2. Sebuah Ide

1.4K 144 55
                                    

"Kamu kenapa lagi, Na?" tanya Lia dengan penuh kelembutan.

Gadis itu tersenyum kecil sebagai pertanda jawaban atas pertanyaan Lia, sahabatnya yang sangat Yuna sayangi. Namun ia dalam mood yang buruk, dan sedang tidak ingin membicarakan apa pun dengan siapa pun.

"Kalo ada apa-apa cerita sama aku aja ya, Na. Jangan disimpen sendiri, ntar kamu stress, aku nggak mau kamu sakit."

Lia itu ... memang adalah tipe sahabat yang begitu peduli, pengertian, dan bijaksana. Walau ia bukan satu-satunya sahabat Yuna, karenanada Riyana, Yesa dan Caca. Tapi di antara mereka semua, hanya Lia lah yang bisa dipercayai oleh Yuna.

Riyana, Yesa dan Caca adalah orang yang ceroboh, suka blak-blakan, dan terlalu jujur. Mungkin tidak baik jika memilih menceritakan sesuatu rahasia kepada mereka bertiga.

"Eits, ada apa ini? Serius-serius amat deh, kenapa lagi Si Yuna? Putus sama Reno?" tanya Yesa yang datang entah dari mana, disusul Riyana dan Caca tepat di belakangnya.

Reno ... laki-laki yang menjadi korban patah hati Yuna karena tidak bisa memiliki Bima. Wanita itu memutuskan untuk melampiaskan semuanya kepada Reno. Semua kesakitan dan kekecewaannya.

Dan bodohnya Reno hanya diam saja ketika diperlakukan kasar oleh Yuna, cinta itu bodoh, sebagaimana Reno mencintai Yuna dan Yuna yang mencintai Bima.

"Apaan, sih, kepo banget jadi orang!" seru Yuna yang mulai geram.

Riyana terlonjak kaget dengan ucapan Yuna yang cenderung sedang membentak itu, "Bisa kalem, nggak, sih, mbaknya? Ntar mukanya cepet tua, lho, sebelum nikah sama akang Reno."

Yuna memutar kedua bola matanya jengah, "Bodo amat! Kagak denger gua, gua conge!"

"Aamiin," Ucap Riyana, Yesa, dan Caca bersamaan.

"Hus, nggak boleh kaya gitu ah, nggak baik," Tukas Lia menasehati sahabat-sahabatnya itu.

"Ya abisnya kita nggak salah apa-apa maen dibentak sama ini anak." Caca akhirnya bersuara.

Yuna mendengus pelan, "Yaudah iya, gua minta maaf."

Riyana, Yesa dan Caca pun duduk di kursi kantin yang berada di dekat Lia dan Yuna.

"Ada apa ini? Yuna lagi ada masalah? Cerita dong sama kita," Ucap Riyana.

Yuna mengacak-ngacak rambutnya frustrasi, "Nggak tau lagi gimana caranya ngadepin nasib cinta gua yang gila ini."

"Hah? Apa?" Ketiganya tidak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Yuna dengan nada sangat lirih itu.

"Gua nggak cinta sama Reno, dia itu cuma pelampiasan gua."

"What?!!"

"Gua cinta sama orang lain yang jelas-jelas udah punya pacar." Yuna menunduk.

"Hah?!" Ketiganya terus-terusan dibuat melongo dengan kejujuran Yuna.

"Harusnya gua bisa ngebuang perasaan gua jauh-jauh, tapi gua nggak bisa. Gua harus gimana lagi?" tanya Yuna sembari mengusap kasar wajahnya.

"Emangnya lu suka sama siapa, Na?" tanya Yesa berhati-hati, takut jika Yuna malah menyemprotnya dengan kata-kata kasar lagi.

"Bima Kusumawardana, ketua English Club, pacarnya Sania."

---☆☆☆---

Dear diary,

Aku harus apa di saat hati menolak kenyataan yang ada? Di saat ada seorang pria baik yang selalu siap menunggu cintaku, aku malah berharap pada pria lain yang bahkan sudah memiliki cintanya sendiri ... dan dia jelas-jelas menolakku.

Pada siapa aku mengadu? Dunia akan mengatakan bahwa aku salah, aku juga tak yakin akan mendapat pembenaran dari Tuhan ... jadi, cukuplah ini jadi rahasia kita berdua, ya?

Aku masih menunggu takdir yang akan membawa hatiku entah ke mana, tapi jika jodohku bukan mereka berdua, maka bawalah aku pergi jauh ... sejauh-jauhnya ...

"Kak, nulis diary lagi, ya?"

Seorang wanita muncul dari balik pintu, yang sontak membuat Yuna memekik terkejut.

"Ya ampun, Maya, kamu ngagetin Kakak aja, sih, kerjaannya!"

Maya, Si Anak Bungsu dari tiga bersaudara itu terkekeh sembari memasuki kamar kakaknya, "Kak, zaman sekarang, tuh, sosmed banyak, kalau kakak mau curhat, tinggal ketik aja, nggak usah capek-capek nulis kayak gini."

"Tapi itu, kan, bisa diliat sama orang-orang, May. Kakak malu, lah!" seru Yuna yang membuat adiknya itu mendesah ringan.

"Kak, fyi, di postingan itu ada privasinya, kalau di facebook, ada buat publik, teman, dan hanya saya, artinya ... cuma Kakak yang bisa liat postingan itu, please, ini udah 2020 ... Kakak jangan keliatan noraknya, dong."

Yuna hanya mengangguk datar, sembari menaruh diary itu ke tempat semula.

"Udah ceramahnya? Mau ke luar sendiri atau harus diusir?" tanya Yuna lembut namun tatapannya mengintimidasi.

Maya mendecak, "Ya udah iya, aku ke luar."

Adiknya itu akhirnya pergi, sementara Yuna memutuskan untuk merebahkan diri di kasur empuknya.

Memikirkan betapa sulitnya menggapai hati Bima yang telah tertutup oleh cintanya kepada Sania. Sehingga Yuna sulit untuk mengambil celah di antara mereka, namun bukan Yuna jika ia tidak mempunyai ide alternatif untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Tuhan seolah memberinya petunjuk tentang bagaimana cara mengambil hati pria pujaannya itu.

"Hmm, dia selalu nolak aku di sekolah ... tapi gimana jadinya kalau aku samperin ke rumahnya?"











TBC

Melupakan Cintamu✔(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang