The Wedding

2.9K 431 162
                                    

I'm back ❤️


Happy reading!^^



~°~°~



Aku mengalihkan tatapan yang semula berfokus melihat pantulanku di cermin pada selembar kertas yang tergeletak di atas meja rias. Menatap kertas bertuliskan nama Kwon Soonyoung dan Min Soora itu membuatku merasa tidak nyaman.

Apa keputusanku untuk datang sudah benar?

Apa semuanya akan baik-baik saja jika aku datang?

Apa aku akan sanggup mengucapkan kata selamat setelah ia meninggalkanku begitu saja?

Apa aku akan siap berhadapan dengannya yang telah menyakitiku meskipun aku tak punya rasa lebih?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berputar di kepalaku. Aku takut mengambil keputusan yang salah. Aku takut tak dapat membendung air mataku. Bagaimana mungkin aku menghadapi Min Soora yang telah menitipkan Soonyoung padaku tapi malah kulukai? Bagaimana mungkin aku bertemu dengan orangtuanya yang jelas-jelas telah menyakitiku dengan kata-kata mereka?

Aku menghela napas. Ini sudah hampir keberangkatanku dan aku masih belum tahu apa ini keputusan yang benar atau tidak.

"Nona Muda, jangan terlalu banyak bergerak. Aku belum selesai dengan rambutmu," ujar Jung Sena, asisten appa yang membantuku merias wajah dan juga rambut.

"Maaf, aku terlalu banyak berpikir."

Tatapannya yang tegas menatapku lewat pantulan cermin, lalu beralih pada benda persegi panjang yang sempat kulihat sebelumnya. "Sepertinya aku tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Ia lantas kembali menatapku. Tatapannya memang tegas, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum. "Kau diperebutkan dua pria menarik."

"Dan salah satunya mengadakan resepsi pernikahan malam ini," tambahku. "Ngomong-ngomong, kenapa kautahu soal Soonyoung?"

"Tuan Kim menelponku malam-malam dan memintaku mencari data diri dan latar belakang Kwon Soonyoung selengkap mungkin. Siapa lagi yang membutuhkan data itu selain kau?"

Aku mendengus keras. Aku ingin mengeluarkan protes. Tapi, mau bagaimanapun juga Sena sepuluh tahun lebih tua dariku dan dia adalah orang kepercayaan appa yang telah bekerja dengannya sejak ia lulus dari sekolah menengah atas. Dia juga sudah seperti pengganti eomma ketika perusahaan appa belum dipindahkan ke Jepang. Aku harus menghormatinya.



Tok Tok Tok


Suara ketukan pintu yang terdengar membuat perhatian kami beralih pada pintu yang tertutup.

"(Y/n)? Apa kau sudah siap?"

"Sepuluh menit lagi," ujar Sena.

"Sepuluh menit lagi," sahutku mengulangi perkataan Sena dengan suara lebih lantang.

"Kalau begitu kutunggu di mobil ya?"

"Iya!"

Suara itu lantas menghilang bersamaan dengan suara langkah kaki menjauh. Aku kembali menatap pantulanku pada cermin. Sena masih berkutat untuk menghias rambutku yang memang kuinginkan terlihat lebih indah dan mewah dari biasanya. Entahlah, aku biasanya tidak peduli pada penampilanku dan tidak peduli bagaimana cara orang memandangku. Tapi, kali ini aku ingin tampil berbeda. Aku bahkan mengenakan gaun pendek berwarna biru tua dengan glitter berwarna perak tersebar di seluruh gaun.

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now