|10|

1.4K 96 7
                                    

Author: _kayxx_ & brainwasher_
Title of story: Jealeous
Genre: Teenfiction Romance Comedy, berusaha untuk anti maensetir
Rate: T dan tidak akan berubah karena tidak mau diputusin

GAME OVER

Happy cap along if you feel like a room without a roof!

[O×Δ]

"Kak! Lo mau makan di mana sih? Dari tadi kita muter-muter terus," keluh Ayna. Rambutnya yang tipis, sekarang semakin tampak bertambah tipis terkena efek basah keringatnya sendiri.

"Ini juga gue lagi nyari tempat yang cocok buat kita berempat makan," kata Fadli sambil terus berjalan. Langkahnya lebar dan terburu-buru, seperti dikerjar sesuatu.

Ilyas pun menepuk pundak Fadli cukup keras. Berharap tepukannya dapat mengurangi laju jalan Fadli. "Kenapa kita nggak berhenti dulu, terus kita obrolin, tempat makan yang enak di mana. Lihat aja di Google. Manfaatkan teknologi! Jangan kayak orang primitif."

"Gue memang primitif!" sentak Fadli menghiraukan Ilyas.

Fadli : Ori aku udah sampai di mall nih, kamu lagi di mana?
Fadli : Kita ketemuan yuk
Fadli : Ori kok nggak di bales?
Fadli : Angkat telepon aku dong

Begitulah isi pesan Fadli yang hingga saat ini belum dibalas Ori. Dengan beralasan mencari tempat makan, Fadli mengelilingi lantai satu mall sembari mencari keberadaan Ori. Tadinya ia ingin kembali melanjutkan pencarian tetapi tiba-tiba Ayna berjongkok dan membuat perjalanan mereka berhenti.

"Pegel gue, ah!" teriak Ayna yang kemudian meluruskan kakinya. Tidak peduli bahwa kondisi mereka ada di tengah-tengah mall dan mendapatkan perhatian beberapa orang.

"Eh, Ay! Lo ngapain ngemper di situ, berdiri!" Fadli berusaha mengangkat Ayna bak seorang ayah yang sedang memaksa anaknya. "Nggak malu apa dilihatin banyak orang?"

Ayna menggeleng kuat. "Rasa malu gue kalah sama pegel-pegel gue!"

"Oh, kamu pegel, kalau gitu sini aku...." Perkataan Ilyas berangsur-angsur menghilang seiring tatapan tajam Fadli kepadanya. "KALAU GITU SINI GUE GENDONG! LO JUGA CAPEK KAN KAYAK AYNA?" Cepat-cepat Ilyas menggendong Cio dan membawanya lari.

"EH, TURUNIN GUE!" Dalam gendongan Ilyas, Cio berteriak seraya mengulukan tangannya. Seperti meminta salah satu dari Ayna atau Fadli menolongnya. Tapi kakak beradik itu hanya memandang kepergian mereka dengan ternganga.

"Nggak heran lo agak sableng. Temen lo juga sama ternyata," ucap Ayna kepada Fadli yang masih mematung, tidak tahu hendak berkata apa.

Ternyata Cio tidak seringan yang Ilyas kira. Napas Ilyas mulai sesak dan tangannya kehilangan tenaga. Ilyas pun menurunkan Cio sekenanya namun tetap berhati-hati.

"Ngapain Kakak ngangkat gue segala?" tanya Cio dengan napas terengah-engah, meskipun di sini ia yang berposisi digendong.

Ilyas geleng-geleng kepala. "Gue enggak tahu. Kesambet kali."

"Malah ngomong ngaco!" Cio menepuk jidat lebarnya. "I-Iya udah, kita samperin mereka lagi aja."

"Tunggu!" Ilyas menarik pergelangan tangan Cio. "Maaf ya, lo pasti kaget. Nggak bakal gue ulangin lagi yang tadi. Gue nggak mau ngomong janji, tapi gue bakal berusaha. Hehehe."

Cengiran Ilyas membuat muka Cio sedikit memerah. "Oke, gue maafin, lepasin tangan gue."

Ilyas pun melepaskan pergelangan tangan Cio tapi tidak dengan rencananya yang akan ia jalankan. Bila keluarganya tidak merestuimu, dekati sahabatnya dahulu. Rapal Ilyas sambil tersenyum tipis. Di sisi lain, Cio kebingungan sendiri melihat senyuman Ilyas yang kian lama kian melebar.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang