Miyu pasti bangga nih punya Ayah kayak Ananda.
=======
Sepertinya hampir semua orang terpesona dengan kehadiran makhluk mungil namun bongsor bernama Raden Miyu Maurasena.
Bagaimana tidak, bayi gembul dengan bobot di atas normal yang lahir dari genetik Ananda Mingyu dan Raden Wonwoo seperti diberkahi Tuhan kegemasan berlebih. Pipinya yang bulat dengan semburat merah, bibir mungil yang ketika haus praktis akan mengerecut lucu, dan jangan lupakan wajah cantik perpaduan sempurna kedua orang tuanya.
Mingyu sampe pusing bagaimana caranya mensyukuri keajaiban ini. Selelah apapun tubuhnya, Mingyu bahkan rela dan seolah lupa untuk tidur. Malah lebih sering mengizinkan Wonwoo untuk beristirahat, lalu dia yang menjaga Miyu.
Sebagai suami yang menyayangi istri, Mingyu gak tega melihat Wonwoo kesakitan apalagi pasca operasi. Bagaimanapun juga, yang berjuang mati-matian untuk melahirkan adalah Wonwoo. Sudah sewajarnya Mingyu ingin membayar rasa lelah itu dengan mengurus Miyu sendirian.
Mungkin itu juga dapat dikatakan sebagai bentuk rasa bersyukur Mingyu. Bentuk tanggung jawabnya pada keluarga kecil yang kini lengkap setelah lahirnya sang buah hati. Rasanya Mingyu seperti jatuh cinta lagi melihat Miyu untuk pertama kali. Cinta yang begitu besarnya untuk Wonwoo seolah dibagi dua dan sama rata untuk putri pertama mereka.
Siang itu adalah hari pertama Mingyu menjadi Ayah. Tentu banyak teman dan kerabat yang menjenguk untuk melihat wajah dan mendo'akan Miyu. Saking banyaknya, Mingyu sampai gak menyangka jika ruang rawat begitu ramai. Semua terhipnotis dengan Miyu yang mencuri perhatian.
Seperti keluarga Aldebaran yang lama absen di ff ini, datang bersama Nabda yang sudah bisa berjalan perlahan. Belum apa-apa, Hoshi menyerobot untuk minta menggendong Miyu. Dia takjub tentu aja, apalagi ketika bayi gembul itu menguap dan memainkan jemari gemasnya.
“Ini beneran bayi kan? Bukan boneka?” selorohnya entah sengaja atau memang sungguhan polosnya.
Mingyu mendengus. Masih memangku Nabda yang juga gak mau kalah untuk melihat bayi cantik yang berada di gendongan Papanya.
“Mana ade sih Bang boneka napas?”
“Buktinya ini anak lo. Gemesin banget sumpah, mana pipinya tumpah-tumpah. Curiga gue dia nyimpen stok makanan di situ.”
“Dih, lo kate anak gue hamster?”
“Hemtey?” Nabda memukul pipi Mingyu. “Mamama ma?”
Wonwoo di atas ranjang tersenyum. Masih gemas dengan balita gak kalah gembul itu. Mungkin kalo Miyu lahir sebagai bayi laki-laki, akan menjadi teman main Nabda.
Katanya, “bukan hamster sayang, tapi itu bayi. Namanya baby Miyu.”
Nabda merespons kalimat Wonwoo dengan ocehan khas bahasa bayi, yang anehnya Uji sebagai Ibu asuhnya mengerti.
“Iya, nanti Kakak main sama Adek Miyu ya kalo udah besar. Dijaga Adek cantiknya, jangan dibikin nangis. Kakak janji?”
“Nyanyanyanya!” balas Nabda dengan suara kencang dan hampir membuat Miyu terbangun dari tidur cantiknya.
“Kakak jangan teriak-teriak dong,” Hoshi membawa Miyu mendekat dengan Nabda. “Nanti Adek baby kebangun, kasian.”
Melihatnya, Mingyu tertawa. Mengelus surai hitam Nabda yang berada di pangkuannya. Jadi, begini ya rasa dan indahnya berkeluarga? Sebagai pemimpin dan tulang punggung di keluarga kecilnya, Mingyu terharu luarbiasa. Ingin menghentikan waktu dan menikmati masa ini lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Fanfiction[𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜] #𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐞𝐫 𝟖 𝘘𝘶𝘦𝘳𝘦𝘯𝘤𝘪𝘢 (𝘯.) 𝘢 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘰𝘯𝘦𝘴 𝘴𝘵𝘳𝘦𝘯𝘨𝘵𝘩 𝘪𝘴 𝘥𝘳𝘢𝘸𝘯, 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘰𝘯𝘦 𝘧𝘦𝘦𝘭𝘴 𝘢𝘵 𝘩𝘰𝘮𝘦; 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘳𝘦 𝘺�...