10. Dimulai.

15K 878 33
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Musim gugur berlalu, dan datanglah musim semi. Aimee melihat teman-teman satu angkatannya, mereka bersiap untuk melempar toga ke udara. Tawa dan raut puas tampak jelas di wajah orang-orang itu, sedangkan Aimee hanya mampu tersenyum tipis. Matanya mengamati setiap orang, mereka yang bersama keluarganya. Aimee memeluk erat sertifikat dalam freme yang telah ia perjuangkan selama dua tahun ini. Meraih gelar summa cum laude, dengan nilai IPK 3,8. Aimee berhasil menjadi lulusan terbaik.

Ibu, aku berhasil.

"Im!"

Aimee berbalik, dia tersenyum ketika melhat Jordan dan Felix dari kejauhan. Dua laki-laki itu datang sambil membawa buket bunga. "Selamat untuk kelulusan mu." Jordan memeluknya singkat, memberi Aimee sebuket bunga mawar putih yang melambangkan persahabatan. "Cum laude huh, isi kepalamu memang tak diragukan lagi." Jordan mengacak rambut Aimee lembut.

"Terima kasih, Jordan." Senyum Aimee terukir.

"Selamat." Felix memberinya buket lili kuning yang melambangkan kebahagiaan. "Ku dengar kau sudah memiliki beberapa tawaran dari berbagai perusahaan."

"Terima kasih, dan ya. Ada beberapa tawaran, tapi aku sudah memutuskan untuk bekerja pada Tuan Stuart." Aimee sudah memutuskan ini sejak lama. Perusahaan otomotif milik Aldebaran group sudah dibangun sejak tiga puluh tahun lalu, prospek perusahaan itu jelas tak perlu diragukan lagi. Dan yang paling penting, Aimee bisa membalas kebaikan keluarga Aldebaran dengan bekerja di sana.

"Ah, kau sudah memutuskan rupanya." Felix mengangguk paham. "Kurasa akan ada yang sangat bahagia dengan keputusanmu itu." Ujarnya lagi.

"Ya?" Aimee menatap Felix dengan bingung, saat Jordan justru tertawa.

"Felix benar. Apa kau sudah mengatakan ini pada Stuart?"

Aimee menggeleng. "Aku belum bertemu dengannya hari ini." itu karena sejak dua hari lalu Stuart tak ada di rumah. Dia pergi tanpa mengatakan apapun. Padahal Aimee belum sempat mengucapkan terima kasih, atas bantuannya selama beberapa bulan terakhir.

Stuart menepati janjinya. Aimee tidak lagi diganggu oleh siapapun sejak masa berkabungnya usai empat bulan lalu. Bahkan Aimee tidak lagi melihat Marie dan teman-temannya di kampus. Wanita itu menghilang begitu saja, dan Aimee benar-benar merasakan kehidupan universitas yang tenang.

"Benarkah? Apa dia sedang merencanakan sesuatu." Gumam Jordan sambil berfikir.

"Apa maksudmu?"

"Yah, kau tahu Tuanmu itu kadang bertindak diluar perkiraan. Ingat saat kau mendapat kiriman bunga dari pengagum rahasia." Jordan menyipitkan matanya.

Bunga dari pengagum rahasia. Tentu saja Aimee ingat. Stuart membakar bunga itu berikut meja Aimee. Di dalam kelas, membuat alarm kebakaran berbunyi. Bahkan sampai sekarang Aimee masih tak habis pikir dengan apa yang Stuart lakukan. Lalu tiba-tiba sebuah ingatan menyentak Aimee.

"Kau harus membayarnya dengan sesuatu yang berharga."

Begitu ucap Stuart saat menawarkan bantuannya. Aimee menelan ludahnya kasar, apa Stuart memang sedang menyiapkan sesuatu untuknya. Untuk membayar bantuan yang ia berikan. Tapi, apa yang berharga dari Aimee. Meskipun tinggal di rumah mewah, kenyataan sesungguhnya dia ini hanya pelayan miskin.

"Ada apa dengan wajahmu itu. Kau memikirkan sesuatu?" Jordan menunduk, menatap wajah Aimee yang menunduk.

"Ah tidak, bukan apa-apa." elak Aimee tersenyum kaku.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita rayakan kelulusan mu hari ini dengan makan sepuasnya. Tenang, Felix yang akan membayar. Ayo!" Tanpa menunggu persetujuan Aimee, Jordan menarik tubuh Aimee. Meninggalkan Felix di belakang yang mengerutu akan tingkah seenaknya si rambut hitam itu.

MAID MINE (Sudah Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin