I'm Sorry

792 48 12
                                    

Aku menatap kosong ke arah mesin kasir. Hmm hari ini seharusnya menjadi hari yang aku tunggu, tapi karena kebejatan seorang manusia hari ini tak lagi kutunggu. Ya, hari ini seharusnya menjadi hari bahagiaku dimana aku menjadi ratu sehari di atas pelaminan. Tapi sayang bukannya aku menjadi ratu, aku justru menjadi snow white yang diburu oleh ratu jahat bernama Seo Hajin. Astaga! Apakah aku baru saja menyebutnya ratu? Kupikir aku sudah gila.

"Ehem," seseorang berdeham di depanku membuatku kembali pada kenyataan dimana aku masih berada di hadapan meja kasir. "Kau mau bekerja atau melamun?" Ejeknya.

Senyumku langsung terkembang. Aku mencubit ringan lengannya. "Aku sedang melakukannya disaat yang bersamaan,"

Guanlin tertawa sembari menyerahkan satu cup puding dari tangannya. "Ini saja?" Tanyaku. Dia mengangguk sambil tersenyum manis.

"Kapan kau selesai bekerja?" Tanyanya.

"Kenapa? Kau ingin mengajakku jalan? Maaf tapi aku sibuk,"

"Kau sibuk melupakannya," Guanlin terbahak, sepertinya ia bahagia sekali karena telah mengejekku.

"Hhh, tidak. Mustahil untuk melupakan seseorang, yang harus kita lupakan adalah perasaan kita padanya, bukan sosoknya. Masalah kenangan, hal itu tidak bisa dilupakan kecuali kau mendadak amnesia. Yang harus kau lakukan adalah membiarkannya seperti air mengalir yang perlahan mengikis batu karang,"

Guanlin bertepuk tangan. "Woah kau bisa berkata bijak juga rupanya, kukira otakmu ini kosong," ujarnya sambil mengetuk jidatku.

"Bukankah otakmu yang kosong?"

Dia mencubit pipiku. "Tidak, karena otakku dipenuhi olehmu," dia terkekeh pelan. "Kutunggu kau selesai bekerja," ia kemudian keluar, dan menunggu di bangku yang ada di depan tempat kerjaku.

***

Sudah berjam-jam Guanlin duduk di tempatnya, ya walaupun sesekali dia masuk ke dalam untuk membeli cemilan sebagai temannya menghabiskan waktu.

"Kau sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli cemilan Lin," omelku sembari menghitung belanjaannya.

Guanlin tersenyum lebar. "Aku lapar, dan aku butuh teman untuk menunggu,"

"Sudah kubilang untuk pulang--"

"Aku saja mau menunggumu melupakannya tapi kenapa aku tidak mau menunggumu selesai bekerja," jelas Guanlin memotong ucapanku.

"Percuma menasihati anak Papa Ted," aku menghela nafas, lelaki di hadapanku ini membuatku jengah. "Terserah kau sajalah, jam kerjaku berakhir 10 menit lagi,"

Aku masih mengawasi Guanlin dari dalam, dan lelaki itu masih tak beranjak dari tempatnya. Aku bertaruh saat ini dia sedang memainkan mobile legend.

Perhatianku dari Guanlin teralih saat seseorang berdiri di depan meja kasir.

"Ini saj--"

"Hai," ucapnya sambil tersenyum.

"Oh hai," ucapku berusaha senormal mungkin. Aku mengambil alih keranjang belanjaannya, dan mulai menghitung totalnya.

"Apa kabarmu?" Oh, astaga! senyuman itu membunuhku.

"Bisa kau lihat aku masih hidup," ucapku tak acuh, aku tak ingin menatap wajahnya yang tampan itu.

Lelaki itu menunduk, mengusahakan agar wajahnya bisa sejajar dengan wajahku. "Kau menghindariku?"

Astaga! Perlukah dia bertanya seperti itu saat jawabannya sudah jelas. "Tidak," aku memasukan belanjaannya ke kantong plastik yang sedikit lecek karena kugenggam erat-erat. "Totalnya 6000 won,"

"Kenapa kau tidak mau menatapku?" Tanyanya dengan suara sendu.

Mendengar suaranya, air mataku jadi ingin menetes. Ada apa denganku ya Tuhan, kenapa aku selemah ini. Aku berusaha mati-matian agar air mataku tidak mengalir.

"Apa yang kau mau?"

"Aku hanya ingin kembali padamu Seolji-ya," dia memasang wajah memelas.

"Apakah ini skenariomu dengan Hajin? Menarikku kembali kemudian membuangku?" Ucapku ketus.

Dia menggeleng mantap. "Tidak, ini keinginanku sendiri. Aku tidak sanggup jauh darimu,"

"Lalu kenapa kau meninggalkanku waktu itu? Cepat katakan apa maumu, kau ingin aku sakit hati? Kau sudah mendapatkannya Ong Seongwoo. Pergilah,"

Seongwoo menunduk dalam. "Memang salahku meninggalkanmu, seharusnya aku tidak meninggalkanmu Seolji-ya. Aku seharusnya melindungimu,"

Aku memalingkan wajahku. "Kau terlambat Ong Seongwoo,"

"Tapi--"

"Pergi!" Teriakku. "Pergi!"

Karena teriakanku terlalu kencang, Guanlin yang tadinya terfokus pada ponselnya menghampiriku.

"Jangan pukul dia, biarkan dia pergi," apa yang kukatakan, aku pasti sudah gila.

"Kau dengar dia? Silakan pergi Ong Seongwoo-ssi,"

Dengan pasrah Seongwoo berjalan keluar. Berat rasanya, tapi aku harus melepaskannya. Aku tidak bisa membiarkan dia dibunuh oleh ayahku.

"Kau tidak apa-apa?"

Air mataku akhirnya mengalir. "Aku tidak apa-apa Lin," aku menggenggam tanganku kuat-kuat agar isakanku tak terdengar.

"Kau menangis, jelas kau tidak tidak apa-apa," ucap Guanlin dengan suaranya yang datar. "Kau masih tidak bisa merelakannya bukan?"

Aku mengangguk kecil. "Maaf,"

Guanlin bergerak untuk memelukku. "Tidak apa-apa, jangan minta maaf. Bukan salahmu, aku sendiri yang berkata akan menunggumu,"

***

Third person's POV

"Lihat kan? Dia sudah menemukan yang baru, wanita murahan sepertinya tak cocok untukmu," ucap Hajin sambil melangkah masuk ke ruangan Seongwoo.

Lelaki itu hanya mendesah lelah. "Apalagi yang kau mau Hajin? Aku sudah menjauhinya, sekarang menyingkirlah dari hadapanku,"

Tak menyerah, Hajin menangkup pipi Seongwoo dan melumat bibir tipisnya dengan rakus. "Aku hanya ingin kau mencintaiku,"

"Kau sudah tahu itu tidak mungkin terjadi Hajin,"

"Kenapa tidak?!" Kini Hajin memekik tepat di wajah Seongwoo.

"Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri Hajin-a,"

"Lalu apa arti masa lalu kita Seongwoo-ya? Kau tidak menganggapnya?" Air mata buaya Hajin mulai menetes.

Seongwoo masih menatap laptopnya. Tak peduli mau Hajin menangis ataupun Hajin bunuh diri, Seongwoo tak akan mengalihkan perhatiannya dari laptopnya.

"Kita ini hanya sebatas teman Hajin,"

"Sudah kuduga! Seharusnya aku tidak membiarkanmu bertemu dengan gadis jalang yang sudah merebut cintaku!"

Hajin keluar dari ruangan Seongwoo sambil membanting pintu sampai jendela kaca yang tertempel di tembok bergetar hebat.

Seongwoo memijat pangkal hidungnya. Sungguh tak habis pikir dengan Hajin yang selalu bersikap seperti itu. Menganggap Seongwoo hanyalah miliknya.

~TO BE CONTINUE~

Banjiri kesayangannya Seongwoo dengan vomment yeu heuheuheu.

Oiya comeback nya gimana? Mewek heuheuheu

My Unexpected Wedding Where stories live. Discover now