6. Mengakui

14K 808 19
                                    

Jalanan kota London tampak ramai. Gemerlap dengan lampu, suara bising dari kendaraan. Sesekali Aimee melihat Bus double-decker melintas, atau melihat orang-orang bercengkrama di caffe dan restoran outdoor.

Aimee menatap langit cerah berhiaskan bulan purnama. Aimee menatap jalanan, dan mengerutkan keningnya saat merasa ada yang tak beres pada dirinya. Matanya berat, seperti ada sesuatu yang menggantung, memaksanya untuk terpejam. Tapi di tengah rasa kantuk luar biasa, Aimee melihat jalanan yang lain. Jalan yang tak pernah ia lewati sebelumnya.

"Jordan, kau bilang akan mengantarku pulang." ucap Aimee lemah.

"Itu yang sedang aku lakukan." Jordan menjawab dengan santai.

"Tapi ini bukan jalan pulang."

"Ini jalanmu pulang, Im."

"Jordan..." Aimee tak bisa menahannya. Matanya tertutup saat telinganya samar-samar mendengar Jordan bicara.

"Tidurlah Aimee, jangan takut."

Jordan menatap Aimee yang telah tertidur pulas di sampingnya. Mata laki-laki itu melihat spion tengah, dia tersenyum miring. Mobil porsche silver yang sangat dikenalnya mengikuti.

"Maaf ya, Stuart. Jika tidak begini, kau tidak akan sadar." Jordan menambah kecepatan ferrari hitam miliknya. Terkekeh kecil saat mobil Stuart mengikuti dengan ugal-ugalan.

Hiburan yang menyenangkan. Tapi harus segera Jordan akhiri.

Memasuki kawasan apartemen, Jordan tak melihat mobil Stuart di belakangnya. Bagus, dia berhasil mengecoh Stuart sebentar. Tak berapa lama lagi Stuart pasti akan sadar dimana Jordan berada.

Karena itulah, Jordan cepat-cepat menggendong Aimee. Segera memindahkannya ke tempat yang sudah ia persiapkan.

Saat pintu lift khusus yang ada di basement hampir tertutup, saat itulah Jordan melihat mobil Stuart berhenti sembarangan di dekat mobilnya. Jordan melihat Stuart keluar dari mobil, berlari ke arahnya, Jordan menaikkan alisnya dengan senyum menyebalkan tersungging di bibirnya. Dan pintu lift tertutup, Stuart mengumpat, menendang pintu besi itu penuh amarah. Dia melihat lantai yang Jordan tuju. Keningnya berkerut karena itu.

Apa-apa ini!?

Stuart memasukkan kartu akses apartemen pada lift khusus yang lain. Stuart menuju lantai 20, lantai teratas, apartemen miliknya.

"Jordan!!" Stuart berteriak saat pintu lift terbuka. Kakinya melangkah panjang memasuki ruangan. Matanya nyalang menatap setiap sudut apartemen mewah yang dihadiahkan oleh orang tuanya setahun lalu.

"Jordan!!"

"Diamlah, kau akan membangunkan Aimee."

Jordan keluar dari salah satu ruangan. Yang Stuart kenali sebagai kamarnya.

"Apa yang kau lakukan pada Aimee?!" Stuart langsung mencengkeram kerah baju Jordan erat-erat. Jika bisa, Stuart ingin mencekik leher Jordan saat ini juga. Tanggul emosinya akan jebol sebentar lagi.

"Hanya membuatnya tidur nyenyak selama beberapa jam, dan..."

"Apa yang..."

"Untuk membuatmu sadar." ujar Jordan tenang, dengan senyum lebar seperti bocah.

"Apa?"

"Jangan pura-pura bodoh, kau bisa jadi benar-benar bodoh. Lalu, jangan menyangkal lagi. Kau menyukai Aimee kan?"

"Apa?"

"Apa? Hanya itu yang bisa kau ucapkan. Jika iya, kau sudah benar-benar jadi bodoh. Ck." Jordan menggelengkan kepalanya, prihatin.

MAID MINE (Sudah Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن