1. Ranjangku Dinaiki Perempuan Lain

45.6K 663 45
                                    

Malas aku hidup di dunia ini. Sejak Mas Anton mendua, hatiku tersayat-sayat perih melihat dia asyik berdua-duaan dengan betina jahanam itu.

Sedang aku, hanya bisa mengurut dada, memijit pelipis setiap kali mereka ber-indehoy cikidipappap di rumahku sendiri. Mereka baru pergi setelah kamar porak poranda seperti habis diterjang badai.

Aku gak bisa diginiin. Walaupun aku stroke, aku masih istri sahnya Mas Anton. Masih layak untuk dihargai dan dihormati.

Dalam hati aku bertekad untuk sembuh. Segala cara harus kutempuh untuk bisa kembali eksis di blantika dunia yang penuh cerita ini.

Mungkin kalian bertanya-tanya, usia belum sampai empat puluh kok bisa stroke?

Sini, aku teriakin! Yang namanya sakit, itu tidak memandang usia. Kalau bisa memilih, aku tidak ingin mendapatkan penyakit sialan ini. Kalian kira enak, di saat mulutku pencong, badan lemas sebelah, eh suami malah asyik merajut kasih dengan binal sundal lacur sialan itu, yang dulunya adalah sahabatku sendiri.

Tuti, begitu namanya. Instruktur senam yang bisa dipanggil kemana-mana. Maksudku, dia bisa diundang untuk menjadi guru senam. Gak tahu juga, sih, apa dia juga bisa menjadi wanita panggilan.

Mungkin karena profesinya itu, dia selalu terlihat cantik dan menawan. Tidak ada yang menyangka kalau usianya sudah 38 tahun.

Tidak perlulah, ya, kurinci bagaimana bentuk pisiknya. Selain membuatku stress, aku juga sedang sangat marah sama dia. Tega-teganya dia mengajari suamiku bergoyang di atas ranjangku sendiri.

Entah di mana otaknya itu.

Makanya, aku ingin sekali bisa sembuh. Kalau aku sembuh, akan kusemprot dengan cabe merah plus merica kue apemnya itu. Biar dia sadar dan tobat karena tega-teganya merebut perhatian Mas Anton.

Sakit! Sakit sekali rasanya hati ini. Mas Anton yang dulunya penuh kasih, sekejap mata berubah dingin dan cuek dengan keadaanku.

Yang paling menyedihkan, si Tuti bergelayut manja di lengan lelakiku itu sambil berkata, "Sudah tidak ada harapan, Mas. Si Timar tidak akan bisa sembuh. Hanya menunggu waktu untuk Malaikat mencabut nyawanya. Namun, kamu jangan sedih, Mas. Aku selalu siap membuatmu BASAAHHH!"

Siaaalaaan! Siaaalaaan! Wanita busuk! Ingin sekali aku merobek-robek mulut binatangnya itu. Kalau saja aku tidak sakit sudah kulayangkan kakiku ini ke moncong beruknya itu! Tuti sialan! Brengsek!

Kau akan membayar mahal semua ini, Tuti!

***

Baiklah, sekian dulu part 1 cerita ini. In sha Allah, kalau ada waktu disleding kepalanya si Tuti.

Bersambung.

PELAKOR DI KOLONG RANJANGWhere stories live. Discover now