Kekuatan Kolom Komentar

4.7K 549 80
                                    

Sekitar tahun 2005-2009, waktu belum kebayang sama sekali bakalan jadi editor di sebuah penerbit, aku cuma salah satu pembaca biasa yang suka bikin review kecil-kecilan tentang novel ataupun komik. (sekarang juga masih pembaca biasa kok, tapi enaknya editor, bisa jadi pembaca pertama calon naskah bestseller, ihiy!)

Dan seperti umumnya pembaca biasa, ada satu poin saat aku sendiri mulai iseng-iseng nulis. Awalnya cuma jadi draft di komputer. Tapi kemudian aku mengenal platform menulis yang sangat besar di masanya. Asianfanfiction dan fanfiction.net.

Tulisan isengku berkembang jadi beberapa judul fanfic, yang setelah ditulis, langsung blas diunggah begitu saja tanpa editing sama sekali. Selesai diunggah, langsung kutinggal tidur. Harapannya besok sudah ada yang komentar, minimal jumlah pembacanya sudah lumayan.

Besoknya, waktu kucek lagi, ternyata masih sepi. Sabar, aku mikir gitu. Mungkin nanti sore. Daaan berhubung hidup ini tidak semulus alur cerita yang sudah ditata rapi, sore harinya pun belum ada komentar di tulisanku. Jumlah pembaca juga masih sedikit. Tujuh paling banyak. (ya gimana, fandomnya juga sepi kok, hahaha)

Akhirnya sambil menunggu, draftnya aku buka lagi. Aku baca-baca lagi. Aku edit sedikit-sedikit, lalu update. Pengetahuanku tentang menulis cuma diambil dari panduan ejaan yang sudah disempurnakan, ditambah novel dan komik yang pernah kubaca. Tulisanku juga bukan tipe yang punya diksi surgawi, yang bisa bikin pembaca terpana penasaran, atau baper gara-gara karakternya. Cuma tulisan biasa, ditambah bumbu kecintaan pada karakter bikinan orang dan plot bikinanku sendiri. Aku menanti komentar karena ingin ketemu sama orang-orang yang punya kecintaan sama.

Beberapa hari kemudian, akhirnya ada satu komentar. Pendek, sih. Isinya, "Gara-gara fanfic ini, aku jadi suka sama karakter ini, deh."

Dan gimana senang yang kurasain waktu itu masih bisa aku ingat sampai sekarang. Saking senangnya, aku sampai mikir kalau aku lompat ke jurang waktu itu pun aku nggak bakal mati. Soalnya aku bisa terbang gara-gara senang doang. Sebahagia itu.

Sejak itu aku semakin banyak nulis. Semakin banyak bertukar komentar sama pembaca, juga sesama penulis di platform yang sama. Kalau dengan sesama penulis, aku ingat ada satu penulis yang diksinya aku suka banget, terus aku coba komentar panjang lebar di karyanya (intinya aku bilang aku suka banget, dan karena tulisannya memang sebagus itu, aku jadi suka sama karakter yang sebelumnya nyebelin). Dan ketika penulisnya balas komentarku, aku sampai teriak sambil ngangkat kucing aku ala-ala Rafiki ngangkat Simba. Sejak itu, semakin banyak interaksi seru yang kudapatkan lewat kolom komentar, sesuatu yang nggak akan bisa kulakukan kalau nggak ada platform online semacam itu.

Fast forward sampai akhirnya muncul platform menulis lainnya. Dan kurasa Wattpad adalah yang paling populer sampai saat ini. Setiap hari ada banyak tulisan baru di sini, juga penulis-penulis baru. Kalau ditanya kenapa platform online seperti ini sangat populer, aku selalu teringat gimana senangnya aku setiap kali balas-balasan komentar dengan pembaca atau sesama penulis.

Artinya, dengan menulis di sebuah platform online, kita bisa dapat umpan balik secara real-time! Kita bisa langsung tahu apa yang disuka dan nggak disuka sama pembaca, bisa langsung dapat saran tentang apa yang bisa dikembangkan dari tulisan kita, bahkan bisa berinteraksi sama penulis yang kita suka. (yah, terlepas dari nggak semua komentar itu menyenangkan, tapi mendingan kita fokus dulu di sisi positifnya XD) Semua interaksi ini akan mengantarkan kita untuk bertemu dengan lebih banyak orang baru--pembaca baru, penulis baru--untuk berbicara tentang tulisan kita!

Ini beda dengan masa saat belum ada platform online. Duluuu banget, sebelum ada ekosistem penerbitan, sebelum ada penerbit besar, seorang pembuat karya hanya bisa mencapai orang-orang yang terdekat dengannya, atau minimal satu daerah. Lalu penerbit muncul, dan mereka yang menyebarkan karya tersebut ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak tercapai. Jika karya tersebut mendapat penerimaan yang cukup baik, maka penerbit akan membawa si pembuat karya untuk bertemu para pembacanya di tempat jauh. Tapi selain dari itu, sulit bagi penulis untuk mencapai pembaca secara langsung. Bandingkan dengan saat ini, saat jarak antara penulis dan pembaca dipangkas dalam bentuk kolom komentar.

Lalu di tengah kemeriahan platform online sekarang, saat siapa pun bisa mencetak buku secara independen, di manakah posisi penerbit buku cetak? Ini bakal panjang kalau dibahas langsung di sini. Jadi mari kita bahas lain kali XD

NB: Yang penasaran Clover berminat nerbitin fanfiction atau nggak, itu juga kita bahas lain kali yaaa.


-Mega-
Tulisan ini adalah hasil pemikiran pribadi editor yang bersangkutan, tidak mewakili Penerbit Clover secara keseluruhan.

Cuap-Cuap EditorWhere stories live. Discover now