22. Pertemuan Tak Diduga (2)

3K 499 58
                                    


"Ketika kamu menyakitinya, dia yang menjadi penawar luka.
Ketika kamu mengecewakannya, dia yang selalu menerima.
Dan, ketika kamu meninggalkannya, dia tetap di sampingmu, sekalipun hormatmu sudah jatuh pada pasanganmu, kelak. Karena apa?
Karena, tidak ada cinta laki-laki seutuh Ayah."

🌈🌈🌈

"Almira?"

Kekagetanku terasa juga oleh Sena dan Papa Sena. Keduanya nampak mengarahkan pandangannya pada kami.

"pak Alandra kenal dengan anak ini?" suara Papa Sena mengintrupsi, matanya bergantian melirik kami.

Aku juga menunggu jawaban dari bapak yang berdiri di depanku. Pertemuan kami lalu aku berhasil pergi darinya, namun mengapa kami malah dipertemukan kembali? Papa Sena bilang tadi namanya adalah pak Alandra? Sebenarnya siapa pak Alandra ini?

Kulihat pak Alandra berdehem pelan setelah mengalihkannya pada wajahku. "Bisa kami berbiara berdua?" tanya.

"Hanya saya dan Almira," tambahnya dengan senyum tipis.

Beliau lalu menepuk pelan bahu Papa Sena. 
"Sebentar. Saya nanti akan ceritakan."

Matanya lantas memicing ke arahku untuk mengikutinya ke arah depan rumah. Aku ragu menyusulnya, lalu melirik Sena di sampingku yang mengangguk pelan membuatku ikut melangkah.

Kami berdua sudah berdiri bersisiran, aku masih menunduk dengan sesekali melirik ke arahnya. Masih menjadi pertanyaan tentang identitas pak Alandra ini.

"Almira?" ujarnya lembut. Sontak membuatku menatapnya.

"Maaf, bapak ini..." mataku memicing ke arahnya, "siapa?"

Beliau tersenyum tipis. "Alandra. Maaf sampai pertemuan ketiga, kita baru kali ini sempat berkenalan."

Aku hanya mengangguk pelan. Sebenarnya masih banyak pertanyaan lain yang ingin kutanyakan, tentang mengapa dia mencariku sampai di gerbang sekolah?

"pak Alandra, apakah ada hubungan dengan Almira?" Kulihat dia menatapku tajam, membuatku kembali menciutkan keberanian.

"Ma-maksudku, hubungan masa lalu, atau hubungan apapun," jawabku dengan keberanian yang kupunya.

Hanya itu pertanyaan yang mampu kukeluarkan, mungkin saja pak Alandra memang memiliki hubungan masa lalu dengan keluargaku, atau aku yang berlebihan?

Beliau membalik badan ke arah depan, memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Hubungan masa lalu, ya?" Dia membalik badan dengan melirikku sekilas.

"Anggap saja begitu, Almira." Jawaban pak Alandra sukses membuatku membulatkan mata.

Aku sampai maju ke arahnya. "Begi-gitu, bagaimana, Pak?"

Kulihat pak Alandra menghembuskan napas pelan dia sudah kembali sepenuhnya menghadapku. "Nanti, saatnya kelak kamu akan tau semuanya. Sekarang, saya hanya bisa memberitahumu satu persatu."

Aku meremas jari, sebenarnya serumit apa masalah keluargaku dulu? Bagaimana keadaan Ayah, Ibu?

"Apa.. aku punya orang tua?" tanyaku menyelidik. Beliau lantas tersenyum dan mengangguk.

"Punya. Bahkan wajahmu, mirip dengan Ibumu." Aku kembali mematung mendengar jawabannya.

Benarkah aku mempunyai Ibu yang wajahnya mirip denganku? Bagaimana dia saat ini? Apakah kami bisa bertemu? Walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, setidaknya fakta ini membuatku senang.

Rumah Pelangi [SELESAI]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें