Goodbye Road

Mulai dari awal
                                    

"Hanbin-ah ...." panggilnya.

"Aku ingin kau berjanji satu hal padaku," lanjutnya.

"Janji?" Aku mengerutkan dahiku.

"Berjanji untuk tidak membiarkanku pergi, berjanji untuk mempertahankanku untuk tetap disisimu. Bisakah kau menepatinya?" Dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ada apa sebenarnya?" Aku menghapus air matanya yang mulai mengalir di pipinya.

"Jangan menangis." Aku menariknya ke dalam pelukanku dan memberikan kecupan singkat di puncak kepalanya.

"Aku akan berusaha menepatinya, seberat apapun keadaan nanti. Aku tidak akan melepaskanmu," ucapku yang sebenarnya aku pun tidak tahu apa aku bisa menepatinya atau tidak.

Dan aku hanya bisa berdoa ....

Ya Tuhan, tolong bantu aku untuk menepati semua ucapanku.

💚❤

Banyak hal yang kami lewati berdua, bahkan Donghyuk yang biasanya akan menggerutu karena kebiasaan burukku menjadi terheran-heran.

"Aku perhatikan akhir-akhir ini Hyung terlihat bahagia."

"Benarkah?"

"Terlihat sangat jelas di wajahmu, Hyung."

"Doakan aku agar aku benar-benar menemukan kebahagiaanku."

Aku masih ingat percakapanku dengan Donghyuk beberapa waktu yang lalu. Aku sangat yakin saat itu wajahku berseri-seri, seperti seseorang yang baru merasakan jatuh cinta. Ya aku sangat berharap semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang aku mau tapi ....

Kurang dari satu tahun, di akhir musim dingin sesuatu yang aku takutkan benar-benar terjadi. Saat dia mengatakan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Kalimat yang bahkan sampai kapanpun aku tidak akan pernah siap untuk mendengarnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya.

Tapi aku hanya menatapnya kosong, demi apapun kalau aku bisa aku ingin membawanya pergi sejauh mungkin tapi aku tidak akan pernah bisa karena aku tidak memiliki hak apapun atas dirinya.

"Kau sudah berjanji padaku untuk tetap menahanku disisimu!!!" teriaknya diantara isakan tangis.

"Sooyoung-ah ...." aku memegang kedua bahunya untuk meredakan emosinya.

"Kenapa? Kenapa?!"

Aku pengecut. Aku tahu itu tapi ini bukan hal yang mudah. Kenapa Tuhan tidak membiarkanku bahagia bersama gadis yang aku cintai? Sudah cukup bagiku kehilangannya karena kesalahanku, aku tidak ingin kehilangannya lagi.

"Kumohon jangan seperti ini, Sooyoung-ah. Keinginanmu sama dengan keinginanku tapi aku ...." aku tidak bisa melanjutkan kalimatku.

"Kau ingin melepaskanku lagi?" tanyanya dengan suaranya yang meninggi.

"Tidak ada sedikit pun aku berniat untuk melepaskanmu, bahkan sejak dulu."  Aku mengerang tertahan, menahan emosiku agar aku tidak lampiaskan padanya.

"Lalu kenapa?" Suaranya menjadi pelan setelah beberapa saat yang lalu dia selalu berteriak.

"Beri aku waktu sebentar, aku tidak ingin bersikap gegabah." Aku menatap lurus ke arah matanya untuk mendapatkan keberanian agar aku bisa mempertahankannya.

"Aku memilih untuk datang kepadamu lagi karena kau adalah pilihanku. Sekali kau membuat keputusan, tidak akan ada jalan kembali. Kau tahu itu." Dia langsung memelukku dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dadaku.

"Eumm. Aku mengerti."

Tapi itu tidak mudah. Aku berusaha semampuku untuk bisa menahannya untuk tetap disisiku tapi aku tidak bisa, tidak akan pernah bisa. Semuanya di luar kuasaku.

💚❤

Banyak detik yang aku habiskan hanya untuk memikirkan tentangku dengannya. Disaat itu pula aku merasa benci pada diriku sendiri karena aku hanyalah pria pengecut yang berpura-pura bersikap baik-baik saja.

"Maaf," ucapku.

"Jadi maksudmu kau akan membiarkanku?! Membiarkanku menikahi pria lain?!" Sekarang dia selalu meninggikan suaranya dan itu semua karenaku.

"Kau pantas mendapatkan yang lebih baik." Aku bahkan tidak yakin dengan ucapanku barusan.

"Yang terbaik untukku adalah dirimu ...!" Matanya mulai berkaca-kaca tapi dari sikapnya yang selalu mencoba menghalau air matanya jatuh, ia tidak ingin menangis di depanku.

"Jika kau berbicara tentang masa lalu, mungkin iya tapi sekarang tidak lagi. Aku akan baik-baik saja. Berbahagialah."

Aku berdoa untuk kesekian kalinya pada Tuhan agar dia tidak pernah meneteskan air matanya lagi karenaku.

"Aku pamit." Aku pergi dari hadapannya.

Seperti ucapannya, sekali aku membuat keputusan tidak akan pernah ada jalan kembali. Akhirnya aku benar-benar kehilangan duniaku.

Bukankah sebelumnya aku merasa takdir memang sedang mempermainkanku? Aku rasa itu benar. Sudah takdirku untuk bertemu, menjalin kasih lalu berpisah dengannya. Sekalipun takdir mendekatkan aku dengannya kembali tetapi tetap saja tidak ada akhir yang bahagia untukku.

Dan yang membuatku semakin terpuruk, gadisku akan menikahi seseorang yang kukenal.

💚❤

3/4

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

만히 사랑해주세요 ❤

❤ 만히 사랑해주세요 ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang