"Ku pikir meja makan akan sepi hari ini. Syukurlah kau ikut makan bersama kami." Ucap Ellie saat telah duduk di depan Aimee dan Stuart. Suaminya, Adam. Sedang tidak berada di rumah, Ellie pikir dia hanya akan makan pagi dengan Stuart. Bukan tidak menyukainya, hanya saja anaknya itu sering irit bicara. Apa lagi saat di meja makan.

Aimee hanya tersenyum kecil menanggapinya. Tak berapa lama kemudian, Claire dan dua orang pelayan lainnya datang dengan makanan di tangan mereka. Aimee tak enak hati ketika Claire tersenyum lembut padanya, dan dua orang pelayan lain menatapnya sinis.

"Malam nanti kau tidak lupa kan, Stu. Kau harus menggantikan ayahmu untuk hadir di pesta ulang tahun Tuan Chayton."

"Iya, aku ingat."

"Bagus. Ibu akan menyuruh Jennifer untuk menemani mu datang ke sana." ucap Ellie sembari memotong daging asapnya dengan gaya elegan. Jennifer adalah serkertaris suaminya, dia wanita bermata biru dengan rambut pirang kemerahan.

"Tidak perlu, aku akan datang bersama Aimee."

"Oh, jadi kau sudah menentukan. Baik jika begitu, ibu akan pergi belanja dengan Aimee hari ini." Ellie antusias, sejak dulu dia ingin anak perempuan.

"Pergilah, tapi aku sudah mencari orang untuk mendandani Aimee. Jadi sebelum sore kalian harus sudah ada di rumah." Perintah Stuart.

"Kau tidak asal memilih orang untuk mendandaninya kan?"

"Mcgueel rossa."

Itu nama perias handal, bahkan untuk sekali panggilan, perlu merogoh kocek yang dalam. Ellie tersenyum. "Kalo begitu, kau harus bersiap-siap Aimee. Kita pergi belanja hari ini."

Tanpa bisa membantah kepalanya mengangguk. Mereka benar-benar ibu dan anak. Meskipun Nyonya Ellie sangat lembut, sering kali kata-katanya tak bisa dibantah atau didebat. Aimee mengangkat kepalanya, sekilas dia menatap dua orang pelayan yang berdiri di sebelah Claire. Cepat-cepat Aimee menundukkan kepalanya lagi. Dia menghela nafas panjang, seumur hidup, Aimee menghindari konflik dalam pekerjaan. Dia tak pernah menanggapi setiap cibiran yang didengar setiap dia melewati pelayan-pelayan yang ada di rumah ini.

Aimee termenung. Bagaimana jika orang-orang tahu mengenai hubungannya dengan Stuart yang sekarang, cibiran seperti apa yang akan ia terima. Lalu, bagaimana reaksi kedua orang tua Stuart. Mungkin mereka akan sangat kecewa pada Aimee. Membayangkan saja sudah membuat Aimee merinding.

***

Aimee menahan diri untuk tidak melarikan tangannya pada gaun-gaun indah yang terpajang di setiap sudut butik. Siang ini, seperti yang telah Ellie katakan. Mereka berbelanja, berdua saja. Sebenarnya ini bukan yang pertama kali Nyonya Ellie membawanya masuk ke tempat seperti ini, tapi Aimee tetap tidak bisa menahan diri untuk kagum. Memang kelas atas yang selalu terbaik.

"Aimee, kemari." Nyonya Ellie yang baru saja kembali dari dalam salah satu ruangan, melambaikan tangan padanya. Aimee dengan segera menghampiri. "Dia orangnya, bagaimana menurutmu, apa yang cocok untuknya?" ucap Ellie sesaat setelah Aimee berdiri di sampingnya.

Wanita bertubuh tinggi yang berdiri di depan mereka memandang Aimee dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seperti mesin scanner. Dia menganggukkan kepalanya dengan mata berbinar seakan melihat tumpukan harta. "Bagus, ada beberepa desain gaun yang belum aku keluarkan. Dia bisa mencobanya."

"Kau serius, Martha?" Ellie sedikit terkejut.

"Ya. Mana mungkin aku akan memberikan gaun murahan pada gadis secantik ini." Martha mencubit kecil dagu belah Aimee.

"Baik kalo begitu, aku percayakan semua padamu." Ellie menatap Aimee. "Aimee, kau ikut dengan Martha. Dia akan menunjukan beberapa gaun untukmu, jika kau menemukan yang cocok dan kau menyukainya, kau hanya perlu mengatakannya. Mengerti?"

MAID MINE (Sudah Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant