Part Two

2.4K 302 8
                                    

Malam ini Hinata tidak bisa tidur kembali setelah bermimpi buruk. Kepalanya mendadak sakit, berdenyut-denyut seperti sehabis dihantam benda keras.

Setelah sekian lama, kejadian buruk yang menimpanya beberapa tahun belakangan kembali bermunculan melalui mimpi setelah bertemu dengan Sasuke. Bahkan saat kejadian yang menimpa kedua orangtua dan saudaranya. Ia bahkan menangis dalam tidurnya hingga membuat sesak napas.

Perempuan itu sekarang memilih untuk duduk di depan meja makan dengan secangkir susu coklat panas yang masih mengepulkan uapnya. Ia butuh menenangkan diri. Udara terasa menusuk kulit meskipun ia masih berada di dalam flat kecilnya yang murah.

Menghela nafas dalam-dalam untuk mengenyahkan semua kenangan buruk dalam kepalanya. Hinata merasa tidak kuat menahan semua beban meskipun kejadian itu sudah lama berlalu.

Tiba-tiba saja kenangan buruk saat ia semasa sekolah menengah atas kembali mengusiknya.

Hinata ingat ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Konoha High School. Sebuah sekolah menengah atas bergengsi yang hanya memilih siswa berkualitas menurut standardnya melalui seleksi yang cukup ketat. Hinata cukup merasa beruntung karena bisa menjadi salah satu diantaranya.

Saat itu semuanya berjalan baik-baik saja, tidak ada masalah berarti. Hinata dulu hanya seorang gadis yang cukup pemalu dan kikuk sehingga selama dua bulan ia bersekolah, ia belum juga mendapatkan teman baik hingga Uchiha Sasuke dan teman-temannya datang untuk menganggunya.

Awalnya Sasuke hanya sekadar mengejek Hinata gadis kikuk, gagap, lemah dan memiliki warna mata yang cukup aneh. Hinata membiarkannya karena menganggap itu hanya sebuah ejekan belaka dan menganggap bahwa Sasuke akan berhenti dengan sendirinya ketika sudah bosan.

Hingga akhirnya ejekan itu terus berlangsung bahkan menjadi lebih parah. Seperti loker sepatu Hinata yang dipenuhi oleh sampah hingga mengeluarkan bau busuk, meja yang didudukinya selalu penuh dengan coretan makian, hingga yang terparah bahkan mereka tidak segan untuk menyakitinya secara fisik. Melemparinya bola, mendorongnya hingga jatuh, atau menjambak rambutnya.

Hinata saat itu tidak tahu kesalahan apa yang pernah dilakukannya hingga membuat Sasuke dan teman-temannya berlaku demikian. Hinata bahkan menganggap sekolah yang pernah ia impikan berubah menjadi neraka dunia untuknya. Sekolah bukan lagi menjadi tempat menyenangkan dan nyaman untuk belajar, terlebih ia tidak punya teman untuk sekadar menceritakan keluh kesahnya. Semua orang disekolah itu seperti menjauhinya, karena tidak ingin berurusan dengan Uchiha Sasuke.

Hinata hanya diam menyembunyikan semua kesakitan di fisik dan mentalnya. Ia tidak bisa menceritakan apa yang terjadi pada paman Jo yang menjadi walinya ketika keluarganya dinyatakan hilang setahun sebelum ia lulus sekolah menengah pertama. Ia hanya tidak ingin merepotkan paman Jo. Itu yang dipikirkannya.

Puncaknya ketika ia sudah berada di tahun ketiga sekolahnya di KHS. Ia yang tidak tahu apa-apa dijadikan kambing hitam sebagai pencuri lembar soal ujian semester.

Berbekal rekaman cctv di ruang guru sebagai bukti, Hinata dijadikan tersangka secara sepihak tanpa diperbolehkan untuk membela dirinya.

Hinata ingat saat itu ia pergi ke dalam ruang guru yang sudah sepi karena jam sekolah telah selesai karena di suruh oleh seorang guru untuk mengambil sebuah berkas miliknya. Hinata tidak bisa menolak meskipun tahu siswa dilarang memasuki kantor guru saat masa-masa ujian saat itu. Bahkan guru yang menyuruhnya pun tidak bersuara, tidak mengatakan apapun, tidak berusaha untuk membelanya meskipun hanya sekadar mengatakan bahwa itu tidak benar, bahwa Hinata tidak mencuri. Bahkan tidak ada bukti valid yang menyatakan bahwa Hinatalah tersangkanya seperti lembar soal ujian yang berada ditangannya. Pihak sekolah hanya berdalih bahwa bisa saja Hinata menyimpannya di rumah dan tidak membawanya ketika di sekolah. Hingga akhirnya ia dikeluarkan secara tidak terhormat, bahkan tidak ada surat pemberitahuan yang diberikan untuk walinya. Ia dikeluarkan pada hati itu juga.

Winter Chance (✓)Where stories live. Discover now