2 - Perpustakaan

54 9 1
                                    

Malam itu begitu sunyi bagi Adeeva. Di atas kasurnya yang empuk, ia kembali mengingat-ingat perkataan Ira yang sampai sekarang masih mengganggu pikirannya.

"Em,, jadi gitu... " kata Adeeva sambil menatap langit-langit kamarnya.

" Va " panggil Diana, mamanya Adeeva.

Adeeva tersentak dari lamunannya, seketika ia bangun dan mencoba merapikan rambutnya yang kusut.

" Va, ayok kita makan dulu. Udah di tunggu Papa tuh di di bawah " ucap Diana.

" Iya ma, ini Adeeva mau turun kok " Adeeva langsung keluar dari kamarnya dan turun untuk makan malam bersama keluarganya.

Sesampainya di meja makan, di sana sudah ada Adrian, papanya Adeeva, Diana-mamanya, dan Relfan, kakaknya Adeeva. Tak ada pembicaraan di antara mereka, sunyi dan yang terdengar hanyalah suara dentingan antara sendok dengan piring.

Setelah beberapa saat, mereka selesai makan malam. Adeeva langsung memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan mulai sibuk dengan tugas hari-hariannya.

Tok.. tokk... tokk... suara ketukan dari pintu kamar Adeeva.

" Va, ada teman kamu diluar " suara Diana dari balik pintu.

" Iya ma, tunggu sebentar "
Adeeva segera beranjak dari atas kasurnya menuju ruang tamu. Dan ternyata yang datang adalah Ira.

" Hai Ra " sapa Adeeva.

" Va, lo sibuk gak ? " tanya Ira

Adeeva hanya menggeleng. " kenapa emangnya ? "

" Lo temenin gue dong ra, gue lupa kalau besok itu ada pelajaran Biologi. Dan gue lupa beli buku kamus Bio. Lo bisakan temenin gue ke toko buku Ra " pinta Ira dengan sangat memohon, sampai tangannya di satukan di depan kepalanya.

" Oke " jawab Adeeva dengan senyum yang mengembang dipipinya, membuat lesung pipinya terlihat sangat jelas.

Setelah Adeeva berpamitan dengan kedua orang tuanya, barulah ia dan Ira pergi ke toko buku. Jarak antara rumah Adeeva dengan toko buku lumayan dekat. Sebenarnya hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit, tetapi jika sudah terjebak macet bisa sampai setengah hingga satu jam lebih. Namun, beruntunglah mereka malam ini. Karena jalanan tidak begitu ramai dan tidak ada kemacetan.

Setelah mereka sampai, mereka langsung masuk ke dalam toko buku. Ketika mereka sibuk memilih-milih buku, ada satu kejadian yang membuat Adeeva terkjetut bukan main.

" Ra, Ra. Lo liat deh " kata Adeeva sambil sibuk menarik-narik lengan baju Ira.

" Apaan si Va ? " dengan sedikit agak kesal, Ira melihat arah jari telunjuk Adeeva yang mengarah pada seseorang.

" Ohhh, astagaa. Va beneran gue gak mimpi nih. Itu mah Kak Hadza, Terimakasih Tuhan " ucap Ira sambil mengepalkan kedua tangannya.

" Lah kok malah terimakasih sih ?, norak lo Ra. Eh, btw dia angapain ya dia disini " tanya Adeeva

" Beli ketoprak Va. Ya lo pikir aja orang kalo ke toko buku ya pasti tujuannya mau beli buku lah. Dia emang sering ke sini Va " celoteh Ira.

Setelah mendengar perkataan itu, Adeeva semakin " kepo " dengan Hadza. Sosok yang ketus, sombong, tapi pintar ini.

" Va, menurut lo bagusan buku yang mana nih. Gue harus beli kamus Biologi yang ini atau beli bank soal aja. " tanya Ira sambil memegang dua buah buku. Namun, sepertinya perkataannya itu tidak begitu di hiraukan oleh Adeeva. Ia masih sibuk mematung melihat Hadza.

" Va !! " teriak Ira. Membuat semua orang yang berada di sekitarnya menoleh padanya, termasuk Hadza.
Seketika Adeeva langsung mundur dengan tangan kirinya yang memegangi mulut Ira dan yang satunya merangkul pundak Ira.

" Sttt... lo apa-apan sih Ra. Lo mau buat gue malu ya "

" Habisnya lo ngelamun nya seius amat si. Ngelamunin apaan sih, jangan bilang Kak Hadza " ujar Ira, kata-katanya berhasil membuat Adeeva mematung.

" Engg.....enggak kok "

" Ciyeee.. kok pipinya merah sii "

" Ih apaan si, udah yuk pulang "

Setelah perdebatan dan percecokan diantara mereka berdua, Ira membayar buku yang ia inginkan. Mereka langsung memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

" Makasih ya Va, lo udah anterin gue. " ucap Ira.

" Iya sama-sama, jangan sungkan sama gue "

Akhirnya, Ira pergi duluan karena pesanan ojek online nya yang sudah datang. Sedangkan sekarang, tinggal Adeeva sendiri di depan toko buku. Sudah 5 menit lamanya, namun belum ada tanda-tanda adanya angkutan umum yang akan segera lewat. Hingga akhirnya, seorang lelaki dengan motor ninja berhenti tepat di depannya.

Sedetik kemudian, lelaki itu membuka helm nya dan Adeeva terkejut, pasalnya yang di hadapannya sekarang adalah Hadza.

" Emm... ngapain lo ? " tanya Adeeva dengan gugup, badannya panas dingin.

" Lo ngapain disini, kalo nunggu angkutan umum yang lewat ya gak bakalan ada. Soalnya ini udah larut malam " sahut Hadza

" Siapa bilang, sebentar lagi pasti ada kok " bantah Adeeva

" Ya udah kalo gak percaya " Hadza mulai mengenakan helmnya lagi.

" Eh... tunggu. Gu...gue ikut, anterin gue pulang " pinta Adeeva dengan pasrah, padahal jantungnya sedang berdebar tidak karuan.

Hadza memberikan helm yang ada di jok belakang motornya kepada Adeeva, dan ia naik ke atas motor itu.

" Udah ? " tanya Hadza

" Udah "

" Turun ! "

" Hah ? " Adeeva terkejut dengan perkataan Hadza barusan.

" Katanya udah sampe " Hadza senyum-senyum sendiri melihat wajah Adeeva dari kaca spion.

" Dasar.... GAJELAS !! " kata Adeeva dalam hati.

Tak lama kemudian, Hadza langsung tancap gas, melaju membelah jalanan Kota Jakarta yang padat. Hingga pada akhirnya berhenti di depan rumah dengan pagar berwarna hitam, rumah Adeeva. Adeeva segera turun dari motor Hadza.

" Makasih banyak yah " kata Adeeva.

Hadza hanya mengangguk. Setelahnya, ia langsung pergi dari hadapan Adeeva.

HadzVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang