Aku tersenyum melihat balasan Pengelana. Tentu saja aku tidak perlu menerka-nerka apa maksudnya. Lagi pula di smule dia sering kok memberikan emoticon-emoticon hati pada orang-orang yang bergabung dengan lagunya.
Sejak mengenalnya, secara tidak langsung, dia telah mengajarkan banyak hal padaku. Misalnya, ketika kami membahas buku dan dia bertanya,
"Coba katakan apa yang kau ingat dari novel itu."
"Saya lupa." Saat itu aku memang lupa. "Saya hanya mengingat hal-hal yang berkesan saja. Maksudnya, buku-buku yang berkesan."
"Kalau saya berkesan tidak?"
Pertanyaan macam apa itu? Aku tidak mungkin 'kan mengatakan kepadanya kalau gelas bekas itu saja masih aku simpan? Bisa-bisa dia menertawakan aku.
"Apakah suatu hari, kamu akan melupakan saya?" Pengelana kembali bertanya.
"Pertanyaan macam apa itu?" Aku cemberut.
"Jawab saja."
Aku diam.
"Jawab."
Aku masih diam.
"Jawab."
Aku bahkan tidak pernah menghapus chat kami.
Foto-foto kirimannya kubuatkan album sendiri.
Lagu-lagunya juga kubuatkan daftar putar kusus."Mungkin...mungkin saya akan ingat kau memanggil saya jaim dan berantakan."
Pengelana tertawa, lalu dia mengatakan, "Kalau saya, mungkin suatu saat akan berusaha mencari cara untuk melupakanmu."
"Maksudmu apa?"
"Bercanda."
"Apa salah saya?"
"Bercanda, G."
"Nggak lucu!"
"Maaf."
Saat itu, entah kenapa aku jadi sedih. Itu pertama kalinya Pengelana membuat aku sedih. Kemudian aku selalu berpikir, apa salahku? Jadi sesekali di sela percakapan kami, aku sering bertanya, "Sebenarnya apa sih salah saya?"
"Kamu itu, apa-apa jangan dianggap serius. Jangan mudah baper. Saya bilang minta maaf, eh kamu malah baper. Saya nyanyi kamu baper. Sudah, mulai sekarang nggak usah tanya-tanya apa salahmu lagi. Jangan dihubung-hubungkan lagi."
Waktu itu aku hanya menjawab "Oke."
Tetapi diam-diam aku mencerna kata-katanya. Mungkin benar aku begitu. Namun tahukah dia bahwa aku tidak bersikap seperti itu ke semua orang?
Tetapi ya, kemudian, aku mulai memahami diriku sendiri. Bahwa perasaan semacam itu karena..., karena aku takut kehilangan dia. Bagiku Pengelana teman baik yang dikirim Tuhan. Berbincang dengannya membuat hal-hal yang sederhana menjadi sesuatu yang berharga.
YOU ARE READING
Meskipun Hujan Masih Turun (Sudah Terbit Versi Cetak)
Romance"Dia duduk di sampingku dengan mantel basah, mencabuti kenangan dari kepalanya. Masa lalu yang belum usai sering menyakitkan bukan?" Ini kisah tentang Senggani. Perjalanan mempertemukannya dengan Pengelana. Lalu musim-musim mengajarinya, bahwa di d...