Face the Problem

2.3K 376 47
                                    

Double update yang (agak) tertunda~

Makasih banyak gaesss atas apresiasi kalian, baper akutuh 🤧 /dielapin air mata sama Jun/


Happy reading!^^



~°~°~



"Terima kasih tumpangannya. Sekarang aku tahu kenapa Tuhan membuatmu menjadi sahabatku."

Wonwoo mendengus keras ketika menarik kunci motornya. Aku terkekeh geli dan menyikutnya. "Benar, kan? Setelah bertahun-tahun, akhirnya aku bisa merasakan manfaat bersahabat denganmu."

"Sialan," umpatnya lalu menjitak kepalaku. "Kau pikir selama ini aku tidak berguna?"

Aku terkekeh geli lalu melarikan diri dari Wonwoo, masuk terlebih dahulu ke dalam gedung. Ya ... setidaknya pagi ini aku sedikit terhibur dengan kehadiran Wonwoo—setelah aku memaksanya menjemputku.

Karena kejadian semalam, aku tidak bisa menemui Jisoo Oppa. Aku tidak bisa menunggunya atau berangkat bersama dengannya. Aku terlalu takut. Takut pada kenyataan, dan takut akan memperburuk keadaan.

Ohh Tuhan, rumit sekali kisah hidupku ini ... semuanya serba salah.



Ting!


Asyik melamunkan hal yang tidak perlu kulamunkan, aku baru sadar bahwa diriku tengah naik lift dan sudah sampai di lantai empat. Aku keluar dari sana dan bergegas masuk ke dalam ruang kerjaku. Tapi, sebelum membuka pintu, pintunya sudah terlebih dahulu terbuka. Menampakkan Kwon Jiyong yang keluar bersama Jihoon.

Ohh bagus, sekarang aku berhadapan dengan orang yang Appa inginkan sebagai menantunya bahkan sebelum makan malam itu terlaksana.

"Ohh, pagi (y/n)," sapanya dengan senyuman tipis.

Aku membalas senyumannya dan membungkuk. "Pagi, Daepyeonim."

"Kau tampak agak berbeda dari biasanya," ujarnya.

Aku mengerjap pelan lalu menyentuh wajahku, berusaha menemukan sesuatu yang aneh. "Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Ohh, tidak ..." Jiyong tertawa pelan, "gaya rambutmu berbeda. Biasanya ponimu terbagi dua tetapi lebih banyak di sisi kiri. Sekarang semuanya berada di kiri."

"Ehh?" Dia tahu sedetail itu?!

Aku langsung menyentuh poniku guna memeriksa. Dia benar ... tapi aku tidak menyadarinya.

"Aku sangat teliti, kau tahu?" tanya Jiyong. Ia terkekeh geli sebelum akhirnya berjalan ke ruangannya bersama dengan Jihoon yang hanya memberiku wajah datarnya. Ia seperti sedang tertekan.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berbalik dan menatap kepergian Jihoon bersama Jiyong. Bukankah kemarin ia begitu bahagia? Kenapa sekarang seperti itu?

"Heh, kenapa masih di sini?" Aku berbalik ketika mendengar suara Wonwoo. Ia tiba-tiba datang dan merangkul bahuku, membuatku mendecak dan spontan menepis tangannya kemudian berlalu begitu saja untuk masuk ke dalam ruangan.

"Hey! Kenapa kau mengabaikanku? Harusnya aku yang kesal!" protesnya lalu mengejarku. Aku mengabaikan protesan itu dan memilih untuk duduk di mejaku.

Aku mengerjap pelan ketika menyadari bahwa aku dan Wonwoo hanya berdua di dalam ruangan. Jihoon sudah jelas ke ruangan Jiyong, tapi Minji ke mana?

"Heh, kekasihmu ke mana?" tanyaku pada Wonwoo yang baru membuka jaketnya. Tapi, ia mengabaikanku. "Hey! Kalau ditanya itu jawab!"

Wonwoo menatapku dengan wajah datarnya. "Dasar tidak tahu diri, kau tadi mengabaikanku ... yang benar saja aku tidak boleh melakukannya?"

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now