6. Aneh?

14.1K 452 1
                                    

Seluruh kantin hari ini ramai sudah dengan kehadiran gue, Deana dan Panji yang rokes abis. Dari tadi, kita bertiga selalu jadi pusat perhatian seantero kantin. Gegara obrolan ngawur kita. Dari ngomongin tetangga Panji yang doyan hamil (?), Kucing piaraan gue yang idungnya pesek, dan yang--menurut kami--heboh tentunya.

Gak cuma ngobrol ngawur, kita juga sempet godain orang-orang yang lewat meja kita. Dari disiulin sama Panji, kita godain manggil "Cewek" sambil naik-turunin alis, sampe ada yang kita katain "cabe-cabean" pun ada.

Gue gak nyangka kita bakalan seheboh ini. Terlebih, Deana sama Panji baru aja kenal. Tapi, secepat itu mereka langsung akrab. Malah, sampe konyol-konyolan bareng. Kayak sekarang, Panji masukin kacang kulit ke lobang idungnya sambil genggam botol saos ditangannya. Entah apa yang dibuat-_-

Mungkin dia lagi niru salah satu scene Mr. Bean? Kalo dipikir, mirip juga sih.

"Makan, Ji!" seru Deana sambil nunjuk kacang kulit yang ada di lobang idungnya Panji dengan dagunya.

Panji menghembuskan nafasnya kasar sehingga kacang itu pun keluar dari idungnya. "Nih," katanya lalu memakan kacang yang baru keluar dari idungnya itu.

Ew! jorok banget gue punya temen. Najis!

"Panji! jorok ih," dengusku sambil melempar kacang yang lainnya ke wajah Panji.

Panji malah cengar-cengir dan tetep makan kacangnya. Idih, apa dirasa itu? sempet diemut juga lagi kulit kacangnya. Demi apapun, ini jorok abis!

Deana yang nyuruh, dia juga yang jijik. Bego, 'kan? Mukanya udah berubah pucet banget. Dia emang gitu kalo jijik sama sesuatu, pasti mukanya langsung pucet.

Deana menatap jijik ke Panji, "Gue 'kan becanda, Ji. Lo dilakuin beneran," katanya jijik.

"Enak, kok. Gurih malah," sahut Panji nyengir.

"Jorok lo! Ew!" kataku.

Dengan watadosnya Panji tetep menikmati kacang tersebut. Ish, brb muntah dah.

"Vhar, keluar yuk. Jijik gue liat Panji," ringis Deana.

"Yok!" kataku langsung menarik Deana menjauh dari Panji. Samar, gue bisa denger Panji teriak-teriak nama gue dan Deana. Bodo amat lah, ya. Jorok banget lagi jadi orang. Bocah konyol.

Disepanjang koridor menuju kelas, gue sama Deana, habiskan dengan ngobrol. Kita semacem nostalgia masa kecil gitu. Dari main di taman bareng, main ujan-ujanan bareng, mandi bareng, dan bareng-bareng lainnya.

Rasanya, lama banget emang gak ketemu Deana. Kangen pula dengan masa-masa kebersamaan kita dulu. Untung aja Deana masih 'mengenali' gue. Kalo engga? Mungkin kita sampe sekarang belum ketemu lagi.

Kita udah sampe dikelas. Kebetulan kita--gue sama Deana ada kelas bareng.

"Vhar, gimana sama first love lo?" tanya Deana.

"Belum ketemu. Tapi gue tetep cari, kok," jawab gue enteng.

"Masih nyari juga, Vhar? Gak capek?" tanya Deana dengan nada frustasi.

"Iyalah! Gue gak bakal capek sampe gue bener-bener ketemu sama cinta pertama gue." balas gue semangat.

Deana menatap gue dengan pandangan gak percayanya. Deana menghembuskan nafas gusar, "Kenapa lo gak cari yang lain aja, sih? Itu udah 10 tahun yang lalu, Vhar," katanya gusar.

Gue melotot kearahnya, "NGGAK! Gue tetep sama prinsip gue, "my first love is the one and only for me","

Deana meringis, "Kasian gue sama lo. Pantes aja jones." sahutnya sambil terkekeh geli. Entah kenapa, gue ngerasa aja kalo dia bilang kata 'jones' itu diteken. Kesannya ngeledek banget.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang