Bab 2

1.3K 236 34
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Dua orang gadis melintas sambil membawa nampan rotan yang berisi buah kaktus yang telah direbus. Mereka menunduk hormat ke arah Al' Kaar sebelum mencuri pandang ke arah tubuh telanjang pria itu dan terkikik genit.

Al' Kaar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil melangkah masuk ke bangunan yang berada di depannya. Mungkin dia seharusnya pulang terlebih dahulu dan mengambil jubah.

Aula besar menyambut pria itu. Beberapa argon jantan terlihat duduk-duduk di kursi kayu dan sedang berdiskusi serius. Salah satu laki-laki berkulit biru yang memiliki ukuran tubuh cukup besar menoleh ke arah Al' Kaar dan memasang ekspresi terkejut. "Di mana pakaianmu?"

"Salam, Ikh Da'af." Al' Kaar sedikit merunduk untuk memberi hormat dengan tangan kanan tersampir di dada kiri. "Seorang argon liar membutuhkannya."

"Jadi, kau berhasil menangkap mereka?" Pertanyaan dari argon lain membuat Al' Kaar yang baru saja menegakkan tubuh, menoleh ke arahnya.

"Hanya satu," jawab Al' Kaar sambil menghela napas. Pria itu berjalan menuju kursi yang masih kosong, lalu mendudukinya. "Sisanya berhasil melarikan diri ...."

Ikh Da'af menunjukkan ekspresi tidak puas. Kerutan pada wajah tuanya seakan bertambah banyak. "Sye't Jibra menerima laporan bahwa ada saksi mata yang melihat sekelompok argon liar kembali menyerang perbatasan Negara Northely … mereka berhadapan dengan pasukan griffin saat akan mencuri ternak."

Mata kuning keemasan Al' Kaar spontan berkilat khawatir. Dia menegakkan punggungnya saat bertanya, "Apakah mereka selamat?"

"Tidak tahu …." Ikh Da'af menggeleng pelan. "Sye't Jibra dan kelompoknya saat ini sedang berusaha memusnahkan sarang death worm …, beberapa argon yang dikabarkan hilang dari kota kemungkinan besar telah menjadi santapan monster itu."

Ikh Da'af menatap Al' Kaar dengan pandangan memohon. "… terlalu banyak argon yang tewas sia-sia. Kita harus segera mengumpulkan yang tersisa dan bersatu, hanya itu satu-satunya jalan agar ras kita bertahan …."

Al' Kaar mengangguk mengerti. Pria itu bangkit berdiri, lalu sedikit merunduk dan menyampirkan lengan kanan ke bahu kirinya. "Jangan khawatir, aku akan pergi untuk mencari mereka …."

Guratan lega terlihat pada wajah Ikh Da'af. Dia mendongak dan tersenyum puas. "Kembalilah dengan kabar baik."

"Aku tidak akan mengecewakanmu." Al' Kaar menegakkan tubuh. Anting panjang yang tergantung di kuping kirinya bergoyang pelan.

Mata Ikh Da'af berbinar jenaka. Pemimpin Kota Mar'tack itu memiringkan kepala ke arah kanan sambil berkata, "Aku akan sangat gembira apabila kau kembali tanpa memakai anting itu lagi. Ras kita membutuhkan banyak keturunan …."

Al' Kaar menyeringai, memamerkan deretan gigi putih miliknya. Pria itu menjawab gurauan atasannya dengan menahan tawa. "Apabila aku harus mengikatkan diriku dalam pernikahan, maka aku akan mendapatkan gadis itu di dalam kota ini, bukan di alam liar."

Ikh Da'af dan argon lain yang mendengar perkataan Al' Kaar spontan tergelak. Tubuh pria tua itu jauh lebih rileks. Dia menyandarkan punggung dan melambaikan tangan kanan.

"Pergilah sebelum badai pasir datang …."

Al' Kaar merunduk dan berbalik. Pria itu berjalan menuju sisi timur bangunan untuk masuk ke dalam kamarnya dan bersiap-siap.

Sayap Gurun Pasir [ Planet Zigrora Series ]Where stories live. Discover now