Chapter #14

1K 106 6
                                    

Tidak ada jatuh cinta tanpa rasa marah, tanpa rasa kesal, tanpa rasa lelah.

Semua manusia yang jatuh cinta tetaplah manusia. Hanya saja, ada yang lelah dan pergi, ada yang lelah lalu memperbaiki lagi. Ada yang marah lantas benci, ada yang marah lalu memaafkan lagi. Ada yang meski berkali-kali merasa tidak cocok, namun tetap bertahan dan tak pernah saling meninggalkan. - Boy Candra

🍒🍒🍒

Ini adalah keputusan yang tepat. Ya, pergi meninggalkan Seoul termasuk meninggalkan sang ibu yang sudah melukai hati sekaligus fisik anak nya.

Setelah kejadian dimana ibu nya bercerai, dengan alasan sudah tidak saling mencintai. Junmyeon sebagai anak tunggal hanya bisa pasrah dan menjadi korban dalam hal itu.

Sang ayah sudah mengajak Junmyeon untuk pergi meninggalkan rumah tersebut. Tapi sayang, hak asuh jatuh pada sang ibu.

Junmyeon berumur 15 tahun waktu itu. Dia belum bisa memilih dengan siapa dia akan tinggal.

Memang, papa nya lah yang berperan besar dalam mengurus Junmyeon. Dia sangat mendukung apapun yang Junmyeon lakukan. Tidak pernah membatasi apapun itu.

Beda dengan sang ibu, ia hanya fokus pada kehidupan sosialita nya. Ia bersikap cuek jika Junmyeon mendapatkan sesuatu yang membanggakan. Contoh nya saja waktu itu Junmyeon juara umum disekolah nya, tapi justru sang ibu hanya memberikan ucapan biasa. Beda dengan ayah nya yang membelikan sepeda terbaru sekaligus termahal pada masa itu. Sangat mengapresiasi nya.

Seiring berjalan nya waktu, ayah Junmyeon memutuskan untuk pindah ke Tokyo dan menikah lagi setelah 2 tahun bercerai. Junmyeon sangat kecewa atas tindakan papa nya. Dari situ lah, Junmyeon menjadi benci dan tidak mau bertemu dengan ayah nya kembali.

Dan ini lah. Keputusan yang tepat. Junmyeon akan pergi meninggalkan tempat nya, dengan memulai hidup baru bersama wanita yang dicintai nya.

Junmyeon bukan seorang bocah yang harus terus diatur meskipun oleh ibu nya sendiri. Ia harus melanjutkan hidup nya dengan pilihan nya sendiri. Hidup itu untuk bahagia bukan? Dan selama ini Junmyeon sangat tidak bahagia karna dibawah tekanan ibu nya.

Ia pun berkemas. Dengan membawa pakaian seadanya, ia siap untuk pergi.

Junmyeon mengangguk mantap saat barang nya sudah selesai dimasukan pada tas gendong nya. Joohyun menggenggam tangan Junmyeon erat mengisyaratkan kalau dia akan selalu ada disamping Junmyeon.

"Mari" Junmyeon bersuara yakin.

Joohyun menahan nya "Tunggu, apa kau akan pergi dengan darah yang terus mengalir ditelinga mu?"

Junmyeon membalikan tubuh nya, lalu melihat pantulan nya di cermin.

"Tidak banyak. Nanti ku bersihkan"

Mereka pun keluar dari kamar, dan menutup pintu pelan agar tidak terdengar.

"Aku takut mama mu datang" Kata Joohyun dengan mengaitkan tangan nya pada Junmyeon.

"Tidak. Seperti nya dia pergi"

Benar saja, mobil ibu nya tidak ada di halaman garasi itu.

Possessive Man | Irene & SuhoWhere stories live. Discover now