14 - Sesak

10.3K 646 6
                                    

Alatha melihat jelas kepergian Sean yang kini sudah menjauh, ia merasa kehadirannya malah membuat kedua orang yang sudah bersahabat lama, kini saling berjauhan seperti tidak pernah kenal terhadap satu sama lain. Alatha juga sempat teringat ketika dirinya berada di dalam rumah pohon milik Sean, keadaan disana benar-benar beda, seakan menunjukan suatu rahasia besar yang hingga kini belum bisa Alatha ungkap kebenarannya.

Alih-alih Victor memandang Alatha yang sedang tenggelam bersama lamunannya. Bahkan Victor sendiri sebelumnya tidak pernah menemukan tempat ini, baru saja ia tahu ketika Sean memberitahu kepadanya tadi lewat sms. Ada apa sebenarnya? Kenapa juga Alatha bisa ada disini, dan lebih anehnya lagi Alatha disini bersama Sean.

"Kok kamu bisa ada disini?" tanya Victor, setelahnya menutup luka Alatha dengan perban.

"Hm," pikir Alatha sejenak, sibuk mencari alasan. "Tadi aku sama Sean ngambil properti bazar, kata Sean bekas bazar tahun kemaren disimpen disana." telunjuknya mengarah pada ruang kosong yang diyakini itu adalah gudang. "Jadi biar nggak beli lagi, mubazir kan, nanti tinggal di modifikasi aja." usul Alatha.

"Oh gitu, terus kenapa kamu bisa jatoh?" tanya Victor lagi, ia merasa ada yang ganjal.

"Aku keselandung, aku nggak lihat kalo di depan aku ada kayu besar." bohong Alatha, terlalu mengada-ngada.

Victor menghela nafas berat, berusaha untuk percaya pada Alatha yang belakangan ini mulai menunjukan sikap anehnya yang cendrung membuat Victor curiga.

"Aku mau ke kelas, Tor," pinta Alatha, sikutnya masih terasa perih.

"Iya, aku anterin ya." ujar Victor lembut.

***

Alatha duduk di bangkunya, Violet datang bersama jus alpukat dan batagor di kedua tangannya. Violet memasang wajah histeris ketika menemukan sahabatnya hadir dengan luka yang di perban dibagian sikutnya.

"Tha?!" seru Violet dengan wajah terkejut.

"Hm," Alatha berdehem.

"Sikut lo kenapa?" tanya Violet spontan.

"Panjang ceritanya, nanti aku jelasin." ucap Alatha.

"Oke deh," ucap Violet. "Oh ys, pulang sekolah nanti, katanya mau ada latihan lagi." ujar Violet memberitahu.

Alatha hanya mengangguk alakadarnya, mengapa harus latihan hari ini? Ia masih terjebak dalam teki-teki yang terngiang-ngiang di otaknya. Terlebih, Alatha masih penasaran dengan Sean.

Satu jam terakhir sebelum pulang, Alatha dan Violet memilih untuk pergi ke UKS, mereka jenuh berada di kelas yang suasananya ribut dan rusuh seperti kapal pecah. Mereka mencari tempat pelarian untuk melampiaskan segala perasaan jenuhnya, tempat sasaran utama mereka berdua adalah pergi ke ruang UKS untuk tiduran.

Alatha masuk, didampingi Violet, ruang UKS adalah ruangan terbaik untuk buka-bukaan, Alatha selalu meluapkan segala isi hatinya disini, tak usah jauh-jauh mencari tempat pelampiasan bila UKS sudah membuat Alatha betah. Berbeda dengan Sean yang memiliki tempat pelampiasan yang begitu jauh dari sekitar sekolah, rooftop dan rumah pohon.

"Tha, lo masih bertahan sama Victor?" tanya Violet, angkat bicara.

Alatha mengangguk lesu.

"Kalo emang lo nggak cinta lebih baik tinggalin, lo kesannya nyiksa diri sendiri." saran Violet.

Alatha menoleh, menampilkan wajah murungnya, "Aku juga pengennya gitu, tapi kan kamu tahu sendiri kalau Victor itu sifatnya keras."

Sean dan AlathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang