“Xiao Guo… Ajaklah Chu ke kamarmu!” sahutnya.

Lao Chu mengikuti Xiao Guo menuju ke lantai atas, ke kamar yang ditinggalinya sejak pertama kali dia pindah ke rumah ini. Guo merasakan jantungnya berdebar kencang karena untuk pertama kali dia membawa Lao Chu ke dalam kamarnya, area pribadinya. Dia merasa seolah hendak membuka dirinya untuk pertama kali kepada Lao Chu.

Chu terkesima saat pertama kali melihat kamar Guo. Dia mengira pria itu akan memiliki kamar dengan warna-warna feminin karena dia terkesan lemah dan rapuh. Namun begitu dia memasuki kamar Guo dia disambut kombinasi warna biru tua dan biru muda yang menghiasi dinding-dinding kamarnya.

Di sana ada sebuah rak besar dengan beberapa koleksi action figure dipajang dengan rapi seolah memang diperuntukkan untuk pameran.

Tempat tidur single bednya ditutupi bed cover dengan warna biru tua dan putih, terlihat tertata dengan rapi.

“Kamarmu bagus…” Lao Chu berjalan ke arah salah satu rak di sudut kamarnya disana ada foto masa kecil Guo,

“Ini saat pertama kau tinggal disini?” tanyanya sambil menunjuk salah satu foto dengan background rumah keluarga Guo,

“Uhm… Aku pernah cerita kan sebelum aku tinggal bersama Paman Guo, aku pernah tinggal dengan saudara Ibuku. Begitu pamanku menikah dan mendapat ijin dari Bibi An untuk mengadopsiku, barulah aku pindah kesini!” sahutnya kemudian duduk di kursi yang ada di depan meja komputernya,

“Kenapa hanya ada fotomu saat SD dan SMP? Kau tak punya foto dengan seragam SMA?” tanya Lao Chu masih memandangi deretan foto-foto lama itu,

“Aku tidak bersekolah di sekolah formal saat SMA…” sahutnya pelan.

Mendengar nada yang dipakai Guo saat mengucapkan hal itu membuat Lao Chu menoleh ke arahnya dan memperhatikan pria itu dengan seksama.

“Tentang asrama yang pernah kau bilang… Kapan kau mulai masuk asrama?” tanyanya, memutuskan untuk duduk di tepi tempat tidur berhadapan dengan Guo yang masih tertunduk di kursi itu,

“Selepas sekolah dasar… Sebelum aku ikut Paman Guo. Bisa dibilang Paman lah yang mengeluarkanku dari sana. Sebenarnya dia sudah tahu keadaanku di asrama cukup buruk tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena saat itu bukan dia yang menjadi waliku. Sampai akhirnya dia meminta Bibi An untuk memajukan tanggal pernikahannya agar bisa segera membawaku pergi dari sana.” jelasnya dengan senyum sedih,

“Bisa dibilang kau yang menyatukan Paman dan Bibimu ya…” sahut Lao Chu,

“Ya… Kudengar mereka sahabat semasa kuliah…”

“Kau tidak apa-apa membicarakan masalah ini sekarang? Terakhir kali kita bicara tentang masa kecilmu, kau mengalami kejang…” Lao Chu meraih tangannya, meremasnya dalam genggaman tangannya yang besar dan hangat,

“Itu hanya karena aku terlalu stress!”

“Jadi sekarang kau tak stress?” tanyanya lagi,

“Berkat Chu Ge… Akhir-akhir ini aku jauh dari stress. Chu Ge membuatku sangat bahagia.” Guo berkata sambil mendongak menatap Lao Chu yang masih memperhatikannya dengan seksama, takut jika traumanya kembali karena kenangan yang terbangkitkan,

“Apa yang kau bicarakan? Jangan bicara omong kosong!” Lao Chu melepas tangan Guo karena kata-kata pria itu membuatnya jengah.

Lao Chu tak terbiasa dengan kata-kata manis seperti itu.

“Aku tidak bercanda…” sahutnya lagi mencoba meyakinkan Lao Chu.

“Semua orang bilang aku kejam dan mulutku sangat jahat!” sahut Lao Chu,

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 29, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora