4. Night Attack

136 43 10
                                    

Mereka sampai di posko ketika waktu hampir menunjukkan pukul 7 malam. Pemilik rumah yang ditempati adalah kakek-kakek yang tinggal sebatang kara. Namanya Mbah Yono. Beliau adalah pensiunan guru. Sekarang tinggal sendirian karena ketiga anaknya pada pergi merantau.

Rumah ini lumayan nyaman untuk ditempati. Modelannya sama kayak rumah-rumah di desa pada umumnya. Rumah panggung gitu, cuma mungkin karena anak-anak Mbah Yono pada sukses, kayu-kayu yang dipake adalah kayu yang mahal dan kuat. Ukurannya juga luas banget. Satu-satunya kekurangannya cuma banyak debu. Maklum sih, Mbah Yono pasti nggak sempat buat bersih-bersih tiap saat.

"Di sini cuma ada dua kamar kosong. Tapi yang satu ndak bisa dipakai karena ditempati barang-barang anaknya Mbah," jelas Mbah Yono.

"Gak pa-pa, Mbah. Biar yang cewek saja yang pakai kamarnya."

"Kalau kalian mau tidur ramai-ramai di ruang keluarga juga ndak apa-apa. Yang pernah KKN di sini dulu begitu karena katanya takut kalau di kamar. Ada aura mistisnya, sebelahan sama kebun soalnya." Mbah Yono ketawa abis ngomong gitu.

Winwin langsung mendekat ke Lova. "Rumahnya emang kayak angker gak sih?" bisik Winwin.

"Hush, jangan ngomong gitu. Ntar Mbah tersinggung loh," tegur Lova.

Mbah Yono malah ketawa lagi, ternyata dia dengar percakapan Winwin dan Lova. "Ndak apa-apa. Emang rumah ini kesannya kayak serem soalnya jarang ditempati. Mbah lebih sering tinggal di rumah yang dekat kebun soalnya."

"Oh iya, Mbah. Soal tumpangannya, kira-kira harga sewanya berapa?" tanya Irsa hati-hati. Setahunya, ada beberapa pemilik rumah yang minta duit sewa menurut cerita para seniornya.

Mbah Yono mengebas-ngebaskan tangannya. "Ndak usah. Mbah malah seneng kalian tinggal di sini. Ndak sepi lagi rumahnya. Yang penting kalian rajin-rajin membersihkan saja biar tempatnya nyaman."

"Nggih, Mbah," jawab mereka serempak.

Setelah Mbah Yono beranjak keluar rumah, mereka mulai membereskan barang-barang bawaan. Malam ini Mbah Yono lagi-lagi harus nginap di rumah kebunnya karena gak mau duriannya yang jatuh dicolong orang. Kalau lagi musim durian emang musti kayak gitu. Kalau nggak dijaga, ya ilang.

"Gue mau mandi ah," kata Winwin setelah menyusun pakaiannya ke dalam lemari kecil yang disediakan Mbah Yono di sudut ruang keluarga.

"Jangan lama-lama. Gue juga mau mandi," sahut Ajeng.

Winwin berdiri setelah ngambil satu baju kaus dan satu celana training. Dengan handuk tersampir di bahu dan tas berisi sabun di tangan kirinya, dia berjalan menuju kamar mandi. Tapi nggak lama setelah itu, dia berhenti. Tepatnya pas di pintu antara dapur dan ruang keluarga.

"Jae, lo bisa temanin gue nggak?" tanya Winwin pada Jaehyun yang sedang sibuk menata barang bawaannya.

"Apa?" tanya Jaehyun nggak yakin.

"Agak gelap gini dapurnya. Gue takut."

Jaehyun berdecak. Tapi dia tetap ngekorin Winwin ke belakang. Kamar mandi terletak di dekat tempat cuci piring. Suasana di sini emang remang-remang. Wajar sih kalau Winwin takut.

Jaehyun duduk di salah satu kursi, sementara Winwin masuk ke kamar mandi. Baru aja cowok itu nyalain lampu kamar mandi, teriakan histeris terdengar. Jaehyun dengan sigap berdiri dan menghampiri Winwin.

"Ada apa?"

Winwin menunjuk ke arah lantai kamar mandi di dekat bak. "Kecoa! Bunuh, Jae! Singkirin! Aaah!"

Jaehyun melompat mundur, wajahnya berubah pias. Di sana bukan cuma ada satu kecoa, tapi banyak dan ngebentuk kayak batalion siap serang.

"Kok lo mundur sih!?" Winwin ikutan mundur sambil berteriak.

MOMENT ✖ JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now