10

20 0 0
                                    

Kalo gue boleh milih. Gue milih ga usah di lahir ke dunia daripada harus jadi anak yang tidak di harapkan.

"Gue boleh duduk di sini nggak?" ucap pria yang rara hafal betul dengan suaranya padahal baru beberapa kali mendengar nya

"ga" ucap rara cuek.

"boleh kok duduk aja" ucap fifi sambil menatap pria itu tidak kedip.

"lo apa apaan sih fi" ucap rara

"jadi? Boleh ga?" tanya ulang pria itu

"boleh kok. Udah lah ra kasih aja kan bangku sebelah gue masih kosong, sebelah lu juga kan" ucap fifi

"terserah lo. Kalo mau duduk di sebelah fii aja" ucap fifi. Kalo bukan karna laper rara pasti memilih untuk pergi daripada harus melihat pria itu

"thanks ya"

"nama lo siapa sih? Anak baru ya? Pindahan darimana? Rumah lo dimana? Boleh ga kapan kapan gue main?" tanya fifi, yang membuat pria itu tertawa kecil.

"Kalo nanya satu satu ngapa" ucap rara sedikit kesal.

"oke oke. Nama gue bagas. Gue pindahan dari bandung." jawab bagas

Selanjutnya mereka bertiga lanjut makan, karena rara merasa tidak nyaman, ia menyelesaikan acara makannya dengan cepat.

"gue ke kelas duluan ya. Bye" ucap rara lalu bangkit dari duduk nya.

"ra tunggu" ucap bagas sambil mengejar rara.

"lah kok gue di tinggal sih. Bakso gue sayang banget anjir kalo di tinggalin. Bodoamat lah yang penting gue kenyang"

"Kalo lo gabisa jawab sekarang it's okay tapi ijinin gue buat jadi temen lo. Lo gaperlu ngehindar dari gue. Karena gue ga akan menanyakan hal itu di umum" ucap bagas.

"lo janji?" tanya rara

"i'm promise"

"oke."

"oke? Maksutnya?"

"oke kita temen sekarang" ucap rara sambil senyum.

"thank you" ucap bagas

"gue harus kekelas sekarang. Bye" ucap rara

"oke bye"

Setelah rara sudah pergi ke kelas nya datanglah fifi yang ngos ngos an.

"rara mana?" tanya fifi to the point

"ke kelas nya"

"ih kok ga nungguin gue sih sebel ih. Yaudah lah gue mau ke kelas juga deh. Bye gas oksigen" ucap fifi

"RARAAA" teriakan fii langsung menggema di kelas

"apaan sih bangsat"

"ga boleh ngomong kasar ya babi"

"lah emang lu pikir barusan lu ngomong lembut?"

"emang gue ngomong apaan?"

"bodoamat lah gue mau tidur"

"emang jamkos?"

"menurut lo?" tanya rara malas

"Ho o" ucap fifi polos bettt

"yaudah deh gue juga mau bobok cantek"

"lu jangan tidur. Ntar kalo tiba tiba gurunya masuk yang bangunin gue siapa coba?"

"dih kok gitu"

"ya emang gitu" ucap rara seadanya dan membuat fifi mengerucutkan bibirnya.

Selang 15 menit guru yang bertugas untuk mengajar di kelas rara masuk.

"ra bangun pak gondrong dateng noh" ucap fifi pelan. Karena pak gondrong menuju ke tempat duduk nya dan rara

"ganggu aja si monyet" ucap rara tanpa sadar dan masih memejamkan mata

"ngomong apa kamu tadi?" tanya pak gondrong

"gaya gaya an si lu fi ngomong nya aku kamu"

"RARA" bentak pak gondrong sambil menggubrak meja. Rara terkejod dan membuka matanya

"eh pak botak. Eh maksut saya pak gondrong. Eh bukan bukan maksut saya pak salim. Ngapain pak? Katanya jamkos" ucap rara sambil nyengir. Membuat teman teman nya menahan tawa mereka karna ucapan rara.

"SEKARANG KAMU KELUAR DARI PELAJARAN SAYA DAN HORMAT DI DEPAN TIANG BENDERA SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA SELESAI"

"iye iye pak. Ga usah pake urat gitu napa. Inget umur, ntar kalo urat nya putus gimana. Ga bisa marahin rara imut ini gimana. KABURRE" goda rara dan membuat seisi kelas tertawa kecuali pak salim

Btw pak salim itu sebenernya botak. Murid murid ngasih panggilan pak gondrong.









________________________________________________

Segitu bae lah. Author nya pusing mikirin barang buat ospek

Gada semangat gitu? :(

Happy reading aja lah
















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My heart and my pain Where stories live. Discover now