7. Makan Malam

12.1K 479 1
                                    

Gue sama Davi udah sampe dirumahnya. Gue juga sebenernya masih bingung, kenapa nyokapnya ngajak gue makan malem bareng. Logisnya, Davi itu 'kan udah punya pacar. Kenapa nyokapnya malah ngajak gue bukannya pacarnya Davi aja tuh?

"Om," panggilku pada Davi.

"Ck, udah gue bilangin jangan manggil gue 'om'. Gue cuma tua 2 tahun diatas lo," sungutnya sebal.

Gue terkekeh geli, "Muka lo itu gak beda jauh sama om gue."

Davi memutar kedua bola mata jengah, "Berenti manggil gue 'om', atau gue depak lo dari sini." ancamnya.

"Iya elah." jawabku sebal.

Davi terus berjalan memasuki halaman depan rumahnya tanpa nungguin gue. Nyebelin parah si 'om' satu ini.

Dengan langkah yang dipaksakan, gue pun sedikit berjalan cepat buat nyamain langkahnya yang gede banget itu.

Belum sampe di depan pintu utama, pintunya udah kebuka lebar. Munculah sesosok makhluk yang tidak lain tidak bukan adalah mamanya Davi. Dengan senyuman khasnya, mamanya Davi mempersilahkan kami--aku dan Davi masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, tante." Sapaku ramah.

Davi memutar kedua bola mata malas, "Jangan cari muka deh," katanya sinis.

"Gue emang ramah, sih, sama semua orang," jawabku pede.

"Sama gue enggak." sungutnya.

"Kalo lo itu pengecualian," jawabku enteng.

"Udah, udah. Masuk dulu yuk. Kalian tuh, dari jauh aja udah ribut-ribut." sahut tante Zia--mama Davi.

Dengan seenak jidatnya, Davi menoyor kepala gue tanpa rasa bersalah, "Nih, biangnya keributan."

Gue langsung menepis tangannya jauh-jauh. "Heh, enak aja. Situ kali, mirror please," ketusku tak mau kalah.

"Iyan, udah dong. Masuk, yuk."

Gue dan Davi segera masuk ke dalam rumah. Di dalam rumahnya Davi sudah ada adiknya, dan beberapa orang yang tidak ku kenal. Pantas saja, carport rumah Davi tadi sudah ada beberapa mobil yang berjejer rapih. Gue rasa itu milik saudara-saudara Davi--eh, terus ini acara apaan? Kok gue diajak-ajak? Gue 'kan bukan sodaranya Davi.

"Ma, kok gak bilang kalo keluarga pada mau dateng?" tanya Davi begitu melihat rumahnya yang sudah ramai dengan saudara-saudaranya.

Tante Zia hanya menyengir, "Sengaja. Emang kamu gak inget kalo hari ini, pertemuan rutin 2 bulan sekali?" lanjut tante Zia.

"Tanggal berapa sih? Perasaan, baru kemaren pertemuannya," jawab Davi malas. "Ini 'kan acara keluarga, terus kenapa cecunguk satu ini diajak?" lanjut Davi lagi.

"Emang kenapa? Suka-suka Mama, lah," balas tante Zia tak mau kalah.

"Ck, udah ah. Ngomong sama Mama gak bakal ada habisnya. Iyan mandi dulu deh." Davi pun langsung ngacir menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

Sumpah, gue jadi kayak orang bego di dalem rumahnya Davi. Gak ada yang gue kenal disini kecuali tante Zia dan Kintan, adiknya Davi. Hueee... gue kek kambing conge'. Davi mandinya lama banget lagi.

"Kak Keyna," panggil seseorang, yang gue yakini itu Kintan.

Gue pun menoleh, "Iya?"

"Ikut aku yuk," ajaknya. Hahh, alhamdulillah. Akhirnya ada temen juga gue.

Tadinya pengen ngikutin tante Zia beberes di dapur, eh malah gak boleh. Katanya tamu gak pantes bantu-bantu. Alhasil, jadilah gue duduk di ruang tamu SENDIRIAN. Bisa bayangin, muka gue gimana saat itu.

First LoveWhere stories live. Discover now