[04] 4 Menurun

458 88 6
                                    

Minggu, 13 November 2033

Sore itu Sepatu menyaksikan hal tak biasa.

Rahadi dan Rini bolak-balik di depan teras. Ponsel Rahadi tak lepas-lepas dari tangan dan telinganya. Tak lama, datang satu mobil pemadam kebakaran. Kecil saja. Mobil itu parkir di depan deretan rumah tusuk sate yang kosong. Beberapa petugas turun dan berlari menuju sebuah rumah.

Nomor 28.

Yang masih kosong.

Sampai detik itu.

Seharusnya Minggu itu dia tidak bekerja, menghabiskan waktunya hanya untuk menikmati ketenangan. Dia berencana mulai menyeduh kopi kiriman Marini dengan mesin tuanya yang lama tak dioperasikan—mungkin nanti Sepatu bisa buka kedai kopi kalau dia sudah dipecat. Lalu dia ingin menghabiskan malam dengan anggur merah dan lagu-lagu My Chemical Romance—band legendaris kesukaannya.

Seperti yang sudah-sudah: kenyataan tak pernah semulus keinginan.

Sepatu belum sempat keluar ketika mobil pemadam sudah mulai berberes. Beberapa muka jengkel naik kembali ke mobil, yang dalam hitungan menit langsung tancap gas. Rahadi dan Rini masih di situ saja. Raut mereka tak begitu kelihatan. Sepatu menduga mereka sangat cemas.

Atau sangat marah.

Atau kebingungan.

Dia pun keluar.

Ingin bertanya ada apa ke Rahadi.

Rahadi melihat Sepatu datang. Dia sibuk memanggil-manggil.

"Sepatu! Kebakaran!"

"Saya baru bangun, R. Gara-gara sirenenya."

"Rumah 28! Fireguards-nya, lagi. They suck, I'm disappointed."

"Rumah itu kosong, kan?"

"Iya."

"Lalu, yang jadi masalah, apa, R?"

"Hei. Memangnya rumah kosong boleh dibiarkan kalau kebakaran?"

Sepatu diam. Mungkin kata-katanya sudah menyinggung? Dia tak pernah tahu. Tak pernah peduli juga.

Tetapi ini bukan situasi yang enak untuk tak peduli.

Dia harus peduli.

Minimal pura-pura.

Ini tetangga dan ketidakpedulian akan pedih di mata—pada waktunya.

"Ya tidak begitu, R."

"Tadi fire alarm kami menyala, Pat. Kebetulan rumah 28 caught fire, electrocuted. You know, korslet. Ini masalah instalasi listrik, Sepatu. Aku tahu rumah 28 dan rumahku punya instalasi sama. Exactly. Rumahmu juga. Pokoknya semua rumah tusuk sate dan deret kita ini juga."

Sepatu mengingat-ingat Presentasi Pengenalan Singkat Kompleks oleh Rajab—Si Pemegang Kunci—waktu dia baru pindah dulu. Seingatnya dia tak menyinggung soal instalasi listrik—kalau ada pun dia tak paham. Tak ada juga bahasan soal rumah siapa atau deret mana atau tusuk mana yang dibangun duluan atau belakangan—kalau ada pun dia tak ingat. Tak ada juga omongan tentang peta—Rajab cuma menyuruhnya berkenalan dengan semua tetangga, dari yang normal hingga yang aneh. Sepatu menurut meskipun dia sudah maklum bertahun-tahun tentang Marini, dan meskipun dia tahu beberapa tetangga kerap melontar tatapan tak suka ketika tahu dia ada main-main dengan Marini.

"Oh, begitu."

Akhirnya cuma itu yang Sepatu ucapkan.

"Not just instalasi listrik, actually. Ada yang lebih penting lagi."

Berikan Tanda SilangWhere stories live. Discover now