Part 2

176 62 13
                                    

Minggu sore Vera pergi ke taman dekat rumahnya bersama Win. Tapi Win pulang lebih dulu karena mamanya menelepon dan memintanya untuk mengantar berbelanja.

Suasana taman sore itu tidak terlalu ramai. Hanya segelintir anak kecil yang bermain bersama temannya. Vera menatap 2 anak kecil laki-laki dan perempuan yang sedang memainkan pistol air. Mereka terlihat bahagia. Vera tersenyum kecil, hampir tak terlihat bahwa dia sedang tersenyum. Vera teringat sosok itu. Didetik berikutnya matanya terlihat sendu. Dia merindukan sosok itu. Laki-laki kecil bermata hazel yang selalu mengejeknya saat Vera jatuh, tapi juga selalu ada saat Vera kecil membutuhkan teman bermain.

"Apa kabarmu Coco?" Vera tersenyum pahit. Dia membenci sosok itu, tapi ia juga merindukannya.
Vera membuang napas berat.

Vera mengalihkan pandangannya dari 2 anak kecil tadi. Bunga-bunga mekar sore ternyata mulai bermekaran, tampak indah. Angin sore menerpa rambut panjang Vera, membuat suasana sore itu terasa lebih nyaman.

"Natural beauty," gumam Vera sambil mengedarkan matanya mencari kursi taman yang sekiranya nyaman.

Vera duduk dikursi taman dibawah pohon kasturi. Vera menggunakan earphone sambil membaca novel best seller keluaran terbaru. Sesekali Vera tersenyum saat ceritanya lucu juga mengernyit saat ceritanya menegangkan atau menyedihkan.
Vera hanyut keasyikan membaca novel, hingga sesuatu menarik perhatiannya saat tak sengaja ia melirik ke arah jalanan.

Nampak seorang remaja cowok sedang berbicara sambil menunjuk-nunjuk wajah seorang ibu paruh baya. Disampingnya ada mobil merchedes keluaran terbaru. Sepertinya cowok itu sedang marah-marah. Vera melepaskan earphonenya dan meletakkan novelnya dikursi taman. Lantas mengampiri ibu paruh baya dan cowok itu. Sayup-sayup Vera mendengar cowok itu memaki-maki.

"Kalo jalan tuh pake mata, tadi kalo ibu ketabrak mobil saya, siapa yang repot? hah?"

"Maaf, den. Saya benar-benar minta maaf,"

"Maaf,maaf. Kalo tadi mobil saya lecet, siapa yang bakal ganti rugi,siapa?!"

"Sekali lagi saya min..."

"Ibu tidak usah minta maaf," potong Vera. "Maaf kalo saya memotong pembicaraan Ibu," Vera lantas menatap pria yang ada didepannya dengan tatapan tak suka. Yang ditatap hanya membalas Vera dengan tatapan datar.

"Apa kamu tidak paham? Ibu ini tidak sengaja. Apa menurut kamu dengan memarahi ibu ini urusannya akan selesai? Hm?" tanya Vera.

"Ck,,gausah ikut campur deh,lo!!!"decak cowok itu dengan sengit.

"Urusan ibu ini sekarang urusan saya,juga,!!!" balas Vera tak kalah sengit.

"Dan ibu, ibu silakan lanjutkan perjalananya, orang ini biar saya yang menangani."

Pria itu memandang Vera tak suka. Pria bermata hazel dengan rahang kuat dipertegas lagi dengan hidungnya yang mancung. Tingginya sekitar 185cm. Mengenakan kaos putih polos dan celana jeans sebatas lutut dipadu dengan sepatu keets berwarna putih, dengan jam tangan warna navy blue melingkar ditangan kirinya, penampilan yang terkesan santai. Pria itu menatap wajah Vera lama.

"Kamu tak seharusnya membentak ibu tadi!!" ucap Vera dengan nada tinggi. Cowok itu memandang wajah Vera lekat,diam saja.

"Hello?? Apa kamu dengar saya ngomong?" tanya Vera. Vera yang ditatap seperti itupun merasa risih.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang