31 - Yang tak terduga (2)

Mulai dari awal
                                    

Dengan hati-hati, Alatha turun, Sean sempat de-javu, kepalanya terasa pusing namun ia tetap berusaha untuk biasa saja di hadapan Alatha, Alatha sontak terkejut ketika dirinya telah berhasilnya mencebur ke kolam dan kakinya menapaki permukaan lantai.

"Dalem banget!" Alatha merasa engap karena kolam ini tingginya mencapai dada Alatha.

"Bisa." ucap Sean menyemangati.

"Pegangin dong gimana sih!" kesal Alatha.

Sean mengernyit dengan tatapan tidak suka, "Ga." balasnya. "Pegang aja tembok keramik." tunjuk Sean.

"Terus sekarang aku harus ngapain?" kata Alatha, tubuhnya bergetar karena memang ia tidak kuat dengan dinginnya air di kolam ini.

"Ambil nafas di dalem air." kata Sean memberi intruksi sekaligus arahan.

"Duh," panik Alatha karena ini kali pertamanya ia berani menyeburkan diri ke kolam renang.

"Sini," ajak Sean kemudian kedua bahunya Alatha ia tekankan ke bawah agar masuk ke dalam air untuk tahan nafas.

"Aaa!" seru Alatha tak kuat, tangannya terus melambai ke atas.

Dikira bercanda, Alatha benar-benar tenggelam, sempat bingung, padahal di kolam itu kaki Alatha menapak, lantas Sean segera menarik tangan Alatha untuk menyelamatkan gadis itu.

"Bohong ya?" tuduh Sean.

Alatha tak menjawab, wajahnya matanya merah dan lesu, bibirnya pucat, dan tak kuat untuk berbicara.

"Ini kan di pinggir kolam, kaki lo juga napak, kok bisa tenggelem?" heran Sean.

Alatha menggeleng, meminta tuk naik ke atas. "Mau ke atas..." ucapnya lesu.

Melihat Alatha yang lesu, membuat Sean bertanya lagi. "Nggak usah bercanda, nggak lucu!"

"Dingin," bicara Alatha lagi, bibirnya bergetar.

"Eh," melihat Alatha yang hampir pingsan, Sean langsung memboyong Alatha untuk dibawa ke atas dan beranjak dari kolam renang.

Sean jadi panik, lantaran Alatha benar-benar kedinginan, wajahnya pucat, membuat Sean langsung mencari handuk untuk mengeringkan tubuh Alatha yang masih basah karena air kolam.

"Duduk dulu," kata Sean, Alatha menuruti.

Sean langsung berkonsultasi dengan petugas kesehatan di tempat renang ini, katanya Alatha harus melakukan beberapa cara atau pembiasaan, supaya tidak menyebabkan Alatha kedinginan seperti ini lagi, lantaran Alatha menderita penyakit hipotermia.

"Jangan biarkan Alatha memakai baju yang basah, rutinkan minum minuman yang hangat, dan jauhkan Alatha dari hal-hal yang dingin, contohnya AC, hujan, berenang, dan lain-lain, saya rasa mungkin kalau hal itu bisa dijadikan kebiasaan, mungkin penyakitnya Alatha bisa berkurang." jelas petugas kesehatan. "Tapi, Alhamdulillahnya, hipotermia Alatha tidak terlalu parah, jadi semoga bisa cepat berkurangnya." lanjutnya.

"Oke, terima kasih." balas Sean.

"Kalau ingin mengurangi penyakit asma nya, mungkin kalau berenang bukanlah solusi yang baik, karena Alatha juga punya hipotermia. Kalau saran dari saya sih, olahraga yang teratur, jaga emosinya juga,
dan jauhi yang namanya asap." saran dari petugas kesehatan.

Alatha menatap petugas kesehatan itu, menyimak dengan baik, lantaran Alatha juga ingin cepat sembuh, ia tak mau sakit-sakitan seperti ini yang dapat menyusahkan orang lain.

"Maaf ya, jadi nyusahin kamu." tunduk Alatha.

"Saya yang minta maaf, udah maksa kamu buat berenang." balas Sean cepat, mengaku salah, namun terdapat sedikit kejanggalan.

"Eh, saya-kamu?"

Sean yang baru sadar pun, langsung berkata. "Gua-lo."

Alatha tersenyum menggoda, membuat Sean jadi salah tingkah.

"Aku seneng liat kamu ngomong pake saya-kamu, lucu aja gitu." Alatha terkekeh.

Sean makin salah tingkah, kemudian mengalihkan pembicaraan. "Masih dingin?"

"Masih," jawab Alatha.

Bingung harus bagaimana, Sean malah menarik tubuh Alatha untuk bersandar di dada bidangnya sekaligus memeluk tubuhnya. Alatha terkejut bukan main, lantaran Sean melakukan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Seketika sadar, bila Alatha adalah kekasih dari sahabatnya, ia langsung melepaskan Alatha dari pelukannya. "Maaf,"

"Eh, iya. pulang yuk!" ajak Alatha cemas, dirinya juga jadi salah tingkah.

"Kuat?"

"Semoga."

Sean menuntun Alatha, ia yakin jika Alatha masih merasa sakit, bagaimana mungkin setelah tadi ia hampir pingsan, pucat, kedinginan, menggigil, namun sekarang sudah seceria ini? seakan sebelumnya tidak terjadi apa-apa, Alatha memang beda, selalu tersenyum di saat kondisinya tak memungkinkan seperti ini, lantaran ia sama sekali tidak ingin merepotkan orang lain.

***

@yourfeable
on instagram.

follow!
suda update, gimana nih
setelah kalian baca part ini?
hehehe😋

Sean dan AlathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang