|1| tentang rasa

66 19 54
                                    

tentang    rasa    yang    terpaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tentang    rasa    yang    terpaksa

-


"Come on!!!"

Teriak seorang gadis yang tengah menggenggam tongkat mayoret. Matanya berbinar-binar terang, diiringi senyumnya yang terus mengembang. Dari sorot matanya, ia tengah meyakinkan teman-temannya untuk terus berlatih walaupun teriknya sinar matahari tidak bisa diajak berkompromi.

Bulir-bulir keringat berhasil membanjiri wajah orientalnya. Kulitnya bersinar tatkala terkena pancaran sinar matahari, begitu juga dengan bibir mungilnya yang terus berkilauan walaupun tanpa usapan lipsgloss.

"Adiraaa!"

Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya semakin memudar. Enyah entah kemana setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

Ia melirik ke berbagai arah, mencari dimana sumber suara itu berada."Bentar ya." ucapnya setelah menemukan sosok yang memanggilnya barusan.

Ditatapnya laki-laki jangkung yang kini berdiri di depannya dengan membawa kotak yang entah apa isinya, Adira tidak ingin tahu. "Kenapa Wil?"

"Gue barusan dari kantin, nih gue beliin makan. Lo pasti belum makan kan?" Ia menunjukkan senyum andalannya. Manis, bahkan sangat manis seperti senyawa aspartam. Hidungnya yang bangir membuat iri siapa saja yang melihat, matanya benar-benar sipit seperti bulan sabit. Tidak heran, ia mewarisi darah Chinese dari sang ayah. Sedangkan ibunya, orang Jerman asli yang tinggal di Indonesia karena urusan pekerjaan. Warna bibir elipsnya sangat kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat, ditambah lagi satu aksen pemikat yang selalu diumbarnya dimana saja ia berjalan. Gigi gingsulnya, salah satu alasan kenapa senyumnya semanis pemanis buatan.

"Oke. Thanks ya." singkat padat jelas. Adira tidak ingin berlama-lama menjadi pusat perhatian.

Satu bulan berlalu ia sudah menjalin hubungan dengan Wildan, salah satu anggota tim basket yang paling digandrungi semua siswi di Alfadia High School. Banyak yang mendukung hubungan mereka, tapi juga tidak sedikit yang menggunjing dan menghujat. Serba salah.

Mungkin kebanyakan dari mereka yang mendukung hubungan Wildan dengan Adira, karena Adira memang sangat cantik dari berbagai segi dan sisi. Dari segi prestasi, sudah jangan diragukan lagi. Baru saja, Adira memenangkan olimpiade di bidang Ekonomi. Dari segi nonakademik, Adira juga aktif di beberapa organisasi. Pramuka salah satunya.

"Eits, cuma itu?" ia berhasil meraih tangan Adira yang terburu-buru meninggalkannya.
Adira sebenarnya tidak tahan menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang di lapangan.

H A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang