pemperdulikan tatapan itu Rafael memilih kembali berjalan.
Apa dia baru saja menonton berita?
"Aku sangat ingin keluar untuk sekedar menghirup udara segar." kata Irish lagi.
"Aku akan sangat membantu jika ikut dengan mu, lagipula kau pasti kesulitan untuk membawa bahan makanan itu sendirian. Dengan aku ikut pasti akan lebih mudah."
Rafael sudah memegang handle pintu dan hendak membukanya sebelum tangan mungil menahan tangannya.
"Aku mohon." Rafael memandang tangannya yang ditahan oleh tangan mungil di atasnya.
Lalu ia memandang Irish, dapat dilihat dari matanya bahwa wanita ini tengah memohon padanya.
Baiklah.
"Ganti pakaian mu dengan warna yang lebih gelap, itu terlalu mencolok." katanya seraya menunjuk pakaian Irish menggunakan dagu.
Tangan Irish terlepas dari Rafael.
Apa ini?
"Kau mengizinkan ku untuk ikut?" tanyanya tak percaya.
"Cepat, atau aku akan meninggalkanmu." katanya lalu membuka pintu.
•••••
To be continued ...
Yang penasaran sama kamar Irish, nih aku tunjukin
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.