Part 18

1.4K 211 10
                                    

Makan malam dikediaman tuan Park baru saja berakhir. Tuan park beserta istri dan anaknya duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Appa, ini sudah hampir dua bulan lamanya. Apakah tidak ada kesempatan untukku menjadi CEO lagi?"tanya Jiyeon.
"Fokus saja pada kuliahmu". Jawab tuan Park sambil menyimak berita yang ditontonnya
"Aku bisa kuliah sambil..."
"Kau bukan Suzy". Mendengar nama Suzy membuat emosi Jiyeon membuncah. "Suzy bisa memimpin perusahan sambil kuliah karena dia memiliki saham yang kuat dimana mana, sementara Park Corp saat ini masih dalam kondisi yang belum stabil, lagipula posisi CEO sekarang masih dipegang oleh pemegang saham tertinggi"
"Bukankah para investor sudah menyepakati bekerjasama untuk pembangunan resort di Jeju appa?". Tuan park menoleh tajam pada Jiyeon
"Kau pikir mereka begitu saja jika bukan GG yang menjadi sponsornya hah? Berhenti kekanakkan Park Jiyeon. Kau tidak bisa menempati posisi CEO sebelum menyelesaikan master ekonomi dan merubah attitudemu itu". Tegas tuan park
"Appa..." nyonya park mengusap lembut punggung Jiyeon
"Dengar dan lakukan apa yang appamu katakan sayang,ini demimu juga. Jangan sampai egomu justru membuat perusahan kita hancur".
"Aku tidak terima eomma jika Suzy..."
Brakkk... Tuan Park menggebrak meja di depannya dengan kasar. Kedua yeoja beda usia itu menatapnya terkejut.
"Kalau bukan Suzy yang menyelamatkan perusahan, hari ini apa yang kita miliki sudah disita Bank Park Jiyeon,kalau bukan Suzy kau pikir para dewan dan investor masih mau menanamkan saham di perusahan? Kalau bukan karena yeoja yang selalu kau rendahkan itu, kau pikir orang orang masih mau menunduk hormat padaku? Jangan semakin berlebihan jika tak ingin kau kukirim ke luar negeri". Jiyeon shok mendengar penuturan ayahnya yang penuh emosi itu. Terlebih fakta yang ia ketahui tentang Suzy yang menyelamatkan perusahan serta nama baik ayahnya. Sedikit rasa sakit dan benci dalam dirinya akan sikapnya selama ini
"Mianhae appa"cicitnya pelan.
"Suzy tak serakah yang kau bayangkan. Dia bahkan melakukan semuanya karena merasa bersalah padamu. Jebal, jangan membuatku semakin malu bertatap muka dengan Suzy karena kelakuanmu yang seperti ini". Jiyeon memandang punggung ayahnya yang beranjak pergi dari tempatnya.
"Eomma eotohke?" Lirih Jiyeon
"Kenapa kau begitu membencinya? Bukankah dia sahabatmu hmm?"
"Eomma,nan.."
"Park Corp kembali stabil berkatnya Jiyeonah, dia bahkan menyerahkan posisi CEO itu pada ayahmu"
"Mm..mwo? Bukankah appa..."
"Suzy melakukannya tanpa sepengetahuanmu karena ia tak ingin rasa bencimu padanya membuat posisi Park Corp kembali terancam". Airmata lolos begitu saja dari mata Jiyeon. Hatinya sakit dan merasa bersalah atas keegoisannya yang telah ia perbuat. "Tidakkah Suzy terlihat lebih menyayangi appamu daripada kau jiyeonah?". Jiyeon menoleh cepat pada eommanya."karena dia tak ingin usaha appamu hancur karena dendam seorang anak". Setelah mengatakannya nyonya park pun pergi dari hadapan Jiyeon.
"Eotohke?" Isak Jiyeon dengan pelan.

*****
Myungsoo semakin dingin dan diam sejak kepergian Suzy. Hampir 2 bulan Suzy meninggalkan Seoul menuju Jepang untuk urusan pekerjaan. Bahkan Jinyoung saja semakin takut pada Myungsoo yang tingkat emosinya menjadi lebih labil.

"Harusnya dia merenung dan semakin dewasa. Bukannya merajuk pada keadaan". Bathin jinyoung sambil melirik sekilas myungsoo dari mejanya.

Lamunan Jinyoung terhenti kala seorang yeoja menghampirinya yang tak lain adalah Park Jiyeon.
"Chogiyo, apa tuan Kim ada?". Tanya Jiyeon sopan. Jinyoung sangat tahu siapa itu Jiyeon sehingga tercengang melihat perubahan sikap yang ditunjukkan Jiyeon padanya
"Apa anda sudah membuat janji sebelumnya dengan sajangnim?"
"Jesongmida,aku belum membuat janji dengannya"
"Sebenarnya aku sangat takut jika sebelumnya anda belum membuat janji"
"Kwencana,lain kali aku akan kemari". Jiyeon kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Myungsoo,Jinyoung yang merasa tak enak akhirnya memberanikan diri membiarkan Jiyeon mencoba menemui Myungsoo.
"Jiyeonssi,kkaja aku temani. Sepertinya sajangnim sedang tak sibuk"
"Jeongmalyo?" Tanya Jiyeon dengan penuh kelegaan
"Ne,kkaja". Jinyoung masuk terlebih dahulu dan diikuti Jiyeon dari belakang
"Sajangnim,ada yang ingin menemui anda". Ucap Jinyoung kemudian mempersilahkan Jiyeon untuk duduk. Jinyoung langsung undur diri meninggalkan keduanya.
"Ada keperluan apa menemuiku?". Tanya Myungsoo dingin. Jiyeon tersenyum kecut mendapat respon dari Myungsoo.
"Aku ingin minta maaf, karena sudah sering membuat kekacauan di kantormu selama magang dan merendahkan kekasihmu". Jawab Jiyeon.
"Apa ada yang merasukimu?". Tanya Myungsoo heran.
"Ak tulus mengatakannya. Aku sadar karena sikapku yang sangat ego membuat semuanya menjadi kacau. Aku ingin meminta maaf pada kalian dan memperbaiki semuanya,terlebih pada kekasihmu Suzy". Myungsoo melonggarkan sedikit dasinya dan menatap Jiyeon serius.
"Aku memaafkanmu, untuk Suzy kau bisa langsung menemuinya".
"Aku terlalu takut untuk menemuinya,bisakah aku menitipkan salamku untuknya melaluimu?". Tanya Jiyeon penuh harap
"Kami sudah berakhir". Kata Myungsoo.
"Mwo? Berakhir? Kenapa secepat itu padahal kalian sering bersama. Jangan bilang ini hanya settingan?" Terka Jiyeon
"Buang pikiran konyolmu. Kami serius hanya saja aku selalu gagal membuatnya nyaman dan selalu menuduhnya yang bukan bukan"
"Pencemburu?"
"Yah bisa dibilang begitu". Jiyeon menatap Myungsoo dengan tatapan meledek.
"Ckckck dewasamu tak tertolong tuan Kim"
"Itu karena kami belum saling mengenal"
"Suzy itu tak banyak bicara terlebih untuk menjelaskan seperti apa dirinya pada orang orang". Myungsoo mulai tertarik dengan penjelasan Jiyeon.
"Jeongmal?" Jiyeon mengangguk
"Dan bagi Suzy,waktu adalah emas. Jadi jangan pernah menganggunya saat sedang sibuk"
"Kau banyak tahu tentangnya"

Beautifull LieWhere stories live. Discover now