EPILOG

1.6K 185 131
                                    


Dini hari.
Di balik jendela, suara orong-orong membersamai ujung musim mengantar sisa hujan yang belum sampai ke alamatnya. Kadang aku bercanda apakah itu hujan sama, yang pernah singgah di berandamu? Aku pernah bilang bahwa hujan adalah pengembara paling jauh ‘kan?

Aku sudah menulis kata ‘tamat’ beberapa menit lalu. Kau tahu, hal apa yang paling sulit untuk naskahku kali ini? Cara menulis bagian ending. Padahal bab-bab sebelumnya begitu lancar dan berjalan dengan sendirinya. Aku tidak pernah sedilematis ini mengakhiri cerita. Tentu saja  aku tahu bahwa sebuah novel harus ada akhir bukan? Apalagi pembaca sudah mengikuti sejauh itu.

Kata Stephen King (jangan protes kalau aku menyebut namanya lagi) jika kita menyajikan ending novel seperti kenyataan, artinya kita gagal. Sedangkan membuat ending menggantung benar-benar berpeluang diserbu pembaca. Tetapi tidak apa, aku terima saja. Pembaca berhak atas pendapat mereka ‘kan? Kata Stephen King (lagi),  penulis dan pembaca memang sama-sama berpeluang menciptakan suatu keajaiban.

Dan meskipun mungkin banyak yang kurang puas dengan endingnya, setidaknya aku tetap menepati komitmen awal kita. Lagipula, bagaimana pun caranya, aku tidak akan menempatkanmu pada posisi yang terluka, atau sebagai tokoh yang dibenci pembaca. Mereka menyukaimu sejak paragraf pertama.

Semoga epilog ini bisa diterima pembaca dan setidaknya menutupi caraku merangkai ending yang tidak terlalu rapi ya.

Sudah kubilang, ini kisahmu, bukan kisahku. Bagaimana pun caranya, aku kan mencari jalan agar kau bahagia.

Harusnya kujelaskan pula bahwa di bagian akhir itu, yang duduk bersamamu di pantai bukanlah Zakiya. Melainkan, seorang yang lain, yang kau bilang kepadaku sebagai orang yang paling mengerti dirimu. Yang di matanya kau temukan telaga. Yang kepada hatinya kau sebut kata pulang.  Tetapi katamu, pembaca itu pintar, tidak semua hal perlu dijelaskan.

Baiklah.

Untuk semuanya, aku mengucapkan terima kasih banyak karena telah membersamai kisah ini. Terima kasih untuk ide nomor telepon di cerpen itu, yang karena ide itu, seribu kata  berkembang menjadi tiga puluh tiga ribu kata.

Sekali lagi, ini tentangmu. Pembaca cukup mendapat jawaban bersama siapa kau pada akhirnya. Dan aku bahagia menuliskan kisah ini untukmu. Jadi, di mana pun kau berada bahagialah.[]

________Alhamdulillah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

________
Alhamdulillah.

Terima kasih banyak kepada semua teman-teman pembaca yang sudah mengikuti kisah ini dari awal. Takjub sekali rasanya.

Ini pertama kalinya saya menulis bersambung di wattpad. Sangat berkesan.

Maaf juga untuk hal-hal yang kurang berkenan atau mengecewakan.

Mohon doanya ya semoga naskah ini bisa terbit.
Sekali lagi terima kasih banyak.

Apalagi ya...

Duh saya jadi terharu...
Terima kasih pokoknya😊

Meskipun Hujan Masih Turun (Sudah Terbit Versi Cetak)Where stories live. Discover now