11. Putus, Aye!! (Re-post)

Mulai dari awal
                                    

Selagi jam kosong, gue mengajak Keyna untuk ikut gue nongkrong sama anak-anak. Tadinya dia gak mau, karena takut gue cuekin. Tapi, dengan beribu jurus dan kuda-kuda ala gue, diapun nurut. Berasa punya piaraan. Bedanya, ukurannya lebih gede dan nge-gemesin. Eh? Yakali.

Gue dan Keyna sampe ditempat tujuan. Gue langsung turun dan mengamit tangannya. Dia sempet berontak, tapi gue gak peduli. Gue malah makin ngeratin tangan genggaman gue di tangannya.

Bener dugaan gue, anak-anak pasti pada bawa pacarnya masing-masing. Feeling gue emang t-o-p lah. Alangkah beruntungnya gue, karena gue narik Keyna kesini. Kalo gak? Otomatis gue jadi korban ke jonesan. Eh, kalo baru putus itu bukan jones, 'kan?

"Woi, bro!" Teriak Ardi dari kejauhan. Fyi, toa nya Ardi gak beda jauh sama Keyna kalo lagi teriak.

Gue tersenyum tipis sambil terus berjalan deketin mereka. Disitu udah ada Ardi sama ceweknya, namanya Dira. Kayaknya jodoh deh mereka. Namanya hampir mirip gitu. Keno sama Shane, last couple; Rafi dan Aura. Dari kita berempat--ehm, berlima, yang paling lama pacaran itu Keno dan Shane. Mereka udah pacaran dari kelas 1 SMA.

Gue mengambil kursi disebelah Ardi dan Keyna disamping gue tentunya.

"Kevin dateng?" tanya gue basa-basi. Padahal lagi males banget bahas tuh, anak.

"Gak tau. Tadi gue bbm katanya nyusul. Biasa, masih sibuk sama Vina--eh!" ceplos Rafi. Huh, nih anak. Malah keceplosan.

Kontan, mata Ardi dan Keno membulat sempurna. "APA?!" asli, dramatis banget. Kebanyakan nonton sinteron keknya mereka berdua.

"Sante oi, matanya," cibir gue.

Keno menaikkan sebelah alisnya, "Lo...," Keno menggantungkan kalimatnya sambil menatap gue menyelidik.

"Gue udah putus. Puas?" sungut gue sebal.

"Kok bisa?" tanya Ardi.

Gue mendengus, "Ya, bisa lah. Kenapa enggak?"

"Maksud gue, kenapa bisa lo putus? Bukannya lo sayang banget sama Vina." perkataan Ardi lebih tepat menjadi pernyataan.

"Itu dulu, sekarang kayaknya enggak deh," jawab gue ringan.

"Gak, gak mungkin lo move on secepet ini," elak Keno. "Dulu waktu sama Aira--"

Gue menginterupsi ucapan Keno, "Plis, gak usah dibahas. Intinya gue udah move on dari Vina."

"Iyalah, 'kan udah ada yang baru. Ye gak, Dav?" kata Rafi sambil melirik Keyna penuh arti.

Keyna menjawab, "Enggak kok. Kita cuma te--"

Gue memotong, "Kalo iya, kenapa? Lagian gue juga udah lama kok deket sama Keyna," jawab gue mantap.

"Deket lama? Termasuk pas pacaran sama Vina, Dav?" tanya Shane.

Gue menggaruk tengkuk gue yang gak gatel. "Ya... gitu deh," jawab gue.

Dira mencibir, "Sok playboy lo, ah." katanya sambil melempari gue kulit kacang. Sialan.

"Bodo, gue ganteng."

"Tai, muka udah kayak pinggiran kutang aja belagu," tambah Aura.

Fyi, Aura ini cewek ternyablak setelah Keyna. Dia lebih sering frontal ngatain orang. Mau yang dia gak suka sampe yang paling dia benci. Gak jarang, dia sering ribut sama cewek-cewek kampus. Aura ini mahasiswi ekonomi, kayak Keyna.

"Songong lo, Ra. Kek pacar lu lebih ganteng dari gua aja." desis gue.

"Ya, enggak sih. Tapi, kalo cinta 'kan gak mandang jelek atau ganteng. Love is blind," balasnya tak mau kalah.

Gue mencibir, "Omongan lo geli, Ra. Suer."

"Bacot lo, ah," sungut Aura. Nah kan, gue bilang juga apa. Gak beda jauh sama Keyna.

Kita ngobrol ringan-ringan aja. Sekalian ngelepas penat. Apalagi kayak gue dan yang lainnya, yang sebentar lagi mendekati wisuda. Masih lama sih, seenggaknya kurang dari setahun. Dan, itu berarti beberapa bulan lagi waktu gue bakal kesita banyak buat bikin skripsi. Huh.

Saat kita lagi asik-asiknya ketawa sambil saling ngatain satu sama lain, Kevin dateng sama Vina. Mesra abis, lagi. Cih, serasa dunia milik berdua. Kalo gue kek gini, gak berarti jealous 'kan?

Keyna menyenggol lengan gue, dan berbisik, "Ngeliatinnya biasa aja. Jealous much, hm?" ledeknya sambil terkekeh pelan.

Gue menoyor kepalanya, "Sok tau banget," jawab gue.

Keyna meringis, "Lo pikir gue gak ngeliatin gerak-gerik lo dari tadi. Gue juga tau kok, lo pasti ngedumelin mereka." Bener juga sih, apa yang dia bilang. Ah, setan.

"Ketauan banget, ya?" kata gue lagi.

Keyna terkekeh, "Iyalah, bego. Duh, kasian yang diselingkuhin--aw!" Keyna langsung gue hadiahi dengan jitakan.

"Kalo ngomong yang bener. Disini, gue tau yang jadi selingkuhannya Vina," kata gue berbisik. Emang dari tadi, kita bisik-bisikan sih. Jadi, kita gak fokus sama keadaan sekitar.

Mata Keyna melotot. Lucu banget, asli! "Serius lo? Bohong mulu," kata dia gak percaya.

"Gue serius. Ngapain sih, gue bohong. Rafi yang cerita ke gue," jawab gue parau.

Keyna mengulurkan tangannya untuk mengelus-elus lengan gue. Duh, jantung gue kenapa jadi deg-deg-an gini? Bangke lah.

"Sabar, yak. Makanya jangan kepedean jadi cowok. Makan tuh, selingkuhan!" katanya sambil terkekeh. Sialan! Gue kira dia mau ngapain gue gitu, biar gue terhibur. Taunya, malah ngeledekin.

Gue langsung piting lehernya, "Ngatain gue lagi lo, pulang tinggal nisan, nih," Ancam gue.

Keyna meringis kesakitan. "Iye elah. Sori. Sekarang, lepasin nih tangan laknat lo dari leher gue," perintahnya.

"Gak mau. Lo masih ngatain gue."

Keyna mendengus frustasi, "Iyadeh, Davi yang ganteng dan baik dan yang baru dijadiin selingkuhan tolong dong, lepasin."

Gue memperkuat pitingan gue, "Sialan lo, ah. Gak ikhlas banget mujinya. Lo tuh kayak nerbangin gue terus langsung nyungsep ke got tau gak."

Keyna memukul lengan gue, "Sakit anjir. Iya, iya. Davi yang baik dan ganteng, lepasin pitingannya dong."

"Gitu kek dari tadi," jawab gue. Tapi gue gak ngelepasin pitingan gue melainkan cuma ngendurin sedikit pitingannya.

"Eh, ini tangan ngapain masih disini?" tanyanya sambil menunjuk lehernya. "Modus lo, ya? Bilang aja mau meluk-meluk gue," kata Keyna sambil menaik-turunkan alisnya. Sialan.

"Dih, najong banget, lo."

Gue pun melepaskan pitingan gue di lehernya. Saat kita sudah kembali ke realita--setelah sibuk sama dunia sendiri bareng Keyna-- gue kaget. Karena, temen-temen gue udah pada gak ada. Gue ngernyit bingung, ini pada kemana? Ke kamar mandi kah? Ah masa, se RT dapet panggilan jambannya?

Gue melirik Keyna, dia cuma mengedikkan bahunya ringan. Saat mata gue mencari-cari sesuatu, gue nemu kertas yang disobek dan ditaruh di atas meja. Gue mengambil dan langsung membacanya.

Sori, kita duluan. Soalnya lo sibuk banget sama Keyna. Serasa dunia milik berdua. Wkwk.

-Rafi

Anjrit! Ceritanya gue ditinggalin nih? Kampret!

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang