"Gue harus mutusin apa coba? Gue gamau mutusin Guan, tapi gue sakit kalo lama-lama kek gini." gue mikir galama...

'I said fuck you, i was the brightest light you ever knew. And next time you call me, yelling on the phone. And i'll say fuck you and leave me alone.'

Hp gue bunyi dan gue gamimat sama sekali buat angkat karna yang telpon Guanlin.

Dia gaada berentinya nelpon dan terpaksa gue angkat.

"Halo? Akhirnya lo angkat juga." katanya dan gue cuma diem.

"Sen, gue minta maaf." gue diem.

"Sen, please jawab." gue muak banget sumpah.

"Se-"

"Apa?! Lo mau gue jawab apa? Lo berharap gue maafin?! Hati gue sakit Guan. Lo gatau kan rasanya gimana? Dan dengan gampangnya lo minta maaf? Sakit hati gue gaberkurang cuma karna lo minta maaf." nafas Guanlin kedengaran gue tau banget dia lagi frustasi sekarang.

"Gue harus apa Sen biar lo maafin gue?" kata dia pelan.

Gue diem buat mikir.
"Yakin lo bisa milih?" tanya gue.

"Yakin! Lo mau gue milih apa?" dia langsung semangat gitu.

"Lo pilih gue atau Junmi? Kalo lo pilih gue, jauhin Junmi. Kalo lo pilih Junmi, lepasin gue." dia diam gangejawab sama sekali.

"See? Lo gabisa milih kan?" dia masih aja diam.

"Lo cowo bukan si? Harusnya hati lo galabil gini, Guan. Apa lo harus ngerasain dulu diposisi gue baru lo bisa ngertiin gue? Gue juga yakin kalo lo diposisi gue juga gabakalan tahan kalo diginiin. Kalo lo emang pilih Junmi silahkan. Tapi jangan harap gue mau balik sama lo, gue tutup." belum sempat gue tutup Guanlin uda teriak.

"Jangan. Sen, please. Gaada pilihan lain? Gue susah milih. Lo pacar gue sedangkan Junmi sahabat gue." gue ketawa.

"Sahabat lo bilang?! Kalo memang sahabat gamungkin lo cium dia didepan gue yang statusnya pacar lo! Lo mikir Guan, gimana jadinya kalo gur ciuman sama cowo lain didepan lo?! Ngamuk mungkin lo!" kesel banget gue.

"Gue pilih lo, Sen." gue diem.

"Tapi gue mau hubungan kita go public." kalo abang Jimin tau gimana?

"Besok gue jemput lo. Sekarang lo tidur ya? Good night." Guanlin matiin sambunganya.

"Ahh ini gimana? Adohh, kira-kira bang Jimin marah ga ya?" gue gamau ambil pusing dan tidur.

***

Author

"Sena, bangun sayang." ucap bunda sembari menggoyang-goyangkan badan Sena.

Sena menggelilat.
"Bentar bun." ucapnya.

"Ish kamu ini, itu ada yang jemput katanya pacar kamu. Tinggi gitu anaknya, ganteng lagi." ucap bunda membuat Sena terbangun dan melotot.

"Serius bun? Guanlin bukan?" tanya Sena panik.

"Bunda gatanya namanya, cepet sana mandi." Sena tambah panik.

"Bun, suruh naik ke kamar Sena aja bun." pinta Sena, bunda menyeritkan keningnya.

"Yakin nih?" Sena menangguk yakin.

Bunda keluar dari kamar Sena dan tak lama setelah itu munculah Guanlin.

"Bang Jimin liat lo ga?" tanya Sena, Guanlin menggeleng.

"Nekat banget sih lo! Kalo bang Jimin liat abis lo." gerutu Sena, Guanlin terkekeh.

"Kamu lupa? Aku mau hubungan kita gopublic." ujar Guanlin.

Sena memutar bola matanya.
"Iya gue tau. Pelan-pelan juga bisa kali. Eh, serius nih lo pilih gue?" tanya Sena memastikan.

"Kamu bukan pilihan, Sena. Seharusnya dari awal aku gaplin-plan gini. Maaf uda bikin kamu kecewa sampe matanya bengkak gini." ucap Guanlin sambil mengusapkan mata Sena yang bengkak lalu memeluk tubuh Sena.

"Aku sayang kamu, Sen." sebenarnya Sena sudah ingin sekali nangis, namun Sena melihat jam sudah pukul setengah tujuh.

Guanlin melepaskan pelukanya lalu mengecup kening Sena.

"Kamu mandi sana." suruh Guanlin sambil memutar badan Sena dan mendorong Sena ke kamar mandi, Sena hanya menurut.

Setelah beres-beres, Sena dan Guanlin turun ke bawah.

"Bun, bang Jimin mana?" tanya Sena.

"Uda duluan tadi, katanya buru-buru." Sena bernafas lega.

"Ini pacarmu Sen?" tanya bunda dan Sena hanya mengangguk.

"Iya bun." jawab Sena. Bunda melihat Guanlin dan tersenyum.

"Guanlin tante." ujar Guanlin.

"Panggil bunda aja. Eh sarapan dulu sini." ajak bunda, Sena menggeleng.

"Telat bun. Ntar aja di sekolah. Sena sama Guan pamit dulu ya bun. Samlekum." Sena dan Guanlin pamitan sama bunda dan berangkat ke sekolah.

🍄🍄🍄

First Love • Choi SoobinWhere stories live. Discover now