2. Posesif Atau Romantis?

26.2K 1.8K 12
                                    

Vote dan comment jangan lupa!

•••

"Serius lo si Kayser jadi ngatur-ngatur kaya gitu?"

Aku mengangguk dan memakan salmon steak yang menjadi makan siang ku hari ini "Ya menurut lo aja ya, Be. Gimana gue ga kesal coba dia tiba-tiba ngatur seenak jidat kasih peraturan banyak kaya guru bk?! Dia kira memang gue terbang sana-sini, rapat sampai malam-malam begitu, kemauan gue sendiri? Lagian sebenarnya juga malas kali kalau lagi hamil begini harus terbang, dikira gampang bolak-balik obgyn buat minta surat izin terbang naik pesawat doang?!"

Abraham memakan rawon-nya yang tadi dipesankan oleh Putri dan tertawa heran "Ya mau gimana lagi, Kayra. Suami lo kaya gitu juga karena dia sayang sama lo. Ini kehamilan pertama lo, dan dia khawatir kalau lo terlalu capek nanti ada apa-apa. Gue juga gitu kok waktu si Alexandra hamil Dewangga"

"Ya tapi kan ini beda juga Be kondisinya, disini posisi gue adalah gue harus kesana kemari karena pekerjaan gue mewajibkan gue untuk terbang dan ada beberapa hal yang memang krusial bagi gue untuk datang. Dia ga bisa seenaknya ngelarang gue gitu aja kaya anak TK. Bahkan dia tiba-tiba hire supir tanpa sepengetahuan gue, jadi sekarang gue kemana-mana sama supir"

"Tapi kan enak, Kayra. Lo juga jadi ga capek nyetir kalau harus meeting atau pulang kerja kena macet."

"Buat gue, waktu menyetir itu bisa jadi waktu gue untuk berfikir, melepas penat dengan car-pool karaoke sambil nyanyi. Istilahnya, kadang nyetir itu jadi me-time yang paling sederhana ketika kerjaan gue ga waras kaya begini" aku menunjuk tumpukan berkas yang harus segera ku periksa dan ku tanda tangani "Ya lo paham kan gimana sibuknya kita sejak masuk UNSC beberapa bulan lalu?"

Abraham menghela nafas panjang dan meminum Teh Botol-nya "Kayra Risyad, gue paham kalau gue adalah salah satu teman baik lo, dan seharusnya gue bisa kasih saran yang terbaik untuk lo. Tapi sekarang, hal ini adalah masalah lo dengan suami lo. Mau sedekat apa pun kita, gue ga berhak ikut campur. Jadi saran gue, lebih baik lo berdua omongin baik-baik ya masalah ini. Walaupun kedengaran berpihak, tapi gue yakin kalau sebenarnya Kayser mau yang terbaik untuk lo, cuma mungkin lo menanggapi ini kurang baik dan ngerasa kalau dia mulai ngekang lo karena hormon"

Aku menarik nafas dalam dan mencoba berfikir dengan jernih, Abraham benar. Mungkin Kayser memang menginginkan yang terbaik untuk kami — well, aku dan Little Pumpkin — tapi ia yang kaku itu tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya dengan baik.

•••

Sudah hampir pukul dua belas malam dan aku masih duduk di ruang keluarga rumah ku, — in my La Perla, if I might add — but instead of doing something sexy with it, I'm waiting for my husband to be home.

Pathetic, I know it.

Aku mendengar suara pintu yang dibuka, dan melirik jam di dinding yang menunjukkan tepat pukul dua belas malam

"Vee?"

Aku melirik Kayser yang terlihat terkejut mendapati ku yang bukannya sudah terlelap di kasur, tetapi malah duduk di sofa favorit kami dengan muka tertekuk

"Kok kamu belum tidur? Ini sudah jam duabelas malam, kamu ngapain duduk disini bukannya dikamar? Kamu itu gimana sih, harusnya kalau kamu lagi hamil kaya gini, kamu sadad kalau istirahat itu penting. Apalagi seharian aktivitas kamu padat banget, walaupun besok hari libur bukan berarti kamu bisa potong waktu istirahat kamu"

Aku melirik Kayser tajam "Udah? Ya udah kalau begitu aku mau tidur."

Kayser seperti biasa, melempar sepatu dan snelli-nya sembarangan lalu mengikuti ku masuk kedalam kamar. Jangan harap malam ini aku akan memungutnya seperti biasa, dia kira aku rela memungut barang-barangnya itu ketika dia pulang selarut ini, tanpa kabar dan malah ceramah panjang lebar seperti itu ketika sampai rumah?

First, Do No HarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang