"Oke." kata Hannah lalu melanjutkan catatannya.
.
.
.
.

Tepat saat bubar sekolah, Hannah juga Zara langsung keluar dari sekolah. Sebelumnya Hannah juga sudah memberi tahu supirnya untuk tidak menjemput ke sekolah karena nanti Hannah akan pulang sendiri.

"Lo udah izin nyokap atau bokap, Han?" tanya Zara saat mereka sudah ada di dalam busway menuju Gandaria.

Hannah tertawa pelan. "Gue nggak pernah dicariin." jawab Hannah sambil mengangkat bahunya.

Zara langsung diam, ia jadi merasa tak enak dengan Hannah karena menanyakan hal yang begitu sensitive. "Sori, Han." ujar Zara pelan.

"Don't say it. Nggak apa-apa kok, Zar. Gue udah biasa." Hannah lalu tersenyum meyakinkan Zara bahwa dirinya memang sudah biasa bahkan terlalu terbiasa.

Pengumuman halte tujuan Hannah dan Zara sebentar lagi, mereka segera turun dan menyebrang menuju arah salah satu komplek perumahan.

"Jauh nggak Zar?" tanya Hannah.

"Nggak kok tuh rumah paling ujung sana." tunjuk Zara, kemudian mereka berdua sampai.

Zara segera menekan bel di dekat pagar lalu di sambut suara interkom dari dalam.

"Ya, cari siapa?" terdengar suara Aliya dari balik interkom.

"Ini Zara sama Hannah, Tante." jawab Zara.

"Ooh iya iya, bentar ya nak."

Tak lama ada yang lari tergopoh-gopoh menuju pagar untuk membuka gembok dan pintunya. "Eh non Zara, non Hannah, masuk." ajak Bik Sum, ART di rumah Bryna mengajak keduanya masuk ke dalam.

"Bryna ada kan, Bik?" tanya Zara.

"Non Dedek lagi sakit. Ada kok di dalam, tunggu sini ya. Bibik panggilin Bu Aliya dulu. Mau minum apa?"

Zara tersenyum. "Apa aja Bik. Makasih."

Sesekali Hannah melihat tembok sekeliling ruang tengah rumah Bryna. Banyak foto terpajang di tembok dan meja, sesuai dengan kenyataan keluarga mereka memang harmonis tidak seperti Hannah yang hanya di foto namun kenyataan justru berbanding terbalik.

Hannah sebetulnya rindu, apalagi jika melihat Bryna dan orang tuanya. Ah.

"Hallo Zara, Hannah." Aliya keluar dari kamar Bryna di lantai dua. Mereka lantas menyalami Aliya lalu duduk kembali.

"Bryna kenapa tante?"

Aliya tersenyum. "Biasa Zara, Hannah. Bryna sesak napas, kurang sehat aja kok. Makasi ya udah nengokin."

"Bryna asma tante?" tanya Hannah serius.

"Nggak kok. Cuma kalau capek aja udah terlalu padat kegiatan pasti begini. Mau lihat? Bryna baru aja bangun." ajak Aliya, keduanya langsung mengiyakan.

"Tante lagi libur ya?" tanya Hannah lagi.

"Iya, cuti dulu." sahut Aliya lalu tersenyum.

"Enak ya Bryna. Aku sakit Mami Papi nggak pernah ada dirumah." batin Hannah.

Lagi-lagi kenyataan menghantam dan sesakit itu rasanya.

Aliya membuka pintu kamar Aliya yang masih terkulai lemas di tempat tidurnya sambil memeluk bonekanya. Bryna berusaha tersenyum saat dua sahabatnya datang menjenguk.

"Hai." sapa Bryna parau, Hannah dan Zara segera mendekat.

"Tepar juga lu.." canda Zara, Bryna terkekeh.

"Eh ada tugas apa?" tanya Bryna.

"Nggak ada Ryn, cuma catatan aja. Gue nggak nyatet sih, Hannah tuh." tunjuk Zara sambil cenggengesan.

Hannah menoyor kepala Zara sambil misuh-misuh dan mengeluarkan buku catatannya. "Gue taruh sini ya." Hannah meletakkan bukunya di nakas samping tempat tidur Bryna.

Sesekali pula Aliya memperhatikan interaksi Bryna dengan dua sahabatnya itu. Memang, Hannah lebih banyak diam ketimbang Zara dan Bryna, diamnya Hannah bukan karena tidak paham apa yang di bicarakan melainkan karena adanya masalah yang masih di pendamnya hingga sekarang.

Walaupun Bryna sempat cerita bahwa Hannah sudah mengutarakan semua tapi Aliya tetap tidak yakin. Pasti ada beberapa hal yang belum Hannah ceritakan.

Obrolan semakin seru kala minuman dan camilan datang. Aliya jadi ikut mendengarkan dan sesekali memberi masukan pada Bryna, Hannah dan Zara.

"Hannah sama Zara pulang sama siapa? Tadi naik apa ke sini?" tanya Aliya.

"Naik busway sih tan, paling habis ini naik ojol aja." kata Zara lalu memakan kembali camilan di depannya.

"Hannah juga?"

Hannah tersenyum dan mengangguk.

"Ryn, besok sekolah? Kesepian tuh Hannah lu nggak masuk."

Bryna malah tertawa lalu menjawab. "Iya, dia sepi. Kangen kan baru sehari."

"Nggak ada yang bawelin." cengir Hannah kemudian.

"Hahaha iya besok kalau udah mendigan gue masuk deh." jawab Bryna, Hannah dan Zara mengacungi jempolnya.

Tak lama kemudian Zara pamit pulang duluan karena ojolnya sudah datang dan sisa Hannah yang menunggu di teras rumah ditemani Aliya dan Kenzie yang bermain di taman.

"Hannah." panggil Aliya, Hannah menoleh.

"Iya tante?"

"Maaf sayang sebelumnya kalau tante lancang, kamu sama Mami Papi gimana?" tanya Aliya hati-hati.

Hannah sempat diam sesaat sebelum menjawab. "Iya begitu aja, Hannah udah nggak peduli juga Mami Papi mau ngapain. Rasanya nanti kalau udah lulus Hannah mau pergi aja." jawab Hannah lalu menunduk.

Aliya mengusap kepala Hannah seperti anaknya sendiri.  "Nak, percaya nggak kalau Mami datang ke tante lalu nangis lihat sekarang kamu makin dingin?" tanya Aliya lagi.

"Ya percaya aja sih, kan tante satu rumah sakit sama Mami. Tapi, Hannah masih nggak percaya aja kalau Mami mau berubah karena..." Hannah menggantung ucapannya.

"Karena apa?" Aliya mengerutkan dahinya.

"Karena Mami dan Papi selalu ingkar janji sama anak-anaknya." Hannah mulai menyusut hingusnya.

"Sayang..." Aliya merangkul Hannah lalu memeluknya, seketika Hannah menangis dipelukannya.

"Sabar ya nak, ada saatnya nanti mereka berubah. Tante bantu semampu tante, kalau Hannah perlu tante, ke sini aja. Perlu Psikiater silakan, tante akan bantu dan rahasiakan identitas kamu." Aliya mengusap pipi Hannah setelah tangisnya mereda.

"Makasi tante." jawab Hannah pelan. "Terimakasih udah perhatian sama Hannah."

"Pelan-pelan ya Hannah. I know it hurts a lot ketika kamu melihat dan mendegar orang tua bertengkar. Sabar ya sayang, pintu rumah ini selalu terbuka, jangan sungkan untuk ke sini sering-sering ya."

Hannah hanya mengangguk, dalam hati ia merasa bahagia karena banyak yang perhatian padanya saat ini.

"Hannah pamit tante. Ojolnya datang, Assalamualaikum..." Hannah berpamitan lalu mencium tangan Aliya.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya." Aliya kembali mengusap kepala Hannah pelan, Hannah tersenyum lalu keluar dari rumah Aliya.

❤️❤️❤️❤️❤️

Hai aku datang lagi. Sore dan gak dobel yaa, my allergies come and hit me down so i can't focus🤧🤧 sowwy, please hit the star button and left some comments please. Thanks.

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Danke,

Ifa 💕

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang