6. Tersesat

162 31 7
                                    

Lova nyesel senyesel-nyeselnya karena udah nge-iyain ajakan Doyoung untuk jalan-jalan. Awalnya sih seru, mereka keliling-keliling pakai motor yang tadi dibawa Doyoung. Biarpun suaranya berisik, Lova malah menganggap itu seru.

Sialnya, pas mereka jalan-jalan ke dusun Rejeki yang terletak lumayan jauh dari dusun Serasih, di perjalanan balik, motor butut itu mogok di tengah jalan. Dobel sial, mereka kejebak di jalanan yang lumayan jelek dan dikelilingi sama hutan.

"Apanya yang rusak sih, Kak? Bensinnya abis apa gimana?" tanya Lova cemas. Langit sudah kemerahan, tandanya nggak lama lagi malam tiba.

"Bensinnya gak habis. Gak tau ini gue nyari-nyari rusaknya gak dapat," jawab Doyoung sambil merhatiin kabel-kabel motor.

"Duh, mana rencananya tadi jam empat anak-anak mau keliling kampung buat perkenalan sama warga. Ini aku doang yang gak ikut."

"Ya gimana, Dek. Gue juga gak tau ni motor bakal mogok."

Lova natap sekitar, berharap ada orang yang lewat dan bisa dimintain tolong. Sayangnya, di sini sangat sepi. Benar-benar cuma dikelilingi hutan. Jalanannya saja masih belum diaspal.

"Kita jalan kaki aja deh," kata Doyoung setelah menyerah. "Paling tiga puluh menit lagi udah nyampe. Dari pada nanti keburu gelap."

"Terus ini motor Bapak posko Kakak gimana?"

"Gampang itu. Bentar ya."

Doyoung ngedorong motor itu ke tengah hutan lalu markirin di antara pohon-pohon yang tumbuh berdekatan. "Aman dah."

"Yakin gak bakal ilang tuh?"

Doyoung tertawa. "Siapa juga yang mau ngambil motor kayak gitu."

Lima belas menit setelah jalan kaki, mereka nemu persimpangan. Keduanya kompak berdiri lalu saling tatap.

"Yang mana?" tanya Lova dan Doyoung hampir bersamaan.

"Kakak nggak ingat?!" jerit Lova kesal.

Doyoung tersenyum penuh rasa bersalah. "Enggak, Lov. Mirip gini."

"Ya ampun. Gimana dong." Lova semakin panik melihat langit yang mulai gelap. Ini sih udah masuk maghrib. "Kak udah maghrib. Sebenarnya orang gak boleh ada di luar loh jam segini. Ini kita malah nyasar di hutan."

"Kita coba ke kanan aja dulu kali ya," saran Doyoung.

Lova yang udah pasrah akhirnya ngangguk. Dia mengekori Doyoung ke arah kanan. Sesekali dia juga ngecek hapenya, berharap nemu signal biarpun dikit. Setidaknya buat minta tolong sama yang lain.

"Lov, ini sungai." Doyoung menunjuk jalan menurun di depannya dan terdapat sungai di sana.

Lova langsung muter badan dan narik Doyoung dari situ. "Berarti yang tadi musti belok ke kiri. Ayo cepet."

Yang tadinya jalan cepet-cepet, langkah Doyoung dan Lova tiba-tiba melambat. Seorang bapak-bapak muncul dari dalam semak-semak. Bapak itu gak pakai baju, cuma celana pendek warna cokelat yang udah lusu. Eskpresi mukanya juga sulit ditebak.

"Kak, itu apa..."

Doyoung maju selangkah dengan masang muka tenang. "Maaf, Pak. Kita numpang lewat ya."

Hening.

"Kak..."

Doyoung ngeraih tangan Lova lalu ngajak cewek itu buat nerusin langkah. "Udah, jalan aja. Kayaknya--"

"Mau kemana kalian! Hahahaha!"

"Kak Doyoung!" pekik Lova ketika si bapak tiba-tiba menghadang jalan mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MOMENT ✖ JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now