4 - Hadza

42 6 2
                                    

Hidup itu keras. Bagi yang tidak kuat menghadapinya maka di saat itulah kisahmu berakhir, dan di saat kamu merasa kuat, maka kamu harus bersiap mengahdapi segala rintangan yang menerjangmu dari manapun itu. Itulah yang di alami Hadza, terkadang ia merasa tidak memiliki siapa-siapa dan terkadang juga ia merasa bahwa yang tidak ada di dalam dirinya adalah suatu kebanggan tersendiri baginya.


Jauh dari orang tuanya membuatnya merasa bahwa ia adalah anak yatim piatu yang sebenarnya orangtuanya itu masih hidup. Tetapi, pekerjaan dan nafsu dari kedua orangtuanya yang tinggi lah yang membuatnya sibuk dengan urusan duniawinya. Baginya uang adalah segalanya, namun bagi Hadza keluarga adalah yang Number One.

Disinilah sekarang Hadza, berbaring di atap rumahnya dengan kedua tangannya dilipat yang dijadikannya sebagai bantal. Sedari tadi ia sibuk memandang langit-langit yang di penuhi dengan bintang-bintang dan sebuah bola yang bersinar menerangi jagat raya.

" Den, Den Hadza. di panggil sama nyonya den, udah di tungguin nih di ruang keluarga " teriak Bi Inah dari balkon kamar Hadza.

Hadza mendengernya, namun ia sedang tidak mood untuk menemui kedua orang tuanya itu. Dan tak lama kemudian, kembali terdengar teriakan dari tempat yang sama.

" Hadza, ayo turun. Papa mau bicara penting sama kamu " ucap Mariska, mamanya Hadza.

Hadza mulai muak dengan segala perintah sampah dari kedua orang tuanya itu. Dengan santai dia menuruni tangga dan masuk ke dalam kamarnya melalui balkon. Tak di sangka saat dia baru saja menginjakkan kakinya di balkon, seluruh anggota keluarganya telah berkumpul di dalam kamarnya.

" Papa sama Mama sudah memutuskan, bahwa setelah kamu lulus SMA kalian akan ikut kami ke London, kamu dan kakak kamu, Arka akan kuliah di sana " Rafi yang baru saja menyekesaikan pembicaraannya itu, langsung pergi dari kamar Hadza dengan langkah terburu-buru.

Hadza hanya menghela nafas melihat kelakuan papa nya itu yang suka memerintah tanpa sebab dan marah tanpa alasan.

" Strong boy, apapun yang mereka lakukan itu buat kebaikan kita juga. Iya kan ? " ucap Arka kepada adiknya itu.

" Yes, you're right " Hadza melebarkan senyumnya dan menepuk-nepuk bahu kakaknya itu.

Sekilas taka da yang berbeda di antara mereka berdua. Namun jika dilihat dari sikap, Arka cenderung lebih dingin daripada Hadza. Matanya yang berwarna coklat dan sipit, menjadi idola tersendiri bagi kaum wanita.


***


Tok..Tok...Tok...

" Den, ada temannya nih nungguin di bawah " suara Bi Inah menggema di telinga Hadza.

" Iya bi, sebentar saya turun " kalau di bandingkan dengan mama dan papanya, Hadza lebih terlihat sopan kepada Bi Inah. Karena mungkin ia merasa orangtua keduanya adalah Bi Inah.

Setelah beberapa saat, Hadza keluar dari kamarrnya dan saat ia menuruni anak tangga, ia sudah bisa melihat beberapa spesies makhluk astral yang berkumpul di ruang tamu.

" Eh abanga Hadza. Darimana aja bang " celoteh Gilang saat Hadza baru saja meletakkan bokongnya di atas sofa berwarna abu-abu itu.

' Pagi-pagi udah ngebacut loh " ucap Hadza seraya menatap Gilang dengan tatapan sinisnya. Sontak saja Gilang langsung mengalihkan pandangannya ke bawah.

" Apa rencana lu pagi ini Za ? " tanya Ferrel

" Gue mau ke Bandung nih, mau survei tempat buat besok kita kemah "

Ketiganya mengangguk mengerti.

Setelah beberapa jam mereka berbincang-bincang manjahh, akhirnya selesailah pertemuan mereka. Dan sekarang waktunya Hadza dan Adeeva untuk pergi ke Bandung. Mereka akan menyusun tempat, hingga membersihkan beberapa ranting atau dedaunan yang rasanya terlalu menganggu.

Tak ada rencana Hadza untuk menjemput Adeeva, dan mereka pergi dengan menaiki kendaraan yang berbeda-beda. Hadza dengan motor ninja kesyangannya dan Adeeva menggunakan mobil papanya dengan supir yang mengantarnya hingga tempat tujuan.

Sekitar 2 jam berlalu akhirnya, Adeeva sampai di tempat yang sudah di rencanakan. Entah takdir atau hanya kebetulan, ketika Adeeva turun dari mobil, yang pertama kali ia lihat adalah Hadza yang memarkirkan motornya tepat di belakang mobil Adeeva.

Hadza melepas helm dari kepalanya dan segera menyisir style-an rambutnya yang rusak karena helm dan kencangnya angin di jalan. Ketika Hadza menyadari bahwa ia sedang di perhatikan seseorang, raflek Adeeva langsung membuang muka, lebih tepatnya salting.

Hadza menuruni motornya dan melangkah secara diam-diam kea rah Adeeva. Dan tanpa sadar sekarang ia sudah berada di belakang Adeeva.

" Jangan perhatiin gue dalam diam, karena itu penyebab adanya jatuh cinta dalam diam " bsisknya di dekat Adeeva.

Setelah Hadza menyelesaikan ucapannya, entah mengapa detak jantung Adeeva berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Hadza, namun apakah Adeeva memang sedang jatuh cinta ? jatuh cinta dengan alasan yang tidak jelas dan tak tau dari mana asalnya ?


***


Survei hari ini berjalan dengan lancar, mungkin hanya hati Adeeva saja yang sedikit bermasalah. Dan mulai besok, mereka sudah siap mengelar acara perkemahan itu.

Adeeva merebahkan tubuhnya yang sejak tadi meronta-ronta ingin berbaring. Menatap langit-langit rumah dan berfikir sejenak mengenai kejadian tadi. Baginya, itu suatu tindakan yang sangat memalukan.

" Semoga setelah ini gue gak berurusan lagi dengan lo Za " lirih Adeeva.

Hari semakin larut, dan tanpa sadar Adeeva tertidur dengan pakaian yang ia kenakan saat ke Bandung tadi. 

HadzVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang