Sepatu diam dengan berang.

Ia ingin bilang ya-sudah-apa-lagi-sehabis-ini, karena Rahadi adalah tipe pencerita yang bicaranya berhenti di tepi jurang. Sepatu tak suka masuk ke jurang ciptaan Rahadi. Di waktu normal, juga di saat ini.

"Peredam api."

Sepatu masih berang.

"Kamu pernah mengecek bahan peredam api di dalam rumahmu? Di tiang? Di wallpaper? Atau dek? Ah, have you gone up there, actually?"

"Asal aman-aman saja, yah... saya sih tidak permasalah...."

"Aku ini property developer. Bahan peredam api semua rumah di sini bukan the best material. Malah jelek, you know. Nggak masuk standar PINFA. Gampang kebakaran."

Tak paham properti, tak paham material, tak paham siapa itu PINFA, bukan berarti Sepatu tak paham peta dan bagaimana cara api menyebar. Sepatu tahu benar konfigurasi kompleks mereka. Tahu di mana rumah Rahadi, tahu di mana rumah 28, dan seberapa besar kemungkinan kebakaran di rumah 28 merambat hingga ke rumah Rahadi.

Dua rumah itu lebih dari berseberangan.

Kalau sampai ada kebakaran di rumah 28, bara akan lebih dahulu merambat ke rumah sebelahnya—27—yang sesama tusuk sate. Jika angin cukup kencang dan arahnya benar, api yang dari rumah 27 bisa melompat ke rumah 23 dan api yang dari rumah 28 sendiri bisa melompat ke rumah 23B. Dari rumah 23, api baru akan merambat ke rumah 20. Dari rumah 23B, api baru akan merambat ke dua rumah kosong dahulu—21 dan 18—barulah api bisa menyentuh rumah 15.

 Dari rumah 23B, api baru akan merambat ke dua rumah kosong dahulu—21 dan 18—barulah api bisa menyentuh rumah 15

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Memusingkan.

Yang pasti: rumah 28 kebakaran, rumah 15 tidak perlu pusing. Malah seharusnya rumah 20—rumah Sepatu sendiri—yang ketakutan duluan. Alasan Rahadi tak masuk akal. Ada yang aneh.

"Rahadi mungkin kamu tidak perlu sekhawatir ini karena saya lihat rumahmu...."

"No, Pat. Tadi kenapa aku bisa tahu itu fire, itu karena Rini bilang oven-nya tak bisa di-turn off. Apinya sempat jumped ke wallpaper di dapur. Aku baru selesai padamkan, ternyata rumah 28 juga kebakaran."

"Dan kamu kira kebakaran itu ada sangkut-pautnya dengan dapur Rini?"

"Memang tidak, sih."

"Lalu?"

"Pat, sebenarnya... eh... uh...."

Sepatu yakin Rahadi belum lupa dulu dia pernah memaki Sepatu di depan Rini dan Abra, hanya gara-gara Sepatu menolong Abra saat anak perempuan itu kejang. Sepatu yakin di atas seratus persen kalau Rahadi bersumpah tak akan minta tolong apa pun kepadanya lagi setelah itu.

"Begini, Pat... aku titip Rini dan the kids ke... ke rumahmu dulu... ya.... Do you mind? Help me, please?"

Suara Rahadi yang biasa meyakinkan, kini segera mengecil dengan cepat.

Berikan Tanda SilangWhere stories live. Discover now