#11 Dia Ingin Makan Nasi Padang

1.2K 154 34
                                    

Aku minta izin kepada kepala sekolah kalau besok tidak masuk karena temanku operasi. Entah karena ekspresiku benar-benar penuh kekhawatiran atau bagaimana. Kepala sekolah memberiku izin.

Para guru bertanya temanku operasi apa. Aku menjelaskan sekilas. Saat ditanya di mana temanku berada, aku hanya menjawab, "Di rumah sakit."

Aku tidak bohong bukan? Temanku memang di rumah sakit. Mereka mendoakan agar temanku segera sembuh. Aku mengucapkan terima kasih untuk itu.

Sepanjang sisa hari itu aku hanya menggumamkan zikir. Aku tidak berani menyapa Pengelana. Aku ingin izin di laundry tetapi itu juga tidak mungkin. Jadi saat kerja, Tina kembali menatapku heran.

"Kamu masih sakit?"

Aku menelan ludah, tercekat. "Enggak."

"Kau kusut sekali, lelah banget ya?"

"Enggak kok."

Aku menutup mata. Lama. Kutangkup wajahku dengan kedua telapak tangan. Apakah ada orang dibius total kemudian terjadi sesuatu? Tidak. Tidak. Tidak. Aku tidak berani googling tentang itu.

"Gani! Gosong!"

Aku membuka mata. Spontan aku menyambar setrika yang mengepul. Sialnya tanganku tersangkut di kabel dan alas tertarik hingga strika jatuh ke lantai.

Rok seragam pramuka di depanku tercap strika warna hitam dan berlobang sebesar telapak tangan.

"Astagfirullah...."

"Maaf...." aku gemetaran.

"Minum," Tina menyodorkan botol airku. Aku menatap sekitar yang berantakan.

"Yakin kau tidak apa-apa?"

Aku mengangguk, mengambil strika dan memeriksa. Sepertinya benda itu baik-baik saja. Entahlah kalau ada kerusakan di dalamnya karena jatuh. Aku beralih memeriksa rok yang gosong. Yang ada dalam pikiranku segera pergi ke toko sebelum pemiliknya datang. Setidaknya, aku akan mengganti barang, dan uang mungkin. Ini kelalaianku jadi aku harus tanggungjawab.

"Temanku mau operasi jadi aku khawatir sekali dia kenapa-kenapa."

"Ya Allah... pantasan kau berantakan begini."

Aku kemudian pamit ke Tina untuk mencari rok. Kuminta pula padanya agar merahasiakan kejadian ini pada bos kami.

Kubawa rok yang bolong itu. Aku menghentikan angkutan dan pergi ke mall.
Beruntung yang kuhanguskan hanya rok pramuka. Lebih mudah mencari gantinya. Tidak bisa kubayangkan bagaimana kalau baju yang lain?

Butuh waktu satu jam untuk pergi dan pulang. Aku berkali berucap syukur ketika pemilik bajunya tidak marah. Dia menerima begitu saja rok ganti yang kubelikan. Memang merknya tidak sama. Tetapi bahan mirip, dan ukurannya sama persis. Aku menawari ganti uang juga tetapi dia menolak.

Sungguh hari yang terasa lebih panjang dan lama. Sampai di kos, aku seketika menjatuhkan diri di tempat tidur dan tak ingat apa-apa lagi seusai membaca doa.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meskipun Hujan Masih Turun (Sudah Terbit Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang