3. AFTER

2K 196 31
                                    

Nggak ada pilihan lain bagi wanita bobrok sepertiku. Jadi aku biarkan jiwaku mengikat Revan dengan kekang penyesalan yang tertancap dihatinya seumur hidup.
Dengan begitu semua cita-cita Desi hanya akan jadi angan-angan. Karena sampai kapanpun Revan akan terus berada dibawah kakiku, terbelenggu oleh perasaan bersalahnya.

Dan inilah awal aku mulai mengalami vanila sky. Dimana aku selalu membayangkan wajah dan sentuhan orang lain saat berhubungan dengan Revan.
Dan gilanya, otakku membawaku berimajinasi membayangkan semua sentuhan itu berasal dari Banyu Biru. Lelaki yang paling kubenci setengah mati.
Entah ini kutukan atau ketololanku.

Satu tahun aku menjalani hubungan percintaanku dengan ber-vanila sky. Nggak ada orang yang aku rugikan, bukan? Nggak ada hati yang aku sakiti juga kan?
Aku tetap melakukan hubungan intim dengan satu-satunya pasangan sahku. Hanya pikiranku yang berkelana mengembara pada jejak-jejak rasa masalalu.

Suatu pagi aku bangun saat Revan sudah pergi ke kantor. Kuputuskan untuk melaksanakan niatku dari semalam.
Aku membawa alat tes kehamilan ke dalam kamar mandi di dalam kamarku. Sudah beberapa hari aku merasakan ada yang aneh dengan tubuhku. Terlebih sudah tiga minggu aku telat halangan. Jadi semalam aku ke apotik membeli alat tes kehamilan ini.

Aku menampung pipis pertamaku hari ini, lalu memasukan stik kecil kedalam wadah pipisku.
Aku menunggu lima menit yang tiba-tiba terasa panjang dengan mondar mandir didalam kamar mandi.

Setelah berhasil melewati lima menit yang menjemukan, aku segera mengangkat stik tes kehamilan itu.
Mulutku menganga, mataku membelalak, jantungku berdegup seperti berdisko didalam sana.

Dua garis merah muda! Apa ini artinya aku hamil?
Tuhan, benarkah wanita hina sepertiku Kau beri anugrah yang indah seperti ini?

Aku merapikan sisa tes kehamilan ini. Aku akan memberikan kejutan pada Revan. Dia pasti bakal bahagia juga sama seperti aku. Empat tahun kami menunggu saat-saat seperti ini.
Revan sudah cukup kubuat menderita dalam hari-hari penuh penyesalah selama satu tahun ini. Aku rasa dia pantas mendapatkan kejutan istimewa dariku hari ini.

siang harinya aku sengaja berdandan secantik mungkin. Aku juga pergi kesebuah pusat perbelanjaan. Aku membeli susu kehamilan, beberapa buku tentang kehamilan, serta beberapa cd lagu klasik.
Aku juga menempelkan hasil tes kehamilanku pada sebuh cokelat berukurn besar dan aku ikat dengan pita.

Setelah puas berbelanja, aku menuju kantor Revan. Aku akan memberikan kejutan ini padanya dan mengajaknya menemaniku bertemu dengn dokter kandungan jam tujuh nanti. Semua sudah kupersiapkan.

Nggak seperti biasanya, ruang kerja Revan sepi. Anita, sekretarisnya pun nggak ada di mejanya.
Aku melirik lagi arlojiku. Jam empat sore. Seharusnya mereka masih disini untuk bekerja. Jam pulang kantor masih satu jam lagi.

Aku mendekat kearah pintu ruangan Revan. Kupingku belum rusak. Aku jelas mendengar suara pria dan wnita didalam sana. Ada suara napas yang memburu dan desahan yang silih berganti didalam sana.
Jantungku mulai berpacu cepat. Keringat dingin mulai bercucuran ditungkukku.
Dengan satu gerakan pelan aku membuka pintu ruangan Revan.

Tolong, katupkan bibir kalian dan persiapkan hati kalian untuk mendengar ceritaku selanjutnya.

Aku meraih ponselku untuk mengabadikan apa yang aku lihat disana.
Disana, Anita tidur diatas meja kerja Revan tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya. Dan Revan berdiri tepat dipangkal paha Anita. Menyenangkan kemaluan Anita, memuaskan kemaluan mereka.

Jangan tanya bagaimana perasaanku. Kalian nggak akan pernah mau berada diposisiku. Aku berani bertaruh.

Aku memasukan ponselku kedalam tas setelah merasa cukup memiliki bukti. Rupanya kenikmatan mereka membutakan dan menulikan indra mereka. Mereka nggak sadar kalau aku sudah dari tadi berdiri disini melihat apa yang mereka kerjakan.

JINGGA (COMPLETED)Where stories live. Discover now