Lets Be Happy

669 37 6
                                    

Let’s be happy
Don’t be sick
Yanghwa brigde-Zion T.

Aku tersenyum ke arah kamera yang menyorot. Aku berada di ruang khusus pengantin, banyak temanku semasa SMA yang kuundang--sebenarnya Seongwoo yang mengundangnya--datang, kebanyakan dari mereka sudah menikah.

"Kau cantik sekali Seolji-ya!" seru Somi, sahabatku saat aku kuliah di RISD.

"Terima kasih sudah datang, Somi."

Somi memelukku erat. "Jadi kau akan menikahi mantan tunanganmu itu?"

Aku mengangguk. "Semoga kau bahagia," sekali lagi Somi memelukku.

"Noona, bersiaplah memasuki altar," tanganku dingin begitu mendengar suara Hyunji. Aku gugup.

Aku menunggu di balik pintu bersama ayahku. Aku mengetukkan high heelsku dan bergoyang tidak karuan kesana kemari hingga gaun panjangku ikut menari.

Ayah menyentuh pundakku. "Tenanglah Seolji-ya, jangan gugup."

Setelah melihat wajah ayahku yang galak, rasanya aku ingin menangis karena sebentar lagi aku akan menjadi istri orang. Artinya, ayahku sudah tidak lagi bertanggung jawab atas diriku.

Melihat mataku yang berkaca-kaca, ayahku mencubit pipiku. "Hei jangan menangis, make upmu bisa hancur."

"Hih! Tapi appa mencubitku!"

"Putri appa sudah besar. Baik-baik dengannya, kau bisa pulang kapan saja. Eomma, appa, dan Hyunji akan menerimamu dengan senang hati," ayah memelukku erat.

"Appa melarangku menangis, tapi berkata hal-hal yang membuatku menangis. Jadi seperti appa yang biasanya saja yang galak dan cuek!"

"Sudah berhenti mengomel, Seolji. Sebentar lagi pintu akan dibuka," tegur ayahku.

Sedetik kemudian pintu tinggi berwarna cokelat itu terbuka lebar. Menampakkan aula hotel yang disulap menjadi altar dengan nuansa kebun yang menyejukkan. Orang-orang berdiri menyambutku yang berjalan pelan didampingi oleh ayahku di sampingku.

Di depan sana, ada lelaki yang sangat kucintai. Dia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca, dan benar saja dia menangis. Aku terkekeh dalam hati. Seongwoo bahkan masih menangis saat aku tiba di depannya.

"Aku percayakan putriku padamu," ayah menyerahkan tanganku pada Seongwoo yang disambut dengan senang hati.

Seongwoo mengangguk, di depan kami ada pendeta yang akan memulai prosesi janji di depan Tuhan. "Baiklah, kalian siap mengucap janji?"

Seongwoo mengangguk, ia sesenggukan yang membuatku tertawa. Aku maju untuk menghapus air matanya. "Jangan menangis, dasar seharusnya kau bahagia."

"Aku bukan sedih, hanya saja aku terlalu bahagia bisa sampai di sini bersamamu sampai aku menangis. Kau juga cantik sekali, aku merasa beruntung bisa ada di sini bersamamu."

"Ehem, bisakah kita mulai?" Tanya pendeta sambil tersenyum kecil.

Kami saling menatap selesai bersumpah. "Kau bisa mencium pengantinmu."

Seongwoo menarik pinggangku, alih-alih mencium bibirku, Seongwoo justru mencium keningku. Tanpa sadar aku juga menangis, semua yang kulalui akhirnya menemui akhir sama seperti apa yang kuinginkan.

***

Kepalaku menoleh kesana-kemari, mencari seseorang yang sedari tadi belum datang. Seongwoo yang menyadari aku nampak kebingungan bertanya. "Kau mencari siapa? Hyunjin atau Guanlin."

"Aku mencari keduanya," aku menunduk. "Maaf seharusnya aku tak seperti ini, aku bersamamu tapi aku mencari pria lain."

Seongwoo mengecup keningku lembut. "Tidak apa-apa. Aku paham, kau pasti ingin memastikan mereka bahagia dengan mata kepalamu sendiri kan?"

Aku memeluknya erat. "Memang kau yang paling paham tentangku."

"Hei, aku tahu kalian sudah menikah. Tapi kalian tidak kasihan pada jomblo sepertiku ini?"

Aku langsung menoleh dan tersenyum lebar mendengar siapa yang berbicara. "Makanya cari pacar sana?" Sindir Seongwoo.

"Seolji maaf aku baru bisa me--" Somi yang baru saja datang mendadak terdiam.

"Hai Som!" Sapaku.

Hyunjin menoleh ke arah Somi hingga membuat gadis berdarah campuran tersebut gugup. "Hyunjin, perkenalkan ini Jeon Somi, temanku semasa kuliah di Amerika. Somi ini Hyunjin, teman kantorku."

Hyunjin mengulurkan tangannya dengan senyum lebar di bibirnya. "Hwang Hyunjin."

Dengan gugup Somi mengulurkan tangannya. "Jeon Somi, senang bertemu denganmu."

Senyum Hyunjin semakin merekah. "Kau cantik."

"Terima kasih," Somi tersenyum malu-malu.

Aku langsung memukul lengannya pelan. "Dasar pencitraan saja!"

"Bisa kita berbincang sebentar?" Tawar Hyunjin yang langsung ditanggapi dengan positif oleh Somi.

Seongwoo memelukku dari samping. "Hyunjin sudah menemukannya. Kuharap dia bahagia."

Aku tersenyum menatap punggung Hyunjin yang semakin menjauh, senyumku bertambah lebar saat melihat seseorang datang dari arah berlawanan dari Hyunjin. "Guanlin!" Panggilku dari jauh.

Guanlin yang mendengarku lantas tersenyum. Dia membawa wanita cantik di tangannya. "Wah sudah lama tak berjumpa!" Ucapku ceria seolah tak terjadi apa-apa.

Guanlin memelukku. "Senang bertemu lagi denganmu Seolji."

"Kukira undanganku tak sampai ke tanganmu, Bibi Lai selalu sibuk. Kukira beliau melupakan undangannya."

Guanlin terkekeh. "Tentu saja tidak, mama mengabariku lewat telepon. Aku segera memesan tiket untuk ke Korea. Aku juga ingin pamer padamu."

Guanlin mengangkat tangan wanita di sampingnya. Memamerkan sepasang cincin yang terlihat serasi di jari mereka masing-masing. "Wow! Selamat!"

"Ya selamat untukmu juga. Oh iya, namanya Wen Xiaohan."

Aku tersenyum pada wanita berambut hitam di samping Guanlin. "Ong Seolji, sahabat Guanlin."

Wanita itu tersenyum tak kalah ramah dan menyambut uluran tanganku. "Wen Xiaohan."

"Selamat untukmu pak tua, kau akhirnya bisa menikahi Seolji," ejek Guanlin pada Seongwoo yang sudah sebal karena tadi kuabaikan sebentar.

"Selamat juga untukmu bocah, kukira kau tak akan mendapatkan jodoh karena keburu mati ditinggal menikah," aku langsung menarik bibir Seongwoo yang lemesnya minta ampun.

"Jangan sembarangan."

Guanlin tertawa. "Ya sudah, aku akan menemui Mama dan Papa. Sepertinya kalian juga akan menyambut tamu yang lain. Aku duluan."

"Lihat, dia sudah bahagia."

Aku mengangguk. "Ya, aku senang dia bahagia."

"Kalau begitu, ayo kita juga berbahagia. Tolong jadilah bahagiaku dan aku akan menjadi bahagiamu. Ayo bahagia bersama!"

~END~

Tak terasa kita sudah menemui akhir. Huhuhu senangnya aku :v btw-btw aku mau bikin bonchap ehehehehe

My Unexpected Wedding Where stories live. Discover now