dua

7.8K 359 4
                                    


"Ma boleh aku tinggal di apartemen aja?" tanya Edwin tiba-tiba sesaat setelah masuk ke kamar mamanya. Mama mengangkat wajahnya dari tumpukan catatan dan membuka kacamatanya.

"Mama dan Meisya yang akan ke luar dari rumah ini jika kamu merasa Meisya sebagai gangguan, setelah papa kamu meninggal, mama pikir kamu akan berubah dewasa, ternyata pikiran mama salah, besok mama dan Meisya akan pergi dari sini," jawab mama ketus. Edwin kaget dan memegang tangan mama.

"Ja...jangan, mama jangan ke luar dari rumah ini, maksudku bukan itu mama, sudahlah kita sudahi pembicaraan ini," Edwin berlalu dan wajahnya semakin kesal. Melangkah lebar menuju kamarnya dan segera berganti baju, menggunakan kaos dan celana jeansnya.

"Edwin ke luar dulu ma," Edwin pamit pada mamanya dan segera melaju dengan mobilnya.

Sesampainya di sebuah cafe ia segera bergabung dengan teman-temannya semasa kuliah di Singapura. Teman-temannya membawa istri dan anak-anak mereka.

"Mau sampai kapan kamu sendiri terus Ed, apa perlu kami carikan?" tanya Jefry yang disambut dengan tawa teman-temannya.

"Bentar lagi, bentar lagi aku tunjukkan siapa pasanganku," ujar Edwin tergelak.

"Bentar lagi terus, masa orang setampan dan sekaya kamu nggak ada yang mau Ed, aku aja duluuu sebenarnya mau, tapi kamu dah punya pacar, kalo sekarang mah ogah, ini dah ada arjunaku yang tampan," Dan Syania bergelayut manja pada suaminya, kembali mereka tertawa. Selalu begini tiap pertemuan dua bulanan dengan teman-teman kuliahnya.

Sesaat Edwin mengalihkan tatapannya pada area cafe dan tersentak saat pandangannya bertemu dengan Meisya, dan keduanya membuang muka.

Ngapain dia di sini, pikir Edwin. Diliriknya lagi ternyata ia bersama dengan teman-temannya juga.

Malam makin larut, tiba-tiba ponsel Edwin berbunyi. Panggilan dari mama.

Ada di mana kamu sayang

Di mall mama, makan-makan sama teman-teman

Mama, minta tolong, ini hujan deras Ed, jemput Meisya ya dia juga ada di mall yang sama denganmu

Dia kan bisa naik taxi atau grab mama

Mama tidak mau tau, bawa dia pulang titik

Maaa

Dan sambungan telpon dimatikan, huh bikin repot saja, pikir Edwin. Ia segera pamit pada teman-temannya akan pulang duluan dan mendatangi Meisya di meja lain.

"Pulang," ujarnya dingin. Meisya kaget.

"Siapa yang mau pulang?" tanya Meisya balik dengan sewot. Ditariknya tangan Meisya dan diseret ke luar dari cafe.

"Kalo bukan karena mama yang nyuruh, aku nggak akan sudi ngajak kamu pulang," jawab Edwin tanpa melihat Meisya yang dari tadi berusaha memberontak.

"Aku bisa pulang sendiri," teriak Meisya. Edwin balik melotot.

"Aku juga tidak mau ngajak kamu, cuma aku nggak mau mama jantungnya kumat kalo aku nolak permintaannya," jawab Edwin sambil mendorong Meisya terduduk di jok depan.

Edwin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan mereka tidak bicara. Sampai akhirnya mereka sampai dan Meisya segera turun

"Makasih," ujarnya singkat dan segera berlalu. Edwin mendengus kesal, ia pukul gagang setirnya. Mengapa mereka persis ya Tuhan, pikirnya sambil menyentuhkan keningnya pada gagang setir.

***

"Mama akan ke Singapura beberapa hari ya Ed, mama kangen sama kakakmu, dan anak-anaknya, nggak lama paling tiga hari dan mulai hari ini bik Sum sudah masuk kok, titip Meisya ya Ed," mama mencium pipi Edwin dan melangkah pergi. Edwin bangun dari tidurnya dan melihat jam. Sepagi ini mama sudah ke bandara pikirnya.

Soto untuk Kakak (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang