Menemukanmu

49 3 7
                                    

"ndah, dompetku nggak ada"
Ucap arin kepada indah saat akan membayar makanan yang ia pesan tadi di cafe
"loh kok bisa? Ketinggalan? "
Indah membantu mencarikan dompet arin yang hilang dengan mengeluarkan seluruh isi tas arin

"tadi sebelum ke pameran aku masih ngeluarin dompet, nggak mungkin dompet ku ketinggalan dirumah"
arin semakin cemas dengan kehilangan dompetnya itu, karena didalamnya ada kartu pelajar, sim, ktp, dan uang bulanannya
"haduh gimana nih ndah, aku takut dimarahin mama" ia berkata dengan mata yang berkaca kaca
Lalu, indah pun berusaha menenangkan arin
"udah jangan nangis, kita cari bareng bareng ya"
"kita balik ke tempat tempat yang kita datengin lagi yuk" sambungnya
"terus ini bayarnya gimana? "
"pake uang ku dulu rin"
"makasih ya ndah"

//
Bodoh banget aku bisa bisa nya ngilangin dompet.
Aku dan indah bergegas ke tempat pameran yang kami kunjungin tadi. Berharap dompet itu berada disana

"ya Tuhan semoga dompetku berada di tangan orang yang tepat"
Doa arin dalam hati

Tempat pameran tersebut sudah tampak sepi, berbeda jauh saat 2 jam yang lalu sangat ramai dikunjungi oleh teman teman sekolah arin dan indah
Di depan loby hanya ada satu orang penjaga buku tamu yang membersihkan barang barang pameran yang akan dikembalikan ke asalnya. Kabarnya pameran yang diadakan dari dua minggu yang lalu ini akan berakhir besok siang.

"permisi mas"
Kata indah untuk membuka perbincangan sopan dengan mas mas di loby tersebut
"iya ada apa dek? " saut mas nya
" mas, jadi gini tadi kan saya sama temen saya berkunjung ke pameran ini jam 2 siang, nah pas itu dompet temen saya hilang, apa mas nya lihat dompet temen saya disini?

Mas mas tersebut hanya melongo mendengar penjelasan indah yang terbelit belit

"tau nggak mas? " tanya arin

" dompetnya warna cokelat? " tanya mas itu untuk memastikan

" nahhh iya mas iya, tau nggak dimana sekarang? " arin sangat heboh mendengar dompetnya sudah ditemukan orang

" waduh mba, maaf saya kurang tau sekarang, tadinya sih ada pengumuman ditemukan dompet hilang warna cokelat"

Seketika badan arin terasa lemas saat mendengar pernyataan tersebut

"PHP ah mas nya" kata arin sinis

"terus gimana mas sekarang? " tanya indah

"coba ke bagian keamanan di dalam"

"baik. Terima kasih mas" jawab indah dengan sopan

Dengan penuh emosi arin pun bergegas menuju lorong tempat pameran tersebut

"kamu yang nyuri dompet saya ya!!! " tuduh arin kepada lelaki yang memiliki rambut gondrong sebahu tersebut

"apa apaan nih" lelaki tersebut tampak kebingungan melihat kelakuan cewek aneh yang ada didepannya sekarang

"rin kok kamu gitu sih, kan dia belum tentu yang ngambil dompet mu"
" eh bentar bentar, kok kamu bilangnya dicuri sih, kan dompet mu jatoh" sambung indah

"gue gamau disalahin :(" arin berkata sambil memasang wajah cemberut

"oh jadi mba nya ini pemilik dompet yang ditemukan tadi? " lelaki tersebut berkata sambil menyindir ke arah arin

"iya. Mana? "

Lelaki tersebut segera mengambil dompet yang ia simpan di loker tempat khusus pelukis yang disediakan panitia

"tuhhh" kata lelaki tersebut sambil memberikan dompetnya kepada arin

Arin yang segera mengulurkan tangan dan akan mengambil dompetnya itu langsung terhenti ketika lelaki tersebut menarik kembali tangannya

"eiitttss tunggu dulu"

"apaan lagi sih? Minta uang? Berapa sih berapa? Udah buruan deh"
Kali ini arin benar benar kesal dengan permainan yang dibuat oleh lelaki tersebut

"ambil ktp kamu di studio lukis jalan gajah mada nanti malam" lelaki itu berkata sambil menyerahkan dompetnya kepada arin

"what??" kata arin dan indah bersamaan

Ternyata lelaki bertubuh semampai itu telah mengeluarkan ktp arin dari dalam dompet. Dan menyitanya hingga nanti malam.

"deal? Ok nanti saya tunggu jam 8"
Katanya tegas lalu meninggalkan arin dan indah

"apa apaan sih tuh orang. Autis kali ya, apa coba gunanya ngambil ktp ku, padahal disini masih banyak barang berharga termasuk uang" gerutu arin

"gila kali" balas indah

/
/

Tepat pukul delapan malam arin sampai ditempat yang lelaki itu maksud. Ya, studio lukis yang berada di jalan gajah mada tampak sangat ramai dengan lelaki yang menyeramkan.
Tubuh mereka dipenuhi dengan tato, kebanyakan dari mereka pula memiliki rambut gondrong sama seperti lelaki yang arin temui sore tadi.
Dan yang menambah kesan menyeramkan, mereka membawa gelas yang berisi air bening

Belum lima menit arin berada disini, namun ia sudah tidak betah.
Arin memang tidak berhenti dan menunggu tepat di depan studio lukis karena nyalinya sangat ciut bila berada di tempat itu

"woiii!!!" teriak lelaki itu dari jauh

Arin sempat bingung berasal dari mana suara itu

"sinii!! "

"kampret dah. Ada suaranya tapi ga ada orangnya" batin arin

Tak lama kemudian lelaki itu bergegas ke arah arin

"masuk dulu gih"
" ga ah, aku kesini kan cuma mau ngambil ktp ku. Mana? "
"masuk dulu baru dikasih"
"lo itu ga ada kerjaan ya? Suka nya ngebuat orang susah"
Arin berbicara dengan nada tinggi. Bahkan terkesan membentak

"yauda deh kalau nggak mau" kata lelaki itu dengan pasrah

"ini, makasih ya udah mau dateng ke sini" ia menyodorkan ktp arin

"oh ya, nama ku lingga"

"iya, makasih"
Tanpa membalas perkataan lingga, arin bergegas pergi begitu saja mengambil motor yang di parkir tak jauh dari sana

Sementara lingga kembali pada rutinitas bersama teman temannya. Mengobrol membicarakan negeri ini. Meski sangat membenci kaum yg berpolitik, namun lingga sangat menyukai obrolan politik
Hingga mengerti luar dalam.

"weh ngapain kamu senyum senyum? "
tanya bung aan kepada lingga

"ah tidak! Saya hanya bersyukur menikmati malam yang indah ini"

"sudah lama aku tak melihat senyum kamu itu"
sambung bung aan

"iya, semenjak kamu patah hati dua tahun yang lalu"
tambah ridho yang membuat lingga semakin tersudutkan

"eh apa apaan ini? "
engah lingga dengan logat dan pembawaan bicara yg khas

"nah kalo gini udah langsung berubah jadi lingga seutuhnya"
kata yudha disauti tawa dari seisi ruangan ini

Lingga aditya. Seorang lelaki yang mencintai seni. Dan menganggap bahwa melukis adalah pekerjaan utamanya. Ia sangat angkuh dalam mencintai wanita. Tak perlu komentar dari siapa pun, yang ia cintai akan tetap ia cintai. Dan yang ia benci tak akan pernah sudi ia membahasnya.

UnforgettableWhere stories live. Discover now