04. Keberanian

1.9K 145 16
                                    

Part 3 ada di account kak Sevncm

—————

"Duh, Diandra kok matiin?" Tanya Cheryl.

Mereka berlima mengeleng cepat, dalam video call yang masih terhubung itu.

"Jangan-jangan, Diandra beneran ke kolam?" Tanya Fadhil, setelah diam lama.

"Ah, masa sih? Gak mungkin! Diandra kan penakut gitu!" Balas Riko.

"Diandra emang ke kolam itu," sahut Talita.

Semua orang menatapnya, menunggu jawaban selanjutnya.

Gadis itu mengangkat handphononenya, memperlihatkan GPS dan letak Diandra adalah di kolam sekolah.

Semua mengeleng tak percaya.

"Kok, lo nekat banget sih, Di!" Sahut Riko kesal.

"Duh, terus kita harus gimana?" Tanya Cheryl, khawatir.

"Kita susul aja, gimana?" Saran Angga.

"Ini udah jam satu malam!" Tolak Riko.

"Terserah lo, mau ikut atau enggak! Gue mau susul Diandra." Jawab Fadhil, seperkian detik kemudian sambungan vidio call dengan Fadhil terputus.

"Kita gimana?" Tanya Talita risau.

Riko menyahut. "Gue sih, mau bobo tampan disini. Palingan si Fadhil cari kesempatan dalam kesempitan, buat dekat-dekat sama Diandra."

Talita memutar bola matanya malas. Jadi kesal dengan pemikiran ajaib Riko. "Lo, Angga?" Tanya Talita.

Angga menetapnya dalam sebelum menjawab. "Terserah lo, lo ikut gue ikut."

Talita melirik luka di wajah Angga. "Gue nggak ikut, wajah lo pasti masih sakit, kan?"

Angga berdehem singkat.

"LO PADA EGOIS BANGET SIH! Nggak setia kawan!" Tiba-tiba Cheryl menyeruk, mereka lupa bahwa Cheryl sedari tadi juga masih terhubung di vidio call tersebut.

Talita diam. Nampak tertohok dengan ucapan Cheryl barusan.

"Terserah lo pada deh! Gue mau susul Diandra!" Jawab Cheryl.

"Eh, Ryl, lo mau susul naik apa? Lo kan nggak tahu bawa mobil, sama motor?" Tanya Riko polos, membuat Cheryl bertambah kesal.

"Terbang!" Sahut gadis itu kesal, kemudian sambungan terputus.

***

Pekarangan sekolah nampak sepi, semilir angin berhembus kencang membuat Diandra mengeratkan pelukannya pada jeketnya.

Kabut asap mengepul diudara malam ini. Membuat Diandra merasa seperti berada di film-film horror yang sering ia tonton.

Tapi, gadis itu mengeleng cepat.

Ia melirik ke gerbang sekolah yang sudah terkunci. Tapi, Diandra tak kehabisan ide. Gadis itu memanjat gerbang tersebut demi kalungnya.

Tap

Kedua kaki Diandra mendarat sempurna. Gadis itu mengeluarkan handphononenya dan menyalakan fitur senter sebagai penerangan.

Angin kembali berhembus, membuat Diandra memegang tengkuknya yang mendadak dingin.

Gadis itu mengeleng cepat lagi saat pikiran-pikiran negatif hinggap di kepalanya.

Dengan langkah cepat Diandra mulai menyelunsuri koridor sekolah. Gadis itu terpelonjak kaget saat melihat semua lampu sepanjang koridor mulai kelap-kelip.

Gadis itu berlari sekuat yang ia bisa. Jantungnya berdegup tak kuruan. Dalam hati Diandra berucap tenang, Di. Nggak ada apa-apa, hantu itu nggak ada!

Diandra menghela nafas berat. Ditatapnya pintu kayu yang akan membawa mereka ke kolam itu lama.

Tanpa berpikir panjang, Diandra mendorong pintu itu.

Ceklek.

Pintu itu berdenyit sangat nyaring saat dibuka. Diandra masuk, menatap sekelilingnya.

Gadis itu mengarahkan handphononenya ke depan berniat mencari kalungnya di pinggir kolam tapi nihil.

Diandra berdecak kesal, gadis itu hampir menangis.

Ia terus melirik kesana-kesini, mencoba mencari kalung itu.

Dapat.

Diandra melihatnya, berada di dalam air. Namun hal yang membuatnya takut untuk menyelam adalah kedalaman kolamnya. Kalung miliknya jatuh ke dalam kolam yang memang dalam.

Keheningan kembali menyelimutinya, yang terdengar hanyalah suara bising angin dan lolongan anjing.

Diandra menghela nafasnya panjang.

Dia harus mengambil kalung itu. Kalung itu sangat berharga baginya karena merupakan pemberian ayahnya yang sudah meninggal. Dan Diandra berjanji akan menjaganya.

Akhirnya, dengan keberanian yang sudah terkumpul, Diandra maju, melompat masuk ke dalam kolam.

***

Sabtu-09-03-2019

Dilarang masukWhere stories live. Discover now