• Three

36 5 0
                                        

•••••

"Apa kau berniat untuk tinggal di sini lebih lama?"

Irish bangkit dari duduknya kemudian berjalan mendekati Rafael.

"Ya." katanya sedikit ragu.

Rafael menoleh menuntut penjelasan.

"Tolong izinkan aku tinggal di sini. Aku tidak memiliki tempat tujuan lain dan tidak ada yang aku kenal di sini selain dirimu." Irish menjelaskan, kemudian Rafael melanjutkan kesibukannya mencari sesuatu.

"Aku bisa diandalkan, aku bisa melakukan semua pekerjaan rumah. Kau tidak perlu takut mengalami kerugian karena menampungku." Rafael seolah tidak mendengar Irish, ia berjalan mondar mandir ke semua sisi dapur, entah mencari apa.

"Setidaknya, biarkan aku tinggal di sini sampai aku mendapatkan tempat tinggal baru." Irish frustasi. Kenapa Rafael tidak menjawabnya juga?

Oh ayolah, ini pembicaraan yang serius. Kenapa dia sangat santai?

"Rafael, apa kau mendengarkan ku?" Irish merasa bahwa suaranya sedikit meninggi membuat Rafael menoleh.

Rafael berjalan mendekat dan kini sudah berada tepat di depan Irish. "Apa yang aku dapatkan jika menampung mu di sini?"

Irish! Ini bukan waktu yang tepat untuk berdebar.

Irish gelagapan. "Em ..." matanya berlarian kesana-kemari.

"Kau bisa menyuruhku melakukan apapun, aku akan menurutinya selama itu masih dalam batas wajar."

"Seperti?"

"Mengerjakan pekerjaan rumah, membeli bahan makanan dan memasaknya, melaundry pakaian dan membuang sampah dan-"

"Baiklah." katanya lalu berjalan melewati Irish dan masuk ke dalam kamar mandi.

Irish yang tidak percaya jika ia baru saja mendengar Rafael menyetujui untuk ia tinggal di sini, membalikan tubuhnya dan pandangannya mengikuti punggung Rafael.

Benarkah?

Ya, itu benar. Saat ini Irish tidak bisa berhenti tersenyum karena bahagia. Ia kini sedang merapikan ruangan yang akan menjadi kamarnya.

Sepertinya ini memang kamar kosong yang tidak dipakai, di dalamnya hanya ada beberapa barang Rafael yang tidak penting. Ada lemari di sudut kiri dan juga meja kecil di dekat jendela.

"Terimakasih." ucap Irish entah untuk yang keberapa puluh kalinya.

"Kau sudah mengucapkan itu ratusan kali."

Benarkah? Kalau begitu aku akan terus mengucapkannya sampai seribu kali.

Rafael melirik Irish yang tengah membantunya mengganti gorden kamar. Senyuman di wajah Irish terus mengembang seiring dengan bertambahnya barang di kamar ini.

Semuanya sudah lengkap termasuk kasur tanpa ranjang milik Rafael yang selama ini disimpan di gudang apartemen.

Rafael menyimpannya di sana bukan karena sudah rusak lalu kemudian dibawa lagi untuk dipakai oleh Irish, karena demi tuhan kasurnya masih layak pakai. Rafael tidak lagi memakainya karena sudah memiliki kasur baru lengkap dengan ranjang yang kini berada di kamarnya.

"Terimakasih." ucap Irish ketika Rafael selesai memasang gorden kamarnya.

Apakah dia tidak bosan terus mengucapkan terimakasih?

Dan lihat itu, senyumannya terus mengembang. Dia tidak terlihat seperti habis mengalami kejadian mengerikan.

Wajahnya begitu berseri, sangat berbeda dengan kondisi saat pertama kali bertemu.

Save Me, Save YouWhere stories live. Discover now