"Lalu dia akan tinggal bersama Dewi Teffa. Dewi Langit Malam dan Kebajikan." Gadis itu menyelesaikan untukku.

"Benar, dia akan tinggal bersama Teffa. Tahukah kamu kisah cinta Tessos dan Teffa?" Dia tersenyum sekarang dan ketika aku duduk, mengambil nampan dan mulai makan dia tidak pergi. Dia mengambil ranjang di sampingku, duduk dan menatapku ingin tahu.

"Bisakah kau menceritakannya padaku?"

"Tentu saja, siapa namamu?" tanyaku, aku meminum sup dari mangkukku, itu terasa hambar dan encer tapi aku menelan setiap tetesnya. Siapa yang tahu kapan aku akan mendapatkan makanan lagi?

"Irene dan kamu?"

"Rosemary tapi kamu bisa memanggilku Rose." Aku meletakkan kembali nampan begitu aku selesai dengan makananku dan aku beralih untuk melihat Irene. Dia punya rambut pirang yang cerah, kulit putih dan bibir merah muda. Masih cantik dalam keluguannya, bahkan saat dia dikelilingi kekejian di tempat ini. Tapi berapa lama itu akan bertahan. "Suatu malam jauh di dalam hutan Faery, Dewa Kematian, Tessos, melihat Dewi Langit Malam dan Kebajikan menari di bawah cahaya bintang-bintang. Dia terpesona pada Dewi Teffa dengan rambut perak dan kulit saljunya menari di rerumputan, menari dengan keanggunan yang tidak bisa ditiru oleh makhluk hidup mana pun. Jadi Dewa Tessos mendekatinya dan mereka menari bersama di kedalaman hutan Faery.

"Mereka berpisah di saat fajar pertama datang, Dewa Tessos kembali ke dunia bawah dan Dewi Teffa terbang ke langit cerah karena saudarinya Dewi Langit Fajar dan Kemakmuran, Heliaf, akan turun menggantikannya. Tapi tiap kali malam jatuh ke dunia, mereka akan kembali bertemu di padang rumput hutan Faery, menari sepanjang malam hingga kaki mereka lelah. Hingga suatu malam Dewa Tessos menunggu di padang rumput tapi Dewi Teffa tidak lagi muncul. Tessos menunggu dan terus menunggu hingga fajar datang dan Dewi Heliaf turun tapi Teffa tetap tidak pernah datang." Aku membungkuk ke arah Irene. "Tahukah kamu kenapa Dewi Teffa tidak lagi muncul?"

"Karena dia tidak lagi menyukai Dewa Kematian?" Aku menggeleng dan mengambil tanganya di jari-jariku.

"Tidak, Teffa mencintai Kematian tapi dia tidak lagi bisa bertemu. Karena saat Teffa menari bersama Tessos sepanjang malam Heliaf melihatnya dari langit, dan Heliaf cemburu dengan mereka. Heliaf adalah Dewi tercantik setelah Devine, Sang Dewi kecantikan sendiri, dan dia merasa dia lebih pantas untuk bersama Tessos dari pada Teffa saudarinya. Jadi dengan kecemburuan yang membutakan hati Heliaf, dia mengutuk saudarinya menjadi bulan yang akan muncul tiap kali langit malam datang."

"Itu jahat!" Aku tertawa ketika Irene merajuk. "Lalu bagaimana dengan Tessos?"

"Dia terus kembali dan menunggu Teffa tentu saja, tidak menyadari Teffa melihatnya dari langit. Hingga satu fajar Heliaf tidak dapat menahan amarahnya terhadap kesetiaan Tessos pada Teffa. Heliaf mengatakan pada Tessos apa yang telah dia lakukan pada saudarinya dalam kemarahan. Tessos tentu saja marah besar dan ketika Maut marah, maka tidak ada yang bisa menenangkannya. Tessos mengutuk Heliaf menjadi matahari yang menerangi langit fajar, kesepian dan selalu sendirian. Sementara itu dia mengirim jiwa-jiwa pejuang untuk menemani Teffa di langit malam, jiwa-jiwa itu berubah menjadi bintang sehingga Teffa tidak akan pernah sendirian."

"Itu cerita yang bagus meski aku sedih karena Tessos tidak lagi bisa bersama Teffa. Apakah kamu tahu banyak cerita?"

"Aku tahu banyak, Ibuku adalah seorang Penjaga Cerita jadi aku tahu banyak kisah." Aku menghela napas saat mengingat Mama, bagaimana dia tidak akan pernah lagi menjaga api perapian menyala dan menceritakan kisah-kisah tanah Grishold untuk kami di musim dingin.

"Lalu maukah kamu menceritakan lebih banyak untukku? Untuk anak-anak yang lain? Kami tidak pernah mendengar cerita di sini." Aku tentu saja tidak bisa mengatakan tidak saat Irene menatapku dengan matanya yang berbinar dan senyum melebar di bibirnya.

Rose In the Mist and Flame [ REPOST ]✔Where stories live. Discover now